16.

4.5K 170 1
                                    

    "Mau pulang sekarang?" Tanya Dafa sambil menatap Lira lembut.

Gadis itu menggeleng membuat rambutnya yang dikucir ikut bergoyang.

Astaga, please Lira gemesin banget.

Dan

Chup,

Dengan gerakan tiba-tiba Dafa mengecup pipi Lira sekilas, selembut sentuhan bulu membuat gadis pemilik mata berwarna kecoklatan itu menegang, terkejut dengan mata melotot kaget.

"Da--dafa ke--kenapa kamu ci--um aku" Lira tergagap, serasa ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan didalam perutnya bahkan pipinya pun sudah dipastikan memerah.

Dan Dafa tahu itu.
Sebisa mungkin cowok bertubuh jangkung itu menahan untuk tidak menyemburkan tawanya sekarang juga ketika ia melihat ekspresi terkejut Lira.

Astaga, gadisnya masih polos ternyata.

Dan semalam lelaki berengsek itu mencium Lira.

Apa lelaki itu juga melihat ekspresi Lira yang saat ini.

Sial, hati Dafa menjadi panas seketika.

Ia juga tak tahu kenapa karena yang pasti ia tak suka saat melihat Lira dengan lelaki lain, ia tak suka bila melihat Lira disentuh olang lain, ia tak su...

"Gue gak suka lo deket-deket sama Adlan" mata Dafa menyorot tajam.

Lira mengernyitkan alisnya bingung, kenapa? Padahalkan Lira tak ada hubungan apa-apa dengan Adlan.

"Apalagi waktu Adlan berani-beraninya nyium lo"

"Hah?!" Mat Lira membulat seketika.

Adlan nyium Lira?

Kapan?

Kok Lira gak merasa yah?

"Kak Adlan nyium aku?" Lira mengernyit membuat Dafa sama-sama mengernyitkan alisnya bingung.

"Lo gak ngerasa?" Dafa malah bertanya balik. Lira menganguk sungguh-sungguh. Ia tak pernah merasa dicium siapapun selain oleh Arfa dan Dafa tadi.

Oh astaga memikirkan itu membuat pipi Lira kembali memerah tapi sebisa mungkin ia tampik.

"Emang kapan kak Adlan nyiun aku? Kok aku gak merasa yah?"
Tanya Lira dengan wajah tak bersalah. Tapi memeng begitu keadaannya bukan?

Dan Dafa hanya terdiam, ia jadi teringat dengan perkataan Adlan di telpon 1 tahun lalu yang saat iti hanya aia tanggapi angin lalu.

"Hallo, ini siapa?" Dafa yang saat itu tengah berada di sebuah club malam dan sudah hampir mabuk berat harus menjawab telpon dengan suara yang cukup keras mengingat suara musik dj masih berdentum dengan kencang.

"Hallo, ini siapa?" Tanya Dafa lagi saat orang itu belum juga menjawab.

"Hallo kalo lo gak jawab juga gua matiin seka--"

"Gue Adlan"

Deg....

Tubuh Dafa menegang seketika saat mendengar suara barithon yang terdengar nyaring di telinganya.

"Ad--lan?" Dafa tergagap. Bukan karena gugup ataupun takut tapi syarat akan amarah yang tiba-tiba saja bergemuruh didalam dadanya saat ia mendengar nama itu.

"Iya, gue di indonesia sekarang." Nada suaranya terdengar datar saat mengatakan itu.

"Indonesia?, bukannya lo--"

"Gue udah selesai, dan lo harus bayar keselesaian gue itu."

"Gue gak bakal biarin lo bahagia, gue  akan rebut apa yang lo miliki"
Lanjutnya lagi lalu mematikan sambungan.

Meninggalkan Dafa yang termenung dengan otak berputar.

Adlan kembali.

Dan ia akan mengambil apa yang Dafa miliki, lagi.

"Mulai sekarang, gue mau lo jauh-jauh dari Adlan"

                           ***

     "makasih Daf, mau mampir dulu gak?" Tanya Lira sambil berusaha turun dari motor besar Dafa.

Cowok bermata biru itu menggeleng, "gak usah. gue ada urusan" kata cowok itu membuat Lira sempat kecewa tapi kemudian berusaha tersenyum.

"Yaudah hati-hati di ja--" ucapan Lira terhenti saat melihat motor Dafa yang sudah terlihat menjauh, padahal Lira bahkan belum menyelesaikan ucapannya.

Gadis itu hanya tersenyum tipis dengan setengah hati lalu berjalan memasuki rumahnya yang seperti biasa terlihat sepi. Apalagi mengingat Arfa yang belum pulang.

Bisa jadi, 

Karena nyatanya sekarang Lira melihat abang kesayangannya itu sedang memelototi laptop dan setumpuk berkas-berkas di ruang keluarga.

"Abang!!!" Pekik gadis itu senang sambil berlari memeluk Arfa dengan tiba-tiba membuat laki-laki itu sedikit terkejut tapi kemudian terkekeh pelan dan membalas pelukan Lira tak kalah erat.

"Abang kok udah pulang?" Tanya Lira heran sambil duduk dipangkuan Arfa.

"Emang gak boleh, abang kan kangen sama Ara" Arfa memeluk pinggang Lira sambil mencium pipi Lira bergantian.

"Gak juga,  kan abang udah janji mau pulang besok, tapi Ara juga kangen kok sama abang" kata gadis itu sambil menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Arfa, menghirup aroma parfume Arfa dalam-dalam.

Astaga, Lira begitu merindukan abang tersayangnya ini.

Begitupun Arfa yang sekarang tengah tersenyum sambil membelai rambut Lira lembut.

"Abang khawatir banget sama Ara" katanya dengan nada pelan lalu mengeratkan pelukannya pada Lira.

Di belanda selama dua hari membuat lelaki berambut cepak itu tak bisa berhenti memikirkan Lira.

Ia takut memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saat ia tak ada disamping adik termanjanya ini.

"Iya, bahkan abang sampe nyuruh kak Adlan buat nyamperin Lira malem-malem"
Kata Lira sambil menatap Adlan dengan kesal.

Cowok berambut cepak itu mengerutkan alis.

"Kapan, abang gak nyuruh Adlan nyamperin kamu kok"

                           ***

Ditunggu vote and commentnya guys.

Biar gue semangat lanjutin cerita gaje ini.

My Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang