"Da--fa!"
Panggilan berulang-ulang, dan tepukan pelan dibahunya membuat cowok berambut coklat itu menggeliat kecil.Matanya perlahan terbuka, lambat-laun mulai meneliti sosok gadis yang menjulang didepannya. Dan ia terpaku selama beberapa saat.
Dengan mata bulat itu, rambut yang berwarna kecoklatan, hidungnya mancung, bibirnya tipis, tubuhnya mungil bahkan mungkin tingginya hanya sebahu dirinya gadis itu tampak menggemaskan.
Dan hey, bukan kah dia gadis yang akhir-akhir ini selalu memperhatikannya?
"Da--fa, kamu belum ngumpulin tugas" panggil gadis itu lagi dengan taku-takut, membuat cowok didepannya menahan tawa.
Apakah ia semenakutkan itu?
Ardafa Baradewa, cowok itu dengan sok kerennya malah menaikan alis, "tugas?" tanya nya seolah kata 'tugas' adalah bahasa asing yang tak ia mengerti.
Gadis didepannya menganguk, remasan pada roknya semakin mengencang saat Dafa semakin menatapnya dengan dalam.
Oh god, please.
"Iya, tu-tugas emang kamu gak ngedengerin apa kata pak Hendra?"
"Gak!"
jawaban dan gelengan polos Dafa membuat gadis itu mengerutkan alis.
"Gak?, tapi kamu ngerti kan?" tanyanya yang lagi-lagi dibalas gelengan lagi cowok itu.
"Terus gimana dong?" tanya gadis itu sedikit kesal, tapi kekesalannya itu entah kenapa tak mengurangi rasa gugupnya pada cowok yang satu ini.
Dafa menyeringai lebar, dan entah kenapa terasa bagai pertanda buruk bagi gadis didepannya.
"Gimana kalau lo yang ajarin gue"
Deg...
Benar kan?
Gadis didepannya terbelalak kaget.
Apa?!
"Pulang sekolah. gue tunggu lo di parkiran, Al---"
"Lira," potong Lira cepat saat Dafa kesusahan menyebutkan namanya.
"Sorry, gua lupa Alira,"
"Dan jangan lupa, diparkiran!" dan dengan itu Dafa melenggang pergi dari hadapan Lira yang masih terbengong-bengong.
Tak lupa dengan senyumannya yang lebar.Astaga, please bilang kalau ini cuma mimpi.
***
Pulang sekolah, tapi entah kenapa Lira masih enggan untuk keluar kelas dan menuju parkiran seperti yang diperintahkan Dafa tadi.
Dia sendiri juga masih merasa bimbang, haruskah ia menuruti apa yang diperintahkan Dafa tadi?
Ia takut, bukan dalam artian Dafa menyeramkan tapi ia takut karena setiap di dekat Dafa jantungnya akan berdetak 2× lebih cepat. Nyaris seperti akan keluar menobros tulang rusuknya.
Cukup tak nyaman tapi entah kenapa Lira menyukainya.
"Lira!" panggil seorang siswa dari arah pintu membuat Lira menoleh dengan was-was, ia takut itu Dafa.
"Ya?"
"Lo ditungguin sama Dafa di parkiran"
Help me god.
***
"Lama!" itu kata pertama yang Lira dengar ketika ia sampai diparkiran. Dilihatnya Dafa sudah duduk di motornya dengan wajah kesal.
"Ma--a-f" cicit Lira pelan dengan rasa bersalah. Dafa tersenyum kecil tapi ia sembunyikan dengan dengusan pelan.
Satu kata untuk gadis ini adalah, dia..... Menarik.
"Yaudah, kali ini gue maafin. Tapi kalau sekali-kali lagi awas lo!"
"Sekali-kali lagi?, emang bakal ada yang kedua kali?" tanya Lira polos, membuat Dafa menahan tawa.
Tapi, benarkah akan ada yang kedua kali diantara mereka?
Dafa menggaruk belakang telinganya yang tak gatal, mendadak ia jadi canggung sendiri.
"Ya--y-a maksud gue, maksud gue
Tuh--""Aaah lupain ajalah" lanjut Dafa.
"Oh, oke" sahut Lira dengan ragu.
"Yaudah, kita belajarnya dirumah gue aja gimana?"
"Rumah kamu?"
"Iya, emang kenapa?"
Dafa menaikan alis. Sementara Lira sudah menggigit bibir bawahnya. Astaga, bukan apa-apa tapi seumur hidup Lira gadis itu tidak pernah berkunjung ke rumah teman laki-lakinya.Pernah dulu waktu SMP Lira ada kerja kelompok, dan acara itu diadakan dirumah salah satu teman laki-lakinya.
Dan kalian tahu apa yang terjadi?
Arfa dengan sifat ke overprotective-an nya sampai menyusul Lira untuk membawa gadis kecilnya itu pulang.Dan yaaah dari situ Lira kapok untuk
Melakukannya lagi. Ia tak ingin kakak laki-lakinya khawatir."Da-fa gimana kalau belajarnya di taman aja?"
"Taman? Gak! Lo kira gua anak kecil apa?" tolak Dafa membuat Lira mengercutkan bibirnya kesal.
"Terus gimana dong?"
"Kan udah gue bilang mening dirumah gue aja" ucap Dafa sedikit kesal.
"Yau-dah" putus Lira akhirnya. Dalam hati ia berharap-harap cemas, semoga kakak kesayangannya itu tidak marah.
"Naik." ucap Dafa memerintahkan Lira untuk naik ke atas boncengannya.
***
Thanks ini part ke 3 gue, semoga suka dan gak bosen sama alurnya yang berantakan dan gak jelas ini. Maafin dede yaw.
Okey, jangan lupa vote and comment guys.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Girl
Genç KurguAlira bagaskara, gadis itu terlalu lugu untuk seorang Ardafa Baradewa, si bad boy sekolah yang terkenal dingin dan tak berperasaan. Ardafa jatuh hati pada kepolosan Lira. Dan Lira terlena dengan janji yang diucapkan Dafa kalau cowok itu akan selalu...