"Astaga, please my princess Lira. Ini tuh tengah malem masa kamu mau makan es krim sih"
"Iya deh. btw ini bukan tengah malem abang, tapi menjelang pagi"
"Nah itu kamu tahu. Ngomong-ngomong abang nemuin jaket cowok diruang tamu, punya siapa?"
Tanya Arfa dengan pandangan menyelidik membuat Lira terdiam seketika.Astaga, itu pasti punya Dafa yang ketinggalan.
Dan alasan apa yang harus Lira katakan pada abang tersayang nya sekarang?
" eungh....itu--i-tu, itu punya..... Temen Lira bang" jawab Lira gugup.
Arfa menaikan alis, "temen cowok kamu?"
Lira menganguk dengan ragu.
"Kok bisa ketinggalan disini?"
"Eunghh... I--tu bang--"
"Itu apa? Jangan-jangan kamu-"
"Please abang jangan mikir macem-macem. jaket itu tuh punya Dafa, temen sekelasnya Ara. Tadi kan abis pulang sekolah Ara ke rumah Dafa buat belajar bareng tapi abang keburu nelpon jadi Ara pulang deh dianterin Dafa, dan karrna gak enak Ara tawarin Dafa mampir dan--"
"Dan apa, Ara? Please jangan bikin abang khawatir deh. Kamu gak diapa-apain kan sama Dia?"
"Ya gak lah, Ara cuma dipeluk kok sama dia" sahut gadis itu lugu membuat Arfa membulatkan matanya kaget.
"APA?!!!"
***
"pulang sekolah nanti kamu jangan kemana-mana, nanti abang jemput" ucap Arfa protective membuat Lira menghembuskan napasnya pasrah.
Sejak semalam kakak satu-satunya itu bahkan melarang Lira berdekatan dengan teman lelakinya. Lira pun hanya pasrah, tak mampu gadis kecil itu melawan perintah Arfa.
"Iya, abang" jawab gadis itu lemas saat mobil yang dikemudikan Arfa berhenti tepat didepan gerbang sekolahnya.
"Yaudah, inget pesan-pesan abang semalam. Jangan terlalu dekat sama cowok atau abang akan bener-bener homeschooling kamu" kata cowok itu kejam membuat Lira bergidik ngeri, tak bisa mbayangkan kalau ia benar-benar homeschooling, terjebak setiap harinya didalam rumah,
oh no!
"Iya, Ara inget kok. Yaudah Ara masuk yah abang" ucap Lira sambil berusaha membuka pintu mobil, tapi Arfa dengan cepat mencekal pergelangan tangannya dan,
Chup
Arfa mengecup pipi Lira sekilas, membuat Lira sedikit kaget.
"Abang sayang Ara" ucapnya berbisik pelan, Lira mengerjap sesaat tapi kemudian menatap Arfa sambil tersenyum.
"Iya abang, Ara juga sayang sama abang" kata gadis itu yang entah kenapa terasa menohok hati Arfa.
***
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Tapi Lira masih bertahan pada posisinya untuk tidak keluar kelas.
Entahlah , Lira merasa tak ingin saja.
Suasana kelas benar-benar sepi. Hanya ada dirinya dan seorang cowok yang terakhir kali Lira liat sedang menelungkupkan kepalanya diantara lipatan tangan, sepertinya dia tidur.
Bukan pura-pura bodoh. Bahkan dengan sekali lirik pun Lira tahu kalau cowok itu Dafa yang sekarang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Wait, Menatapnya?
Sejak kapan cowok itu bangun? Mendadak Lira jadi gugup, entah kenapa ditatap seperti itu oleh Dafa membuat hatinya jadi kebat-kebit.Astaga,
Terdengar Dafa terkekeh pelan, dengan gerakan yang tak terduga cowok itu yang menghampiri Lira membuat gadis itu mengerutkan alis bingung.
"Gue mau ke kantin lo mau ikut gak?" katanya membuat Lira melongo.
"Hah?!!"
"Kok 'hah' sih? Mau ikut gak?" tanyanya sekali lagi.
Walau ragu akhirnya Lira menganguk, mereka berjalan beriringan menyusuri koridor yang saat itu terlihat ramai karena jam istirahat.
"Eh itu Lira kan? Jalan sama siapa tuh?"
"Kok Lira jalan bareng cowok sih?"
"Itu cowoknya siapa?"
Dan masih banyak ucapan-ucapan lainnya tapi entah kenapa Lira seolah tak peduli.
Karena yang Lira ketahui saat ini adalah tangannya digenggam Dafa dengan lembut.
Ketika ia menoleh Dafa tersenyum dengan sangat manis.
Pipinya menghangat.
Hatinya juga.
***
Dan sekali lagi, saya mengucapkan banyak-banyak terimakasih buat kalian yang mau luangin waktunya buat membaca cerita saya.
Sorry kalau masih banyak typo yang bertebaran dan cerita ini makin gak jelas.
So, don't forget vote and comment guys.
Tasikmalaya, 14 oktober 2016.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Girl
Teen FictionAlira bagaskara, gadis itu terlalu lugu untuk seorang Ardafa Baradewa, si bad boy sekolah yang terkenal dingin dan tak berperasaan. Ardafa jatuh hati pada kepolosan Lira. Dan Lira terlena dengan janji yang diucapkan Dafa kalau cowok itu akan selalu...