"maafin Dafa yah, Lira"
Lira melirik Dafa dengan ujung matanya sinis lalu kembali melanjutkan kegiatannya memilih buku di jajaaran novel.
"Please dong Liranya Dafa maafin, yah?" Dafa menggoyang-goyangkan lengan Lira persis seperti seorang anak kecil yang minta dibelikan mainan oleh ibunya.
"...."
"Ra, ayodong. Gue janji deh gak bakalan cium lo di depan umum lagi" rayu Dafa membuat Lira menatap cowok itu dengan tajam.
Tapi tatapannya kembali melembut saat gadis itu menatap kesungguhan dimata Dafa.
Lira tak akan bisa marah pada Dafa, serasa ada rasa yang menghalanginya untuk melakukan itu. Rasa yang bahkan tak ia rasakan pada Arfa, Adlan atau siapapun itu.
"Iya" kata Lira sambil tersenyum simpul. Dafa menatap Lira dengan mata yang berbinar.
"Beneran?"
"Hmmm..." Lira kembali mengalihkan perhatiannya pada novel-novel yang berjejer rapi didalam rak.
Dafa tersenyum sumringah lalu mencium pipi gadis itu cepat.
"Love you, babe" katanya lalu berlari secepat kilat.
Meninggalkan Lira yang membeku sambil memegang pipinya yang terasa memanas.
***
"Lo yakin gak mau ikut ke party-nya Angela?" Tasya menatap Lira sekali lagi.
"Iya, kamu kan tahu kalau bang Arfa gak bakal ngijinin" kata Lira sambil membereskan bukunya ke dalam tas.
Tasya menghembuskan napas, "yaudah kalau gitu lo hati-hati pulangnya"
"Iya"
***
20:30.
Arfa belum pulang. Dan Lira harus kembali tinggal dirumah sendirian mengingat tadi Dafa juga ada latihan basket.
Tadinya Lira berniat untuk lebih baik menunggu Dafa karena takut untuk sendiri dirumah. Tapi cowok dengan hubungan tanpa status dengan Lira itu menolak keras dengan alasan Lira akan kepanasan jika terlalu lama berada di sekitar lapang.
"Gue gak mau lo sakit jadi lebih baik lo pulang aja"
"Lagian gue nanti malem juga ada acara, jadi gak bisa nemenin lo"
Lanjut cowok itu sambil mengelus puncak kepala Lira dengan sayang, mengecup keningnya sedikit lama membuat Lira tidak bisa membantah.Dan disinilah Lira sekarang, duduk bersila di depan tv sambil menonton film disney kesukaannya.
Tok... tok...
Terdengar ketukan pintu membuat Lira beranjak dengan langkah kesal karena kegiatan menontonnya diganggu.
"Tasya?" Tanyanya sambil menaikan alis bingung saat melihat gadis dengan model rambut tergerai didepannya.
"Kamu Tasya kan?" Tanyanya memastikan agar ia tak salah lihat dengan apa yang dilihatnya sekarang.
Karna yang dilihatnya sekarang adalah bukan Tasya yang Lira kenal, dengan rambut kucir dan kacamata bulat yang membingkai wajahnya.
Tapi, sosok gadis anggun dan elegant menggunakan dress selutut warna peach dengan rambut tergerai dengan wajah sedikit di make-up. Dan jangan juga lupakan kacamatanya yang tidak ada ditempat digantikan oleh soft-lens warna gelap senada dengan warna mata Tasya.
Sementara gadis didepannya menganguk dengan airmata yang perlahan menetes lalu memeluk Lira dengan tiba-tiba.
"Kenapa dia jahat sama gue, Ra?"
Gadis itu sesenggukan di bahu Lira membuat Lira bingung.Siapa?
"Kita masuk dulu yah, Tas" ajak Lira karena tak mungkin membiarkan Tasya menangis didepan rumahnya.
"Aku buatin teh anget mau?" Tawar Lira sambil menggenggam tangan Tasya lembut.
Tasya hanya diam membuat Lira menghembuskan napasnya pelan lalu beranjak ke dapur membuat dua gelas teh manis hangat, setidaknya Tasya akan merasa baikan dengan itu.
"Kenapa?" Tanya Lira tepat saat Tasya meneguk sisa teh manis hangat miliknya.
Tasya diam kemudian menjawab pertanyaan Lira dengan lirih.
"Salah gak sih, Ra kalau gue cinta sama Kevi?" Kata pertama yang Tasya katakan yang mampu menjawab setidaknya sedikit keraguan Lira.
"Maksud kamu?"
"Kevin se--lingkuh... hks" kata Tasya kembali terisak.
Lira membeku sekaligus mengernyitkan alisnya bingung.
Selingkuh?
Memang Tasya dan Kevin punya hubungan apa?
"Ceritain sama aku yang sebenarnya!" Tegas Lira membuat Tasya menghembuskan napasnya kasar disela isak tangisnya.
"Gue sama Kevin tunangan" empat kata tapi suskes membuat Lira kaget setengah mati.
Tunangan?, jadi cin-cin itu?
"Iya, ini cin-cin tunangan kita. 2 bulan lalu" kata Tasya sambil menatap dengan miris cin-cin yang melingkar sempurna di jari manisnya.
Pandangannya menerawang, "gue sama Kevin dijodohin, papanya Kevin salah satu kolega bisnisnya daddy,
Awalnya gue nolak. Iyalah, lo bahkan tahu gimana Kevin dan hubungan gue sama dia sebelumnya.
Tapi disatu sisi gue gak mau ngecewain daddy, apalagi Kevin juga maksa karena gak mau semua fasilitas-nya diblokir."
Tasya berhenti bicara, tangannya sibuk menyeka airmata yang malah semakin menetes."Te--rus?"
"Hubungan kita berjalan baik, walaupun gue tahu Kevin masih suka pacaran dibelakang gue tapi no problem. Kita cuma di jodohin. Tapi setelah dia selalu ada buat gue, gue ngerasain hal yang beda. Gue gak suka dia deket sama cewek lain, tapi gue cuma diem. Sekali lagi gue inget kalau gue cuma dijodohin."
"Tapi kali ini dia udah keterlaluan, Ra. Dia cium Siska di depan mata gue, hks... di depan semua orang. Siapa yang gak sakit?" Tasya menunjuk ddanya dan meremas nya pelan.
Lira langsung membawa gadis itu kedalam pelukannya.
"Kamu yang sabar yah, Sya. Lagian kenapa baru ngomong sekerang?"
"Gak papa kok, gue cuma yaah lo tahu hubungan gue sama dia yang gak baik sebelumnya."
"Terus hubungan lo sama Dafa gimana? Gue sering liat lo berdua sama dia,"
Lanjut Tasya membuat Lira terkejut dengan pipi yang merona."Kita te.... temen"
Jawab Lira ragu, entahlah karena sebagian besar hatinya merasa tak rela.***
Ditunggu vote and commentnya guys.
Gue jadi kepikiran buat ceritanya Tasya sama Kevin.
Ada yang mau gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Girl
Teen FictionAlira bagaskara, gadis itu terlalu lugu untuk seorang Ardafa Baradewa, si bad boy sekolah yang terkenal dingin dan tak berperasaan. Ardafa jatuh hati pada kepolosan Lira. Dan Lira terlena dengan janji yang diucapkan Dafa kalau cowok itu akan selalu...