Gadis itu masih menghitung detik demi detik waktu dengan rasa takut.
Astaga, Lira tak pernah suka dengan hal apapun yang memaksanya untuk tinggal dirumah sendirian.
Apalagi kalau bukan karena Lira adalah seorang penakut.
Matanya tak pernah lepas menatap pintu kamarnya yang masih terkunci dengan rapat, tapi entah kenapa gadis bermata bulat itu masih ketakutan.
Bagaimana kalau ada zombie yang mendobrak pintu kamarnya dan setelah itu memakan dagingnya dengan buas?
Atau ada sesosok misterius bergaun putih yang tiba-tiba mencekik lehernya?
Hiiii, memikirkan semua kemungkinan itu saja benar-benar membuat bulu kuduk Lira meremang dengan tangan yang basah oleh keringat.
Sial, sial, sial. Seharusnya Arfa tidak pergi meeting hingga mengharuskan Lira tinggal dirumah sendirian seperti ini.
Atau setidaknya tadi Lira membiarkan Dafa menginap dirumahnya dan ia tak akan ketakutan seperti sekarang.
Dengan hati-hati ia menggapai ponselnya di atas nakas dan mengetik pesan untuk seseorang disana.
To:Dafa
Dafa, aku takut.
Dan dengan itu Lira mencoba terlelap dengan harapan setrlah ia bangun nanti Dafa akan memeluknya dengan erat.
***Bugh.
Bugh.
Bugh.
Suara apa itu?
Lira terbangun dengan was-was sambil melirik kearah kaca jendela utama yang memisahkan kamar dan balkon.
Jam 22:24. Dan seharusnya Lira masih tertidur dengan tenang kalau saja tak ada suara yang mengganggu indra pendengaran nya itu.
Buuugggh.
Suara itu terdengar lagi, kali ini lebih keras diikuti terguncangnya jendela Lira. Seperti ada yang sengaja memukul-mukul jendela itu membuat Lira takut setengah mati.
Astaga, sebenarnya suara apa itu.
Fantasi-fantasi liar mulai berkeliaran diotak Lira.
Bagaimana kalau itu pocong yang berlompat-lompat seperti di film hantu yang lemarin malam Lira tonton bersama Arfa.
Atau sosok anak kecil tanpa mata yang sekarang tengah terdiam dengan wajah datar.
Atau....
"Lira..."
Astaga, kenapa hantu itu tahu namanya? Drngan cepat Lira menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.
Please, help me
"Liraaaa!!" panggilan itu terdengar lagi, kali ini lebih keras membuat Lira semakin menangis ketakutan dibalik selimut bergambar frozen itu.
"Lira, buka pintunya!!!" kali ini suara itu sedikit menggeram.
Lira langsung menangis drngan kencang.
"Huuuaaaaa, abang ada hantu di kamar lira. Huaaaaa" jeritnya melengking.
"Lira!, ini aku Adlan"
Zzzz, Lira kicep seketika.
Apa katanya, Adlan?
Dengan cepat gadis itu menyibak gorden dan langsung menemukan wajah kesal kakak kelasnya.
"Kak Adlan, ngapain disitu?" tanya Lira polos, matanya melirik sebuah tangga yang menjadi penghubung antara balkon kamarnya dan balkon kamar Adlan.
"Kenapa lama banget buka jendelanya?" kata Adlan keki sambil nyelonong masuk ke dalam kamar Lira.
"Eh?" mengerutkan alis tapi lemudian gadis itu berjalan mengikuti Adlan yang sudah duduk di pinggiran kasurnya.
"Kak Adlan ngapain disini?"
"Kak Adlan disuruh Kak Arfa buat nemenin kamu, kamu kan penakut" kata Adlan dengan senyum mengejek membuat Lira mendengus kesal.
"Terus kenapa harus lewat balkon segala?" tanya Lira kesal, seharusnya kan Adalan tak perlu lewat balkon kamarnya kan bisa lewat pintu utama.
Eh, emang Lira berani?
"Heh!" Adlan mengetuk dahi Lira, "kak Adlan tuh udah gedorin pintu depan puluhan kali tapi kamu gak buka-buka" lanjut Adlan dengan wajah kesal lalu bangkit membuka pintu kamar Lira.
"Kak Adlan mau kemana?"
"Haus, mau buat teh anget" sahut Adlan.
"Lira ikut dong"
"Ayo"
***
Jam yang menggantung diatas televisi sudah menunjukan pukul 22: 56.
Sekarang suasana ruangan itu benar-benar hening. Tidak ada yang bersuara selain televisi layar datar Lira dengan volume sedang.
Bungkus-bungkus bekas makanan ringan berserakan di atas meja.
Tadi memang mereka sempat keluar untuk membeli beberapa bungkus snack di mini market karena Lira mengeluh lapar.
Lira sudah tertidur diatas sofa ditemani Adlan yang sedang menonton film action luar negeri.
Sesekali mencuri-curi pandang pada Lira dan mengamati wajah lugu itu diam-diam.
Jujur menurut Adlan Lira itu cantik, cantik banget malahan.
Bahkan saking cantiknya Adlan sampai tidak sadar sudah mengamati wajah itu selama hampir lima menit.
"Euuunggh.." lenguh gadis itu sambil mencari posisi yang nyaman. Menbuat Adlan berinisiatif untuk memindahkan Lira ke dalam kamarnya.
Lantas Adlan menggendong Lira ala bridal stile.
Sedikit merapikan rambut Lira kebelakang telinga lalu mengecup dahi gadis itu.Karena Adlan tahu, ada sepasang mata biru terang yang kini tengah menatap ke arahnya dengan mata yang menyala, penuh amarah.
"Ra, maaf tadi dijalan ma--cet" ucapnya tercekat.
Dan ia tertegun
***Yeaaay, ini part ke 13 gue guys,. Semoga gak bosen-bosen baca.
Dan jangan lupa vommentnya biar gue tambah semangat lanjutin cerita gaje ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Girl
Teen FictionAlira bagaskara, gadis itu terlalu lugu untuk seorang Ardafa Baradewa, si bad boy sekolah yang terkenal dingin dan tak berperasaan. Ardafa jatuh hati pada kepolosan Lira. Dan Lira terlena dengan janji yang diucapkan Dafa kalau cowok itu akan selalu...