Hari sudah semakin siang, dan dua sejoli itu masih belum beranjak dari tempatnya.
"Dafa, kapan kita pulang?" Tanya Lira.
"Nanti, sayang" sahut Dafa. Lira mendengus. Sebenarnya Lira sudah menanyakan hal itu berkali-kali dan selalu mendapat jawaban yang sama pula.
"Dari tadi nanti terus" kali ini suara Lira terdengar manja. Dafa tersenyum lalu menarik Lira kembali masuk kedalam pelukannya. "Emang mau kemana sih, kamu laper?"
"I--ya" jawab Lira malu-malu. Wajahnya bahkan sudah memerah sampai ke telinga. Lagi-lagi Dafa tertawa, akhir-akhir ini cowok itu memang sering tertawa jika bersama Lira.
Dafa berdiri, mengulurkan tangan pada Lira yang langsung dibalas oleh gadis itu.
"Mau kemana?"
"Katanya tadi kamu laper" kata Dafa membuat Lira meringis, tapi tak melepas senyum dibibir. Mereka kemudian berjalan menuju parkiran.
"Mau makan apa?" Katanya lagi. Lira mengetuk-ngetuk telunjuk didagu, seperti berpikir. "Aku mauuuuu---"
"Mau apa?"
"Bentar dong aku lagi mikir tahu" sungut Lira dengan bibir maju. Dafa tertawa, "yaa lagian kamu mikir lama banget"
"Cirinya orang pinter tahu, berpikir sebelum ngambil keputusan" alibinya. Dafa mendengus, "yang kayak gitu bukan pinter, plin-plan"
"Eh yang plin-plan bukannya situ yaa" sindir Lira, telak.
"Sialan." Terdengar cowok itu mengumpat pelan. Lira melotot, tepat saat mereka sudah sampai didepan motor Dafa.
"Eh, kok kasar?" Kata Lira, suaranya naik satu oktaf. Dafa meringis, dengan gerakan cepat mengecup pipi Lira yang memerah. Entah karena panas atau malu tapi yang pasti Dafa cukup puas dengan hal itu.
"Dafaaaa!" Teriak Lira kesal yang membuat Dafa lagi-lagi tertawa.
"Apa sayaang?" Godanya. Lira bertambah kesal saja melihat wajah watados cowok yang satu itu.
"Tau ah." Ketusnya, dengan kasar gadis itu merebut helm yang disodorkan Dafa.
Lira memukul bahu Dafa keras ketika telah berhasil menaiki motor. Dafa mengaduh, "baru juga pacaran udah KDRT" gerutunya sambil menghidupkan motor.
Lira tertawa, "ayo cepet jalan!" Perintahnya.
Motor mulai melaju, lagi-lagi tangan Lira sengaja ditarik Dafa untuk melingkari perutnya.
Dan Lira menurut.
***
Dafa memarkirkan motornya didepan penjual bakso dan mie ayam. Lira lebih dulu turun, gadis itu melepaskan helm dan mengulurkannya pada Dafa.
"Gakpapa emang kamu makan disini?" Tanya Dafa. Lira menaikan alis, memangnya kenapa? Ia sering kok diajak Arfa makan di kaki lima.
"Gapapalah emang kenapa?" Lira balik bertanya. Dafa hanya menggeleng, cowok itu mengusap kening Lira yang sedikit berkeringat lalu mengajaknya duduk disalah satu meja kosong yang tersedia disana.
"Pak, basonya satu ya. Kamu apa sayang?" Tanya Dafa melirik Lira. Gadis itu tersipu, "samain aja" cicitnya kemudian.
"Oke, pak bakso nya dua yaa"
"Siap De" sahut si penjual bakso.
Setelah itu hening, sampai beberapa saat kemudian pesanan mereka siap tersaji diatas meja.
Mereka makan dalam diam. Mungkin karena terlalu lapar Lira menghiraukan Dafa yang datitadi terus-menerus menatapnya. "Pelan-pelan, sayang" kata Dafa.
Lira tersipu, ada sesuatu dari dalam dirinya yang berdesir ketika Dafa memanggilnya seperti itu. "I---iya" cicitnya kaku.
Dafa hanya tersenyum geli, cowok itu bahkan bisa melihat tangan gadisnya yang memegang sendok bergetar karena gugup.
"Santai sayang, jangan gugup gitu"
Wajah Lira tambah memerah, membuat Dafa gemas.
Ah, sampai kapanpun Dafa tak akan pernah melepaskan gadis yang satu itu.
***
Udah lama update, pendek lagi yaaa wkwk
Maafin yaa, tadinya juga mau moveon dari cerita yang satu ini. Tapi belum bisa hueee
Jadi yaa gini kalo imajinasi terlalu dipaksakan wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Girl
Teen FictionAlira bagaskara, gadis itu terlalu lugu untuk seorang Ardafa Baradewa, si bad boy sekolah yang terkenal dingin dan tak berperasaan. Ardafa jatuh hati pada kepolosan Lira. Dan Lira terlena dengan janji yang diucapkan Dafa kalau cowok itu akan selalu...