21.

4K 165 0
                                    

Entah kenapa hari ini kelas menjadi sangat hening, dan gaduh dalam waktu bersamaan.

hari ini kelas Lira sedang free class tapi suasananya beda dari biasa.

Karena hampir 30 pasang mata itu menatap seorang gadis berkacamata bulat dan lelaki berambut cepak sedang bertengkar didpen kelas.

Gadis itu menangis sesenggukan, sementara lelaki berambut cepak didepannya tampak frustasi.

"Gue cape Fin, ......hkss...hks, gue capek! Kalau lo emang gak niat sama hubungan ini yaudah, gue gak maksa"

"Gak maksa, gak kayak lo yang waktu itu minta gue buat nerima perjodohan kita karena gak mau semua aset lo di blokir.... hks"
Tasya mengelap airmatanya yang masih deras menetes.

Membuat hati Kevin entah kenapa mencelos.

Seharusnya ia yang menghapus airmata itu. Bukankah ia telah berjanji untuk menjadi tameng Tasya, melindunginya.

Tapi kenapa sekarang ia yang menghancurkan gadis itu?

"Gue tahu lo tunangan sama gue tuh karena paksaan, sekarang gue yang bakal mengakhiri semuanya."

"Tas lo gak bisa kayak--"

"Apanya yang gak bisa? Gue bakal bilang sama daddy kalau kita gak cocok. Dan semuanya bakal berakhir."

Ucapan Tasya entah kenapa mampu menohok hatinya. Separuh jiwajanya meluruh membuat Kevin hampir tak bisa menahan keseimbangan tubuhnya kalau saja tak perpegangan pada meja guru.

Apalagi saat melihat Tasya yang pergi dari hadapannya dengan masih menangis.

Karena tanpa ia sadari, cewek itu ternyata sudah menempati sebagian besar hatinya, dan saat ia pergi semua nya terasa kosong.

Tapi, apa yang bisa Kevin lakukan?

Bahkan untuk mengejarpun ia tak mampu. Terlalu shock untuk memikirkan kemungkina-kemungkinan yang akan terjadi kalau mereka memang harus berpisah.

Karna Kevin tahu, kaca yang sudah pecah tak akan kembali seperti semula.

Sementara Lira yang daritadi hanya memperhatikan menghela napas, ia tahu ini akan terjadi.

Akhirnya dengan yakin ia beranjak untuk mengerjar Tasya tapi tangannya lebih dulu dicekal oleh seorang laki-laki yang dari tadi menatapnya dengan sedih.

"Maaf" lirihnya membuat Lira menghembuskan napas dengan kasar.

Siapa sebenarnya disini yang salah?

***


"Ra, maafin gue" kata Dafa sambil meraih tangan kanan Lira tapi langsung ditepis gadis itu.

"Buat apa?" Tanya Lira tanpa menatap Dafa.

Ada jeda beberapa saat sebelum Dafa menjawab dengan nada pelan, "gue gak tahu, tapi liat lo marah-marah kayak gini gue yakin punya salah"

Lira mendengus, "udahlah Daf, aku mau nyusul Tasya, jadi lepasin tangan kamu" kata Lira datar sambil menghempaskan tangan Dafa kasar.

Lira sudah memikirkan semuanya.

Walau ia tak ingin, tapi ia harus mengakhiri semuanya.

Merek tak bisa terus seperti ini, bersama dan berpikir semuanya seolah baik-baik saja, seolah dalam kontrol padahal Lira bahkan tak bisa mengendalikan perasaannya sendiri.

Karena Lira sadar, ia telah jatuh. Jatuh dalam pesona seorang Ardafa Baradewa.

Karena yang harus Dafa tahu adalah, selugu apapun Lira dia tetap perempuan.

Dia tetap jadi perempuan yang mencintai lelakinya dalam diam.

"Ra, please. Lo gak bisa kayak gini. Bertingkah seolah gue punya salah padahal gue sendiri gak tahu salah gue apa"
Kata Dafa membuat gadis itu tertawa.

"Iya, Daf. Kamu bener, aku juga gak tahu kenapa aku marah karena pada dasarnya aku emang gak berhak. Aku juga bukan siapa-siapa kamu kan?" Kata Lira tersenyum getir.

Rahang Dafa mengeras mendengar itu. Ada rasa marah yang tiba-tiba saja muncul saat Lira mengatakan kalau mereka bukan siapa-siapa.

Lalu selama ini Lira menganggap semua perhatian Dafa apa?

Tapi rasa itu juga membuat Dafa seolah tersadar kalau Dafa sudah membawa Lira terlalu jauh untuk ukuran status pertemanan.

"Lo ngode gue, Ra?"

"Hah?" Lira melongo tapi itu hanya seperkian detik sebelum cewek berambut coklat itu sadar dan menatap Dafa tanpa berkedip. "Daf, aku--aku...aku mau nyusul Tasya" Lira gugup dan Dafa tahu apa yang dipikirkannya adalah kebenaran.

Sebelum Lira benar-benar pergi dari hadapannya Dafa mencekal tangan gadis itu.

"Kalau lo mau kita pacaran gue belum bisa, karena gue bahkan gak tahu apa perasaan gue sekarang sama lo" kata-kata yang kelewatan jujur itu seolah menyadarkan Lira dengan telak.

Kalau Dafa gak tahu sama perasaannya sendiri sekarang lalu apa artinya Lira?

Lira berbalik, tatapannya menajam membuat Dafa sempat terkejut karena merasa tak pernah melihat ekspresi semenakutkan itu dari Lira.

Tapi yang Dafa dengar selanjutnya dari mulut cewek itu adalah bukan lira yang memaki-makinya dengan kata-kata tajam. Tapi helaan napas Lira yang terdengar berat membuat cowok itu menatap Lira dengan tatapan bersalah.

"Iya, gak papa kok Daf, lagian untuk sekarang aku gak minta untuk pacaran. Kita harus fokus dulu sama sekolah. Jadi untuk saat ini aku minta kita jaga jarak dulu"

Lira berlalu, tanpa menunggu jawaban apapun dari cowok bermata biru yang malah mematung.

Karena yang Dafa tahu setelah itu adalah ada rasa berat yang menghantamnya dengan talak kala ia memperhatikan kepergian Lira dalam diam.

Apa setelah ini Lira akan pergi?

Getaran disaku seragamnya menyadarkan Dafa cowok itu

***

Sorry lama update, dan chapter ini yang banyak konflik Tasya sama Kevin, sengaja karena gue ada rencana buat cerita mereka.

Tapi bukan itu aja sih, entah kenapa part ini tuh gue ngeblank banget gak tahu mau nulis apa.

So, kasih semangat dong guys

Jangan lupa vote and comment nya guys😊

My Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang