"Terus hubungan lo sama Dafa gimana? Gue sering liat lo berduaan sama dia,"
Lanjut Tasya membuat Lira terkejut dengan pipi yang merona."Kita te.... temen"
Jawab Lira ragu, entahlah karena sebagian besar hatinya merasa tak rela."Yakin?"
"Y--ya" jawab Lira dengan hati yang mencelos, karena sampai sekarangpun Lira belum tahu hubungan mereka apa.
Tasya sama Kevin yang selalu berantem aja tunangan, terus Lira sama Dafa apa?
"Syukur deh kalau kalian gak ada apa-apa" desah Tasya merasa lega, Lira menaikan alis.
"Emang kenapa?"
"Tadi gue lihat dia pelukan sama cewek"
Seketika, wajah Lira menegang.
Musik masih berdentum dengan keras, dance floor masih ramai di jamah oleh mereka yang asik berdansa.
"Nambah lagi?" Seorang gadis bermata abu menatap cowok disebelahnya dengan tangan yang siap menuangkan cocktail kedalam gelas kecil.
Cowok itu menganguk dan langsung meminumnya dalam sekali teguk.
"Fin, giliran lo tuh. Truth or dare?"
"Gue bukan pengecut, jadi gue pilih dare"
Semua yang duduk di kursi bartender itu bersorak, lalu salah satu dari mereka mengajukan satu tantangan yang membuat Kevin terkejut tapi detik kemudian menyeringai.
"Cium Siska, tepat di bibir" kata Deni sambil menatap Kevin menantang.
"Siapa takut" kata cowok itu sambil mendekatkan wajahnya pada Siska yang sudah salah tingkah.
Perlahan tapi pasti bibir mereka saling bersentuhan, saling menyecap satu sama lain.
Tanpa menyadari seorang gadis dengan balutan dress berwarna peach menatap mereka dengan ekspresi tak terbaca.
Tangannya terkepal dengan kuat. Airmata berkumpul dipelupuk mata seakan dalam sekali kedipan saja menetes.
Ia marah, tapi entah marah pada
Siapa.Akhirnya ia memutuskan untuk pulang, berlari sekuat mungkin. Tapi sebelum itu ia menangkap bayangan seorang laki-laki dan seorang perempuan di sebuah lorong yang gelap.
Mereka terlihat seperti bertengkar tapi kemudian si lelaki berinisiatif membawa si perempuan kedalam pelukannya.
"Gue sayang lo, Daf" kata si perempuan dengan lirih, hampir tak terdengar kalau saja Tasya tak menajamkan indra pendengarannya.
Membuat Tasya mematung.
Apalagi saat si lelaki menjawab dengan suara beratnya, "gue juga,"
"Ka--kamu beneran?" Lira tergagap. Entah ada rasa marah yang berkumpul dan bergemuruh didalam dadanya.
Tapi apakah seorang teman berhak mempunyai perasaan seperti itu?
Tasya menganguk dengan santai, kembali meneguk teh hangat yang dibuatkan Lira tadi.
"Kenapa emang?"
"Gak papa, dia berhak kok deket sama siapa aja"
Kata Lira dengan lirih, pandangannya menyorot pada layar tv dengan hampa.
Entah, karena bertepatan dengan itu hati Lira merasa kosong.
***
Dafa memasuki tempat itu dengan sedikit ragu.
Pasalnya ia baru kembali ketempat ini setelah beberapa minggu, atau bulan?
Entahlah, karena yang pasti terakhir kali Dafa kesini adalah untuk menemui Nathan, salah satu temannya. Dan rasanya sudah lama sekali.
Seorang penjaga didepan pintu menahannya untuk masuk, menyuruhnya untuk memberikan tanda pengenal.
"Angela Wicaksono" kata Dafa dengan datar, penjaga itu menganguk dengan patuh lalu membiarkan Dafa untuk masuk. Ya, tadi Angela bilang kalau pestanya tak jadi diadakan di rumah, orang tuanya dari luar negeri pulang dan itu sama sekali di luar perkiraan Angela.
And then, jadilah sekarang Dafa berada di bar.
Bau alkohol dan musik yang berdentum dengan keras langsung menyambutnya saat itu.
Membuat Dafa menghela napas,
Dengan langkah yang seolah dipaksakan cowok itu bergerak untuk menemui teman yamg lainnya."Hi, bro. Lo datang juga ternyata" kata Kevin membuat Dafa tersenyum sekilas.
"Iya, gak mungkin gue gak dateng" kata Dafa lalu melirik Angela yang saat itu tengah tertawa dengan seorang cowok bermata sipit yang Dafa yakini bukan dari sekolahnya.
"Gel, congrats yah" kata Dafa, Angela hanya mengangkat kedua jempolnya.
"Lo mau minum?" Tanya Aryo yang dibalas anggukan oleh Dafa.
Minum sedikit tak akan membuatnya sekarat kan?
"TOD, yok" ajak Kevin tiba-tiba.
Seluruh orang yang duduk di meja bartender itu menganguk dengan antusias,
Botol minuman kosong itu mulai bergerak, dan berhenti di satu sisi membuat mereka semua bersorak.
"Yeaaaay, aa Denis yang kena" kata Arman dengan suara yang dibuat-buat.
"Truth or dare?!!!" Kevin menatap Denis yang sekarang tengah mengusap wajahnya kasar.
"Truth" jawab Denis lemas, Kevin terbahak.
"Truth? Banci lo masa gak berani milih dare sih?!!" Sungut Kevin.
Danis mengangkat bahunya sekilas, "terserah gue dong"
"Okey, berapa kali lo pernah liat film b*kep?" Tanya Kevin yang dibalas gelak tawa yang lain.
Dafa hanya tersenyum tipis dibalik minuman bening yang sedang diteguknya.
"Vin, jangan yang itu dong gue kan...."
Kata Denis menggantung, mencoba mengelak dari pertanyaan Kevin yang menurutnya memalukan itu.Hendra yang ada disebelahnya menaikan alis, "ayolah Den, jangan buat lo jadi banci buat yang kedua kalinya"
Harris dan joe ikut menyoraki.
Akhirnya setelah menghela napas yang lumayan panjang Danis menjawab dengan suaranya yang mengecil.
"Gue gak tahu, terlalu sering bahkan hampir setiap hari"
Anak-anak seketika terbahak dengan keras, bahkan Dafa yang dari tadi tampak tenangpun ikut tertawa kecil.
Sampai seorang perempuan bergaun merah menghentikan tawanya, membuatnya membeku saat pandangan mereka bertemu.
"Dila?"
Ucapnya pelan saat perempuan itu bergerak menghampirinya yang sudah panas dingin."Long time no see Dafa?"
***
Part 20, mari kita sama-sama bersyukur karena cerita gue yang gaje ini gak jadi tenggelam😊😅😅😅😅
Vommentnya ditunggu guys, buat penyemangat gue?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Girl
Teen FictionAlira bagaskara, gadis itu terlalu lugu untuk seorang Ardafa Baradewa, si bad boy sekolah yang terkenal dingin dan tak berperasaan. Ardafa jatuh hati pada kepolosan Lira. Dan Lira terlena dengan janji yang diucapkan Dafa kalau cowok itu akan selalu...