Paginya Lira mendapat pesan dari Dafa untuk berangkat sekolah bersama. Lira tersenyum, gadis itu memang tak melepas senyumannya dari semalam. Membuat Arfa sedikit bingung.
"Kamu kenapa, kok keliatannya seneng banget?" Tanya Arfa. Cowok itu menatap adiknya yang sedang menyantap sarapan dengan dahi berkerut.
Lira menoleh, "gak papa" sahutnya dengan mulut penuh nasi goreng buatan kakaknya.
"Huk... huk" Lira tersedak. Arfa dengan cepat menyodorkan segelas susu rasa vanila kearah Lira yang langsung diteguknya hingga tandas. "Ngomong tuh jangan sambil makan!" Marah Arfa.
Lira memejamkan mata sesaat, tenggorokannya masih terasa mengganjal. Detik kemudian gadis itu menatap Arfa tajam, "kan abang yang ajakin Ara ngomong"
"Kan bisa jawabnya setelah makan"
"Kan abang yang bilang kalau--"
Tin... tin
Ucapan Lira terhenti saat suara kelakson motor terdengar. Gadis itu dengan cepat menghabiskan sarapannya, menyambar tas yang terparkir di sofa lalu berlari keluar rumah.
"Ara berangkat abang!" Teriaknya ketika sudah sampai di ambang pintu.
Arfa masih melongo, setelah sadar cowok itu balas berteriak. "Eh, kamu berangkat sama siapa!?"
"Sama Dafa. Bye"
Dafa?
***
"Pagi!" Sapa Dafa ketika Lira sudah berdiri didepannya.
Lira tersenyum, dengan malu-malu ia membalas sapaan Dafa dengan gugup. "Pa--gi"
"Udah siap?" Tanya Dafa. Lira hanya menganguk sebagai jawaban.
Kemudian Dafa memakaikan helm pada Lira. Membuat Lira menahan napas, apalagi ternyata Dafa sengaja berlama-lama dalam posisi itu.
"Udah, yuk berangkat" katanya. Lira lagi-lagi menganguk. Gadis itu menaiki motor Dafa tanpa suara, mencengkram baju seragam yang cowok itu kenakan.
Motor mulai melaju, Dafa menarik tangan Lira untuk memmeluknya. "Da--fa?"
"Udah. Nanti lo jatuh"
Oke. Lira menurut, gadis itu bahkan menempelkan pipinya kepunggung Dafa karena merasa nyaman.
Dalam jarak sedekat ini Lira bahkann bisa mencium aroma parfume Dafa, mendengar detak jantung cowok itu yang berdetak dengan sangat cepat.
Eh, Dafa kenapa? Alis Lira naik. Tapi gadis itu tak berani bersuara mengingat mereka masih terasa canggung.
Lira mendongakan wajahnya. Gadis itu menatap kesekeliling dan sadar kalau itu bukan jalan menuju kesekolah.
"Dafa kita mau kemana? Ini bukan jalan ke sekolah." Tanyanya panik. Gadis itu mencengkram seragam Dafa dengan erat.
Dibalik helm fullface-nya Dafa tersenyum. Cowok itu kembali menarik tangan Lira untuk memeluknya.
"Udah lo percaya aja sama gue" katanya sedikit keras karena suaranya bersahutan dengan suara kendaraan lain dan miliknya sendiri.
Tapi perkataan Dafa tak membuat Lira tenang. Seharusnya mereka sudah sampai disekolah, bukannya keluyuran seperti ini. Bagaimana kalau kesiangan? Pak Dedi bisa marah, satpam SMA 21 itu tak akan membukakan pintu gerbang sebelum ada izin dari guru piket. Dan untuk mendapatkan izin itu Lira harus rela namanya tertulis dibuku pelanggaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Girl
Teen FictionAlira bagaskara, gadis itu terlalu lugu untuk seorang Ardafa Baradewa, si bad boy sekolah yang terkenal dingin dan tak berperasaan. Ardafa jatuh hati pada kepolosan Lira. Dan Lira terlena dengan janji yang diucapkan Dafa kalau cowok itu akan selalu...