03

67.6K 2.9K 19
                                    

Siang harinya, Rifaldy bersama Gerry sudah sampai di Surabaya. Mereka berdua langsung menuju kantor, akan tetapi Rifaldy justru meminta assistennya untuk datang ke kantor sendiri tanpa dirinya.

"Kamu gantikan aku sebentar. Aku ingin menemui seseorang siang ini." Seperti biasanya Gerry hanya mengangguk. walau sebenarnya dia jengah kepada sifat atasannya. Kemarin dia melihat atasannya begitu semangat sekali ingin mengunjungi kantor cabang ini, giliran sudah sampai malah dia yang harus menggantikannya. Kalau saja Gerry tidak butuh uangnya, sudah dari sejak dulu mungkin ia mengundurkan diri menjadi assisten pribadinya.

Pagi tadi sebelum dia terbang ke Surabaya. Rifaldy sudah menghubungi Ailanur terlebih dahulu  untuk mengajaknya bertemu siang ini. Gadis itu menyetujuinya dan mengirimkan alamat cafe--tempat mereka bertemu nanti.

Rifal dengan segera menyuruh sopir mengantarnya. Dia tidak ingin membuat wanita itu menunggu. Dengan senyum sumringah ia memasuki kafe itu. Dia mencari-cari sosok yang sudah dia rindukan, akan tetapi nampaknya wanita itu belum datang.

"Hah," Rifal mendesah kecewa dan melanjutkan langkahnya mencari meja yg masih kosong. Dia agak sedikit kebingungan mencari dua kursi kosong untuknya dan Ailanur. Apalagi ia melihat kafe ini begitu ramai. Mungkin karena memang jam makan siang. Saat dia berdiri mencari-cari tempat duduk, seorang karyawan kafe menghampirinya dan menunjukkan salah satu meja yg telah kosong . Tepat sekali, meja itu untuk dua orang.

"Apa anda akan memesan sekarang?"
Tanya pelayan itu kepada Rifaldy.

"Aku ingin memesan vanilla latte dan juga lemon juice. Tapi tolong dibuatkan jika temanku sudah datang saja."

"Baiklah. Kalau begitu saya permisi."

Rifal menjawab dengan anggukan tanpa mengulas senyum sedikitpun.

Satu menit...dua menit... dan lima menit. Dia menunggu sambil melirik jam tangannya. Tak lama wanita yg sedari tadi ditunggunya muncul dari balik pintu kafe tersebut. Wanita itu tersenyum sambil berjalan kearahnya. Senyuman yang selalu membuat hatinya tenang dan nyaman. Tatapannya terjatuh pada perut  Ailanur yg kini sudah membuncit. Ternyata benar, jika wanita ini tengah hamil dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.

"Hai, Rif!" sapa Ailanur yang langsung memeluknya saat itu juga. "Menyebalkan sekali kamu." Ailanur memukul pundak Rifaldy dengan memasang wajah cemberutnya.

"Hei! datang-datang malah mukul dan dikasih wajah jelek,"

"Hei, tuan Rifaldy! apa anda tidak merasa punya salah kepada nyonya Fadly hah? Menghilang begitu saja selama tujuh bulan ini. Harusnya aku tidak mau diajak bertemu olehmu saat ini."

"Maaf."

"Hanya itu?"

"Lalu? Apa kamu mau aku menciummu?". Ujar Rifaldy sambil mengedipka matanya.

"Idih.. sorry, saya tidak berminat dicium oleh anda, Tuan. Bisa-bisa anakku lahir sekarang juga gara-gara protes tidak suka ibunya dicium playboy seperti kamu. Hihii"

"Hei. Aku bukan playboy, Ai"

"Yahh.. terserah kamu saja. Aku tak perduli. Lebih baik kamu pesankan minuman untukku."

"Tentu saja. Aku sudah memesannya sedari tadi". Tepat saat itu juga sang waiters mengantarkan dua gelas minuman yang telah dia pesan.

"Jadi, kemana saja kamu selama ini?"
Tanya ailanur sambil meminum lemon juicenya.

"Aku balik ke Jakarta dan juga mulai menyibukkan diri dengan proyek baruku yang akan aku jalankan dibeberapa kantor cabang"

"Wow.. sepertinya usahamu makin berkembang saja,"

"Ya.. bisa dibilang seperti itu." Jawab Rifaldy dengan santainya, "Kamu sendiri bagaimana? Kapan akan melahirkan?"

"Aku tidak tahu. Kan aku bukan dokter."

"Sudah tahu jenis kelaminnya?"

"Menurut hasil USG bulan lalu sih anakku adalah laki-laki. Tapi misalkan tuhan ngasih cewek juga aku dan Fadly tidak masalah."

"Kamu begitu bahagia sepertinya menantikan kelahirannya."

"Tentu saja. Tapi aku juga takut, Rif."

"Apa yang kamu takutkan?"

"Aku takut jika saatnya aku melahirkan nanti akan ada kendalanya."

"Ssttt.. jangan bicara seperti itu. Percayalah, kamu dan dia pasti akan baik-baik saja." Rifal mengelus tangan Ailanur dengan memberikan senyuman manisnya. Senyum yg sama sekali terlihat biasa saja didepan Ailanur. Tapi berbeda jika wanita lain yg melihat senyum itu. Mereka akan sangat terkagum-kagum karena laki-laki ini sama sekali tidak pernah memperlihatkan senyumnya kepada wanita lain selain Ailanur dan pembantunya.

Rifal melirik perut buncit Ailanur dan mengelusnya. Tiba-tiba sekelebat bayangan Cellya muncul begitu saja diotaknya. Bahkan ia harus memukul-mukul pipinya pelan karena melihat wajah Cellya berada diwajah Ailanur.

"Astaga...". Ailanur yg merasa aneh dengannya pun mengerutkan dahinya.

"Kamu kenapa sih, Rif?".

"Eh! tidak-tidak. Sepertinya aku hanya berhalusinasi,"

"Maksudmu?"

"Sudahlah lupakan saja. Tidak penting."

"Kamu sendiri kapan akan menikah? Jangan mikirin kerjaan mulu, nanti keburu bangkotan baru tahu rasa."

"Tenang saja, meskipun nanti usiaku tidak muda lagi. Aku masih tetap laku kok. Bukankah wanita sekarang hanya melihat uang pada seorang laki-laki?"

"Tidak semua wanita, Rif. Buktinya aku tetap memilih fadly meski kamu jauh lebih kaya. Iya kan?"

"Mungkin Fadly pakai pelet. Sehingga membuatmu buta karena cintanya."

"Hei! Berani sekali kamu menghina suamiku dengan menuduhnya yang tidak-tidak." Ailanur pun menginjak kaki Rifaldy dengan sengaja. Beruntung wanita itu menggunakan flatshoes, coba kalau pakai wedgest? Siap-siaplah pincang.

"Aww.. aku hanya bercanda, Ai. Kamu itu sensitive sekali sih."

"Makannya jangan cari masalah sama ibu hamil."

"Dasar bumil gendut."

"Hei kamu bilang apa tadi?"

"Gak. Aku bilang sekarang tubuhmu makin sexy"

"Sepertinya telingaku masih waras. Dan jelas-jelas tadi aku mendengar kamu bukan mengatakan itu."

"Hehe. Viss.." ucapnya sambil mengangkat dua jarinya membentuk tanda 'v'.

"Rif. Aku serius loh. Kamu emang gak mau nikah gitu?"

Aku akan menikah sekarang juga. Jika kamu yang jadi mempelai wanitanya.

Ingin rasanya ia mengatakan hal itu dihadapan wanita ini. Tapi dia sadar, jika posisinya kini sudah tidak akan mungkin bisa merebut wanita ini lagi.

"Sepertinya kamu akan menikah jika ada seorang wanita yg tiba-tiba datang dan mengaku hamil karenamu. Atau--"

"Stop! aku tahu arah pikiranmu itu. Aku pastikan tidak akan ada wanita seperti di dalam fikiran kamu itu."

Jikapun ada. Itu hanya satu. Kemungkinan besar hanya dia yang mengandung anaknya.

"Brengsek.. kenapa malah kefikiran wanita itu lagi sih. Lama-lama aku bisa gila jika tidak segera bertemu dengannya." Umpatnya dalam hati. Rifal merasa jika kini, fikirannya lebih memikirkan gadis itu daripada wanita didepannya. Bahkan saat sedang bersama Ailanur sekarang, justru wajah gadis itu sempat hadir dalam fikirannya.

UNEXPECTED LOVE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang