part 08

60.4K 2.5K 18
                                    

-------------

Setelah pulang dari pemakaman. Rifaldy menelpon orang suruhannya untuk menyiapkan acara pernikahannya yang akan dilaksanakan dua hari lagi. Dia tidak ingin acara pernikahan yg mewah, dia hanya ingin acara pernikahan yg biasa saja dan hanya mengundang beberapa orang. Siang itu dia juga pergi menemui cellya dikediamannya.

"Boleh saya masuk? Saya ingin berbicara dengan kedua orang tuamu."

"Disini bukan rumahku. Dan orang tuaku tidak di indonesia, mereka berada disingapura."

"Haruskah aku kesingapura besok untuk menemui mereka? Kurasa waktu kita tidak cukup banyak. Lagian aku hanya menyiapkan resepsi sederhana saja dipernikahan ini."

Celly tersenyum miris mendengar rifal hanya mengatakan 'pernikahan ini' tetapi bukan pernikahan kita.

"Tidak perlu, cukup diwakilkan oleh tante ratna dan om herdian saja. Mari masuk".

Celly membawa rifaldy masuk kedalam rumah itu, kemudian dia memanggil ratna dan herdian untuk menemuinya diruang tamu.

"Selamat siang tuan herdian. Saya rifaldy arya atmaja" ucap rifal sambil menjabat tangan laki-laki yg berusia lebih dari setengah abad itu.

"Kamu?" Ratna yang memang pernah melihat rifal pada saat resepsi pernikahan anaknya merasa sedikit terkejut. Akan tetapi suaminya menyenggol lengannya memberi isyarat agar bersikap biasa saja. Ratna mengangguk mengerti.

"Silahkan duduk". Rifal pun duduk bersama dengan sepasang suami istri yg tak lain adalah orang tua fadly.
"Ada keperluan apa nak rifal datang kekediaman kami?". Sebelum menjawab rifal melihat cellya yang datang dengan membawa nampan berisi minuman untuknya.

"Kedatangan saya kemari ingin meminta izin untuk menikahi cellya dua hari lagi. Saya akan bertanggung jawab atas apa yg telah saya perbuat. Ini juga menyangkut janji saya terhadap almarhum kakek saya sebelum meninggal kemarin"

"Jadi, kamu yg menghamili cellya?" Tanya ratna.

"Ya, maaf. Mungkin cellya sudah menceritakan kejadian sebenarnya."
Jawab rifaldy. Pria itu juga menatap cellya sekilas sebelum kembali mengalihkan matanya pada sepasang suami yg duduk tepat didepannya.

"Saya sendiri, terserah cellya mau bagaimana keputusannya. Akan tetapi mungkin jika kalian berdua menikah secepatnya itu lebih baik. Apakah tidak apa-apa jika kalian menikah tapi tidak saling mencintai?"

"Bukankah cinta akan tumbuh dengan sendirinya om. Apalagi sudah ada calon bayi didalam perutku" ujar cellya sambil memaksakan senyumnya. Dia memilih menjawab terlebih dahulu daripada harus mendengar jawaban yg dilontarkan oleh mulut rifal yg dia ketahui pasti akan menyakitinya.

"Ya.ya.ya. kamu benar. Yasudah, kalau begitu om akan menjadi walimu"

"Maaf, saya hanya mengadakan resepsi sederhana tidak semewah pernikahan orang lain"

"Tidak apa-apa rif. Bukankah pernikahan tidak diukur dari seberapa mewah resepsi yg diadakan. Akan tetapi seindah apakah kehidupan yang akan dijalani setelah pernikahan".  Walau itu hanya mimpi. Lanjutnya dalam hati.

"Ya, kamu benar cell. Terimakasih atas pengertiannya" jawab rifal dengan memaksakan senyum sekilas pada wajahnya.

Setelah mengobrol hampir satu jam lamanya, rifaldy pun pamit pulang. Celly mengantarkannya sampai depan gerbang.

"Rif, terimakasih"

"Untuk apa?"

"Karena kamu mau menikahiku"

"Kau tahu jika aku menikahimu karena terpaksa. Aku terikat janji dengan almarhum kakekku. Jika aku bisa melanggar janjiku, aku memilih untuk lari sejauh mungkin saat ini." Rifal melangkah pergi saat itu juga untuk memasuki mobilnya dan melajukannya meninggalkan cellya.

UNEXPECTED LOVE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang