06

63.5K 2.8K 26
                                    


Hari ini rifaldy memutuskan untuk pulang lebih cepat dari kantornya. Dia harus segera sampai dirumah sebelum tamu yg kemarin diundangnya terlebih dahulu sampai.
Dia melirik rolex yg menempel dipergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul 17.00 sore. Rifal segera menyimpan beberapa data file yg berada dilaptop kerjanya sebelum dia mematikannya. Kemudian dia memanggil  hellina melalui telephone yg berada diatas meja kerja sebelah kanannya.

"Hell. Katakan pada supir kantor untuk segera menyiapkan mobil. Sepuluh menit lagi, saya akan turun dan pulang"

"Ba--" baru saja hendak menjawab, rifal sudah keburu mematikannya.

"Dasar boss gedeg, senyum gak? Ngomong juga irit banget. Tiap telephone seenaknya sendiri mematikan. Emang disini gak punya hati apa.. sakitnya tuh disini punya boss kaya dia" gerutu hellina sambil nepuk-nepuk dadanya.

Mobil sudah terparkir rapi didepan pintu lobi utama kantor. Sang supir yg melihat boss nya sudah datang, langsung membukakan pintu sambil menunduk.

"Selamat sore pak" sapa sang supir dengan senyum ramahnya namun hanya dibalas anggukan oleh boss-nya.

Seperti biasa. Batin supir dengan menggelengkan kepalanya.

Setelah memastikan boss-nya sudah masuk. Supir itu menutup pintu mobil dengan hati-hati. Dia langsung masuk kedalam kursi kemudi dan melajukan mobil tersebut menuju rumah pribadi boss-nya selama kurang lebih hampir 4 tahun ini.

Keadaan sore hari yg memang berbentrokan dengan jam pulang sekolah dan beberapa karyawan kantor membuat jalanan ibukota begitu padat seperti pagi hari. Rifal yg merasa bosan dengan suasana seperti ini hanya bisa membuang nafas kasarnya sambil melonggarkan dasinya.

"Kapan sih jakarta gak macetnya." Gerutu rifaldy.

"Biasanya kalau lebaran pak. Jakarta lumayan sepi. Hanya beberapa jalan saja yg kemungkinan macet."

"Saya sedang tidak berbicara dengan anda."

"Ohhh.. maaf saya kira anda mengajak saya mengobrol pak." Ujar sang sopir sambil menggaruk kepalanya.

Sebenarnya, perjalanan dari kantor menuju rumah pribadinya hanya memakan waktu empat puluh lima sampai lima puluh menit saja. Akibat jalanan yg macet. Alhasil, membuat waktu jarak tempuh menjadi dua kali lebih lama. Tepat jam 18.30 menit rifaldy sampai dirumahnya.

Terlihat lampu rumah sudah menyala terang dari luar yang memang hampir keseluruhan rumahnya di dominasi oleh kaca-kaca besar. Sehingga mudah terlihat saat lampu rumah itu dinyalakan.

"Selamat malam tuan muda" sapa sang bibi kepada tuannya.

"Apakah tamu saya sudah datang bi?" Tanya rifal sambil menyerahkan tas kerjanya dan juga jass kantornya.

"Belum tuan muda. Mungkin sebentar lagi. Soalnya sarimin (nama supir) menjemputnya pas jam 05.00 sore tadi." Ujar bibi.

"Yasudah kalau dia datang. Tolong panggil saya bi, saya mau mandi terlebih dahulu."

"Perlu bibi siapkan air hangatnya tuan?"

"Tidak usah. Biar saya siapkan sendiri." Bibi mengangguk dan langsung membawa tas kerja beserta jass itu untuk segera ia simpan. Rifaldy bergegas naik kelantai atas untuk menuju kamarnya.

***

"Silahkan nona" ucap sang supir sambil membukakan pintu untuknya.

"Terimakasih pak". Cellya tersenyum dan membungkukkan badannya sedikit. Dia berjalan menuju pintu rumah itu. Ditekannya bel rumah yg berada tepat disamping sebelah kanan pintu kaca. Tak berapa lama, seorang wanita tua muncul membukakan pintu untuknya.

UNEXPECTED LOVE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang