Ujian datang bersama pilihan, mau memilih bertahan dan berjuang, atau pergi dan menghilang... Semua tergantung pada apa yang kau pilih untuk dijalani..
"Jadi lelaki ini yang kamu pilih sampai kamu menolak Beni, Dela?" Tanya Ayah Dela. Saat ini, Ali menepati janjinya untuk membantu Dela menjelaskan pada orangtuanya tentang Beni. Tapi tanggapan orangtua Dela justru sebaliknya. Mereka menganggap Ali adalah pacar Dela, dan Dela mengarang cerita tentang Beni, agar perjodohan itu dibatalkan. Seperti itulah pemikiran orangtua Dela.
"Ayah salah paham. Ali datang kesini bukan karena dia pacar Dela, tapi dia adalah teman Beni, yang tau seperti apa Beni sebenarnya, Yah."
"Sudah, berhenti mengarang cerita lagi! Ayah tau semuanya. Bahkan apa yang kalian lakukan malam itu, Ayah juga tau." Ucap Ayah Dela, kemudian menatap Ali dengan ketidaksukaannya, "Bisa-bisanya kamu, orang yang saya pikir baik, berani mendekati anak saya dengan cara yang tidak baik! Berpelukan di pinggir jalan, apa kamu pikir itu hal yang baik? Jika mencintai anak gadis orang itu ya minta ijin baik-baik ke orangtuanya, lalu nikahi dia. Bukan malah mengajaknya melakukan hal yang salah!" Marah Ayah Dela, pada Ali.
"Ayah, apa ini masalah foto juga?" Tanya Dela, "darimana Ayah dapat foto itu, siapa yang memberitahu kalian?"
"Jadi semua itu benar adanya, kan? Lalu sekarang, apa yang akan kalian lakukan? Sudahi hubungan kalian, atau kamu mau bertanggungjawab atas apa yang tidak seharusnya kalian lakukan?"
"Ayah..." Dela hendak bicara, namun Ayahnya melarang.
"Kamu!" Tunjuk Ayah Dela, pada Ali, "jangan berani datang ke rumah ini lagi, jika bukan untuk bertanggungjawab. Saya tidak mau kalian melakukan hal-hal yang salah terus menerus! Sekarang, lebih baik kamu pulang!" Lalu Beliau bangkit dan meninggalkan ruang tamu rumahnya, meninggalkan Ali yang masih dibuat tidak mengerti dengan keadaan yang menjadi begitu rumit. Niatnya untuk membantu, malah mendapatkan jalan tak menentu.
"Al, aku minta maaf, aku benar-benar nggak tau akan seperti ini jadinya. Sebelum kamu datang kesini, Beni sudah lebih dulu datang, menjelaskan semuanya pada orangtuaku. Beni mengarang cerita bohong. Dia bilang, aku sama kamu pacaran, makanya aku nggak mau dijodohin sama dia, makanya dia membuat semuanya seolah aku yang salah. Sementara dirinya adalah korban. Bahkan ternyata yang mengirimkan foto kita ke Aira juga Beni itu, Al. Aku nggak habis pikir, kenapa Beni sampai melakukan hal seperti ini." Jelas Dela.
"Jadi semua ini ulah Beni? Kurang ajar!" Ali bangkit dari duduknya, lalu hendak berpamitan pada Dela, namun tertahan karena kedatangan Ibunya Dela.
"Ali, Tante nggak tau apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Tante percaya pada anak Tante. Walaupun ada sebagian yang membuat Tante bertanya-tanya, tapi sudahlah. Biarkan nanti Allah yang menunjukkan seperti apa kenyataan yang sebenarnya lewat sang waktu. Tante hanya berharap apa yang kalian katakan itu, bisa kalian buktikan." Ucap Ibunya Dela.
"In shaa Allah, kami akan berusaha membuktikan kebenarannya, Tante... Ali pamit dulu ya, Tante, Dela."
Setelah berpamitan, Ali pun pergi. Selanjutnya ia berniat mencari Beni. Sungguh Beni sudah sangat keterlaluan, menurutnya.Dulu Ali dan Beni memang pernah berteman dekat, teman bergaul di luar sekolah, karena memang mereka tidak pernah satu sekolah. Mereka pernah menjadi anak nakal dan berandalan. Menghabiskan waktu malam dengan hal-hal yang tidak berguna. Bahkan kini menjadi penyesalan bagi Ali. Ali menyesal dulu pernah menjadi anak nakal, ia kini telah sadar apa yang dulu pernah dilakukannya adalah dosa.
Perlahan namun pasti, Ali mulai belajar menjadi lebih baik. Pertemuan pertamanya dengan Raffa adalah awal dari semua perubahan pergaulannya. Ali mulai berhenti keluar malam bersama teman-teman berandalannya, termasuk Beni. Ali belajar banyak dari Raffa tentang kehidupan dan arti hidup yang sebenarnya. Bukan hanya untuk bermain-main, yang akan melalaikan. Namun untuk menjalaninya dengan berpegang teguh pada keimanan dan ketakwaan. Ali memang belum bisa sepenuhnya berubah, semua itu berproses. Pelan-pelan Ali menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kehidupannya pun jauh lebih terarah dan memiliki tujuan hidup.Apalagi karena Raffa juga, Ali mengenal Bunda. Wanita paruh baya yang hidup seorang diri. Suami dan anaknya meninggal di waktu yang sama karena kecelakaan lalu lintas. Sejak pertama bertemu dengan Ali, Bunda sudah langsung menganggap Ali adalah anaknya yang telah meninggal. Setelah Raffa menjelaskan semuanya pada Ali, tentang Bunda. Akhirnya Ali memutuskan untuk berpura-pura menjadi anaknya Bunda. Bunda yang dulunya bisa dibilang sudah stres, perlahan keadaannya menjadi lebih baik, bisa hidup selayaknya orang normal, dengan keberadaan Ali disisinya. Hingga saat ini, Ali merasa memiliki dua orangtua. Yaitu orangtua kandungnya yang masih lengkap, dan orangtua lain yang menyayanginya seperti anaknya sendiri, yaitu Bunda.
Tidak perlu waktu lama untuk mencari keberadaan Beni, Ali masih sangat hafal dimana tempat Beni nongkrong setiap harinya. Sesampainya di tempat itu, Ali disambut dengan senyuman oleh Beni.
"Akhirnya kamu datang lagi kesini, Al. Selamat datang, selamat bergabung kembali." Ucap Beni sambil menghampiri Ali.
"Nggak usah basa-basi! Sudah cukup! Kamu sudah keterlaluan, Ben! Bisa-bisanya kamu menjebak aku dan Dela malam itu. Dan mengarang cerita bohong pada orangtua Dela."
"Kamu sudah tau rupanya, Al? Gimana, bagus kan karangan aku?"
"Maksud kamu apa melakukan semua ini, Ben?"
"Benar, kamu mau tau?"
"Iya, cepat katakan!"
Beni membuang muka kearah lain, ia menunjukkan kebenciannya pada Ali. Rasa benci yang sudah teramat dalam telah tertanam dalam hatinya. "Dari dulu, aku selalu mengalah untukmu, Al. Banyak wanita yang lebih memilihmu daripada aku, aku tidak apa-apa, karena aku selalu menganggapmu sahabatku. Aku ingat dulu, saat kamu tidak sadar, kamu begitu sering menyebut nama Aira. Aku selalu bertanya-tanya, siapa sebenarnya Aira? Meski aku berusaha mencari tau, namun tetap aku tidak tau apa-apa tentang Aira. Satu-satunya nama perempuan yang sering kamu sebut saat kamu tidak sadar."
"Lalu apa urusannya dengan masalah Dela, kenapa kamu melibatkan Dela juga dalam hal ini? Marah sama aku, cukup aku saja yang kamu sakiti, bukan orang-orang disekitarku!"
"Tentu ada hubungannya, Al! Semenjak kamu meninggalkan genk kita, berubah secara drastis dengan pergaulan baru. Kamu tau, aku sangat kecewa! Dan aku berjanji aku akan membalas semua rasa kecewaku itu padamu. Beginilah caraku membalasmu... Dulu, kamu boleh menjadi idaman banyak wanita, bahkan wanita yang aku cintai juga lebih memilihmu. Dan sekarang, aku buat keadaan berubah, kamu tidak akan bisa bersatu dengan wanita yang benar-benar kamu cintai. Aira. Sekarang kamu bisa memilih, menikahi Dela atau membiarkan Dela menikah denganku. Yang kamu tau sendiri seperti apa kehidupanku dan bagaimana pergaulanku kan, Al? Gampang kan? Kamu pilih menyelamatkan sahabatmu, atau mengejar cintamu?"
"Ben, kamu sungguh tidak punya hati!"
"Kamu salah, Al. Justru karena aku punya hati makanya aku begini. Memberimu pilihan, agar kamu tau arti cinta yang sesungguhnya. Tidak mudah, Al, merelakan cinta untuk orang lain, seperti yang pernah aku lakukan untukmu."
Ali benar-benar tidak menyangka Beni bisa sejahat ini. Ternyata rasa kecewa mampu merubah kawan menjadi lawan. Sahabat menjadi musuh.
"Jika kamu memilih menyelamatkan sahabatmu, berarti kamu harus menikahi Dela, dan membiarkan Aira menikah dengan orang lain. Bisa jadi orang lain itu aku, Al. Karena memang begitu mudah membuat orangtua Dela mempercayaiku, sampai ucapan anak mereka sendiri, tidak dipercayai. Lucu banget kan, Al?"
Ali hampir memukul Beni, karena merasa marah dengan semua keadaan yang telah Beni buat berantakan, karena kebenciannya itu.
"Silahkan pukul aku, Al! Apa kamu tidak lihat dibelakang sana, anak-anak genk kita masih lengkap, dan bisa langsung menghabisimu. Dan bukankah katanya kamu sudah berubah? Masa begini saja kamu sudah terpancing. Huh, payah!"
"Ben! Kamu sungguh licik!"
"Lebih baik kamu pikirkan baik-baik ucapanku tadi, Al. Daripada kamu buang-buang waktu untukku, nggak ada gunanya!" Dan Beni pergi meninggalkan Ali begitu saja.
Ali sudah tidak tau harus berbuat apa. Keadaan begitu rumit dan membuatnya sulit untuk berpikir. Aira dan Dela, bagaimana caranya agar ia bisa menjaga keduanya dari ancaman kejahatan Beni. Kedua wanita itu sedang terancam kehidupannya dengan kehadiran Beni. Apa yang harus Ali lakukan?
*20042018*
KAMU SEDANG MEMBACA
Seindah Senyum Aira
General FictionSenyuman tulus itu tidak hanya terlihat indah dikala bahagia. Namun juga ketika duka menemaninya dan ia terima dengan sabar, lalu ia tersenyum. Menunjukkan pada dunia, bahwa ia mampu menghadapi semuanya...