Cowok bermata biru itu masih memandang pantulan wajahnya di kolam renang dengan tatapan kosong.
Rambutnya berantakan, matanya sayu dan tubuhnya yang dilapisi kaus tipis mulai menggigil karena kedinginan.
Pandangan kosongnya berubah jadi menerawang ketika menatap langit.
2 tahun lalu, dan bukan sekarang saat semuanya sudah benar-benar berubah.
Secepat saat ia menutup mata lalu membukanya lagi.
2 tahun lalu, mungkin ia tak akan pernah kedinginan seperti sekarang. Selalu saja ada orang yang sekedar memeluk tubuhnya agar tak kedinginan.
Selalu saja ada orang yang menegurnya ketika ia terlalu lama berada diluar rumah malam-malam.
"Daf, masuk gih udah malem nanti lo sakit kan dingin" saat itu, seorang gadis beriris mata sama dengannya itu menatap nya dengan khawatir.
Tapi Dafa hanya tersenyum, menarik tangan gadis itu untuk duduk disebelahnya.
"Aku gak akan kedinginan kalau ada kamu disini" katanya sambil menyenderkan kepala gadis itu dibahunya.
"Kapan lo berubah Daf, grandma udah gak ada. Jangan pernah menyiksa diri lo sendiri kayak gini" gadis itu menatap Dafa yang tertegun lalu menghela napas dengan kasar.
"Berubah itu butuh waktu, La." jawab Dafa sambil menatap kedalaman mata gadis di depannya.
"Apalagi disaat gue udah gak punya siapa-siapa lagi" lanjut Dafa dengan suara lirih.
"Gue yang bakal selalu ada buat lo Daf, gue gak bakal biarin lo sendirian" kata gadis itu sambil menatap balik mata Dafa.
"Semuanya akan baik-baik aja"
Bahkan Dafa masih mengingat secara detail percakapan mereka.
Dan itu sudah dua tahun yang lalu, sudah lama. Bahkan Dafa sudah terlalu bosan untuk berandai bahwa semuanya akan kembali seperti duli, semuanya akan baik-baik saja, seperti apa yang dikatakan gadis itu dulu.
Karena nyatanya semuanya tak baik-baik saja, bahkan jauh dari kata baik setelah Dafa tahu gadis itu tak akan ada disisinya lagi.
Dia pergi.
Meninggalkan Dafa dengan janjinya yang bahkan sampai sekarang masih Dafa pegang.
Walau Dafa tahu sampai kapanpun mereka tak akan bisa bersatu, sekuat apapun Dafa menginginkan gadis itu.
Menghembuskan napas keras, Dafa lantas merogoh handpone dari saku celana jeans yang ia kenakan.
Menatap layar walpaper nya yang menampakan poto dirinya dan gadis itu.
melihat itu Dafa tetsenyum miris, ketika ia ingin mengirim pesan pada gadis itu ia mengurungkan niat.
Karena, setelah Dafa tahu kalau gadis itu pergi ia telah bertekad
Untuk melupakan apapun yang yang berhubungan dengan gadis itu. Kalau kali ini Dafa menghubunginya sama dengan Dafa yang membuka luka lama.Untuk itu Dafa beralih untuk mengetik sebuah pesan.
To: Lira
Tidur,Ra. Udah malem.
Entahlah, karena Dafa yakin Lira masih terjaga.
Sok tahu, huh?
Tapi memang benar kan, disebrang sana Lira balas tersenyum. Walau tak tahu siapa yang mengiriminya pesan.
From: Lira
Iya, bentar lagi. Ini siapa?
Dafa tersenyum kecil lalu membalas pesan gadis yang akhir-akhir ini selalu mengganggu pikirannya. Yang tanpa ia sadari perlahan-lahan menggantikan seorang gadis di masalalunya.
To:Lira
Gue Dafa, sampai jumpa besok di sekolah, Alira.
***
"Darimana kamu tahu no aku, Daf?"
Itu yang pertama kali Lira tanyakan saat mereka sampai di rooftoop."Dari buku lo yang kemarin gue titipin ke abang lo" jawab Dafa sambil menatap Lira yang kini tengah menaikan alis tapi kemudian mrnganguk dengan ragu.
"Daf...." panggil Lira pelan.
"Hmmm...." dafa hanya menjawab dengan gumaman, tanpa menatap Lira.
"Kemarin abang bilang aku harus jauhin kamu"
Damn..., maaf kalau sekarang Dafa mengumpat, tapi perkataan Lira barusan benar-benar mengejutkannya.
"Kenapa?" tanya Dafa tercekat, terasa ada beban ribuan kilogram yang menghimpit dadanya, sesak.
Tapi Lira hanya diam, menundukan kepalanya dalam membiarkan Dafa menerka-nerka.
"Karena gue nakal?" tanyanya.
Melihat Lira yang masih diam membuat Dafa menyimpulkan bahwa pemikirannya benar.
Cowok itu tertawa sumbang sebelum beranjak dari terpat duduknya di sebelah Lira."Yaudah, lo pergi aja jauhin gue atau gue yang pergi?"
"Jangan!!!" ucap Lira refleks,
Jangan?! Apa itu artinya Lira tak menginginkan Dafa pergi?
Mendengar itu Dafa tersenyum tipis, "kenapa?"
"Apa kamu bakal pergi setelah janji bakal selalu ada buat aku?"
Oh astaga, apa Dafa akan sanggup pergi meninggalkan Lira yang jelas-jelas menginginkannya disini.
Walau tanpa alasan, karna yang Lira tahu ia tak ingin Dafa pergi, ia ingin Dafa menepati janjinya untuk selalu ada untuk Lira.
"Gak akan, karena gue bakal nepati janji gue. Gue bakal selalu ada buat lo"
Dafa pun tak tahu kenapa ia bisa seyakin itu. Karena yang pasti ia yang akan menjaga Lira, ia yang akan selalu ada untuk Lira.
***
Jangan lupa vomment nya guys, walau gue tahu ini part paling gaje.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Girl
Teen FictionAlira bagaskara, gadis itu terlalu lugu untuk seorang Ardafa Baradewa, si bad boy sekolah yang terkenal dingin dan tak berperasaan. Ardafa jatuh hati pada kepolosan Lira. Dan Lira terlena dengan janji yang diucapkan Dafa kalau cowok itu akan selalu...