part 19

51.3K 2.3K 25
                                    

Semakin malam hujan semakin deras membanjiri beberapa jalanan ibu kota. Cellya ingin pulang, tetapi Beny memintanya untuk pulang esok pagi karena besar kemungkinan akan terjadi kemacetan panjang akibat hujan yang membanjiri beberapa titik sudut jalanan.

"Tidurlah Cell, kamu harus berisitirahat dan meminum cokelat hangatmu. Aku janji, besok aku akan mengantarkanmu pulang." Ujar beny dengan tenang. Secangkir cokelat panas yang dia buat sendiri, dia berikan kepada Cellya. Wanita itu menerimanya dengan senyum dan ucapan terimakasih.

"Aku akan tidur di sofa, kamu pakai saja kamarku".

"Biarkan aku saja yang tidur di sofa, aku kan tamu dan kamu pemilik apartement ini." Cellya merasa tidak enak hati karena harus memakai kamar Beny. Awalnya, dia takut dengan laki-laki ini. Laki-laki yang dikenalnya memiliki tempramental yang tinggi, mudah emosi dan ringan tangan itu ternyata begitu berbedaa malam ini. Hanya ada kelembutan dan senyum manis pada diri laki-laki itu. Sedikitpun dia tidak menemukan amarah atau sekedar nada kesal pada setiap ucapan beny.

Saat cellya menceritakan alasan kenapa dia menangis. Dengan tidak sengaja dirinya mengatakan bahwa penyebabnya adalah Rifaldy (suaminya), Cellya sempat menutup mulutnya shock karena sempat kelepasan menyebut nama suaminya. Alangkah terkejutnya, Beny mengatakan bahwa dia sudah tahu jika ia telah menikah. Ditambah lagi, ternyata perusahaan beny menjalin kerja sama dengan perusahaan suaminya kini.

Cellya sempat was-was dan beringsut kesudut sofa menatap wajah beny. Tapi bukannya kilatan amarah yang terpancar pada mata beny, melainkan senyuman tenang yang laki-laki itu pamerkan pada cellya.

Cellya dibuatnya tertegun tak percaya dengan apa yang dia lihat. Seorang Beny tidak tersulut emosi sedikitpun mendengar dirinya mengatakan nama laki-laki lain secara langsung didepannya. Apa yang sebenarnya terjadi dengan pria itu? Cellya bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Beberapa pikiran negatif sempat menghampirinya. Namun, dia memilih untuk membuangnya. Toh manusia bisa berubah kapan saja bukan? Apalagi saat laki-laki itu meminta cellya harus pulang besok dan menemui langsung rifaldy untuk meminta penjelasan atau besar kemungkinan harus mendengarkan penjelasa suaminya.

Wooww.. Beny membiarkan ia untuk lepas begitu saja dan bahkan, laki-laki itu mau mengantarnya.

"Hmm kalau begitu. Bagaimana jika kita tidur satu kamar saja."

Uhukk.uhukk.. cellya tiba-tiba tersedak saat mendengar perkataan beny.

"Hei.tenanglah, aku tidak akan berbuat macam-macam. Lagian ranjangku kan muat untuk tiga orang, kamu bisa menaruh guling ditengah-tengah sebagai pembatas. Bagaimana?"

Cellya tampak berfikir dan menimbang-nimbang sebentar. Setelah itu dia mengangguk setuju.

"Oke. Tapi awas kalau sampai kamu melewati pembatas itu"

"Siapa saja yang melewati pembatas itu harus kena hukuman. Bagaimana?" Tawar beny.

"Hukuman apa?"

"Besok dia harus bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan. Deal?"

"Ok. Deal". Cellya menerima tangan beny dan tertawa begitu saja.

Bagus..perlahan tapi pasti. Ujar beny didalam hati.

****

"Beeeennnn... cepat bangun. Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu, oh tuhan. Malas sekali kamu, harusnya kan kamu yang menyiapkan sarapan." Teriak cellya dari arah dapur. Wanita itu masih berkutik dengan kompor dan beberapa peralatan dapur. Pagi hari ini, dia membuat bubur jagung sebagai menu sarapan pagi.

"Iyaa... ibu hamil yang bawel. Lah siapa juga yg nyuruh kamu menyiapkan sarapan. Kan kamu sendiri yg mau". Ujar beny yang baru muncul dari dalam kamar dan duduk begitu saja di meja pantri. Laki-laki itu tampak sudah rapih dan wangi karena baru saja selesai mandi. Beny mengambil gelas kaca dan mengisinya dengan air putih. Kegiatan rutin setelah bangun tidur yang wajib dia lakukan adalah meminum air putih sebelum dia sarapan dan juga minum kopi.

UNEXPECTED LOVE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang