15

4.6K 182 0
                                    

     Jam yang menggantung diatas white board kelas sudah menunjukan pukul  tujuh lebih satu menit.

Tapi gadis berambut kecoklatan itu masih berharap-harap cemas dengan pandangan tak lepas dari pintu kelas yang setengah terbuka.

"Selamat pagi anak-anak"

Astaga, saat itu juga Lira yangsung menutup matanya rapat.

Suara guru bertubuh ramping itu bahkan masih menggema di rongga indra pendengarannya, tak lupa suara ketukan high heels merah maroon nya yang benar-benar membuat Lira merasa sedang ada di film horror.

Bukan karena apa tapi guru mata pelajaran Fisika ini terkenal killer se SMA 21. Setiap murid yang tidak disiplin dan terlambat langsung dihukum tidak bisa mengikuti pelajaran nya selama 2 bulan, ditambah lari keliring lapangan 20 putaran. Sadis.

Dan titik permasalahannya adalah,

Dafa yang belum juga datang ke sekolah. Membuat Lira berharap-harap cemas dengan apa yang akan diberikan guru cantik didepannya sebagai hukumannya nanti.

"Yasudah, saya akan mulai mengabsen"

"Adila khanza"

"Hadir, bu"

"Adiba Aisyah"

"Sakit, bu" kata seorang gadis berambut ikal yang duduk tepat didepan meja guru.

"Masih sakit?"

"Iya bu, katanya harus dirawat dirumah sakit beberapa hari lagi"  si gadis berambut ikal kembali menjawab dengan sopan.

Bu Rosa hanya menganguk saja.

"Alira Manova"

"Ha-hadir, bu" sahut Lira gugup, membuat Rosa menaikan alis.

"Kamu kenapa Lira, saki?" tanya guru muda itu sambil mendekat kearah Lira.

Lira tergagap, "eungghh, gak kok bu saya, saya cu-cu-ma gak enak badan aja" alibi Lira sambil menatap Rosa takut-takut.

"Yakin? Apa perlu saya hubungin kakak kamu?"

Zzzzzzzzz, O M G .
Diam-diam Lira memuatar bola matanya malas. Kenapa gurunya ini sangat terobsesi pada kakaknya?
Ya, itu dimulai saat pertama Lira masuk ke sekolah, saat pendaftaran Arfa yang mengantar dan kebetulan yang menjadi penerima tamu adalah bu Rosa. mulai dari saat itu entah bagaimana caranya guru cantik itu malah terobsesi pada Arfa.

"Gak-gak perlu bu, lagian abang saya juga gak ada di rumah"
Sergah Lira langsung.

"Apa? Emang Arfa kemana?"
Tanya Rosa dengan wajah khawatir.
Lucu juga sih liatnya, guru terkiler se-Sma 21 jatuh cinta pada Arfa.

"Bang Arfa ada meeting mendadak ke belanda"

"Oh ya tuhan, Arfa itu idaman banget yah. Udah ganteng, mapan lagi"

Damn, harus Lira apakan guru yang satu ini?

Lira hanya tersenyum kikuk.

"Lira, lain kali bilang sama sama abang kamu supaya--"

"Maaf bu, izin masuk"

Ajaib, kelas jadi hening seketika.

Hampir 40 pasang mata itu menatap kearah pintu dengan ekspresi yang sama-sama terkejut.

Termasuk mata gadis berambut coklat yang tak lain dan tak bukan adalah Lira.

Dan jangan lupakan guru fisika mereka yang menatap siswa tak disiplin itu dengan mata yang memicing.

"Ardafa! How dare you?!"
Teriak bu Rosa lantang sambil menatap Dafa dengan tajam.

"Sorry bu, jalanan macet jadi saya--"

"Tidak! Saya tidak menerima alasan apapun. Kamu dilarang mengikuti pelajaran saya selama 2 bulan dan sekarang juga, lari keliling lapangan 20 keliling"

Dan itu sudah menjadi perintah mutlak yang tak bisa dibantah dari guru bernama lengkap Rosa Angela ini.

Dan Lira hanya bisa menatap Dafa dengan sedih saat cowok itu hanya menatapnya tak berekspresi.

Ini bukan Dafa yang biasanya.

                         ***

      Cowok berambut coklat itu masih duduk dengan tenang di atas rerumputan taman.

Keringat yang membasahi tubuhnya belum juga kering karena diterpa angin.

"Hah!" menghembuskan napas, cowok itu lantas menyenderkan tubuhnya yang lelah ke batang pohon yang cukup rindang.

Matanya tak lepas memandang awan yang terlihat sedang berlarian di langit sana.

Tanpa ada yang menyadari.

"Dafa?" panggilan pelan itu membuatnya menoleh dan menatap tubuh mungil yang menjulang  di depannya.

Memalingkan wajah, ia membiarkan gadis yang memanggilnya tadi menatapnya sedih tapi duduk di sampingnya juga.

"Aku cariin kamu kemana-mana" ujar Lira.

"Ngapain?" tanya Dafa datar tanpa memandang sedetik pun wajah Lira.

"Aku khawatir sama kamu, lagian kenapa kamu bisa telat Daf?"

"Emang kalau gue telat kenapa?"
Tanya Data sambil menatap Lira dengan tajam membuat gadis itu menghembuskan napas secara perlahan karena takut.

"Da--fa please jangan kayak gi--ni" kata Lira tergagap.

Dafa mendengus kemudian kembali memalingkan wajahnya.

"Da--fa" panggil Dafa sambil menyentuh lengan Dafa pelan.

"Apaan sih,Ra?" Dafa menghempaskan tangan Lira keras, pandangannya menyorot tajam membuat Lira merasa jadi orang yang paling dibenci oleh cowok itu.

Airmatanya perlahan menetes, Lira menundukan kepalanya dalam dan bahunya mulai bergetar.

Ia tidak pernah dibentak, sekalipun oleh Arfa.

Dan sekarang ia baru tahu rasanya, sangat menyakitkan.

Sementara Dafa menghembuskan napasnya keras. Ia tak pernah suka bila melihat perempuan menangis, terlihat seperti ibunya.

Dan melihat Lira menangis sekarang rasanya Dafa bagai orang terpengecut didunia.
Apalagi mengingat kalau alasan Lira menangis adalah karena dirinya.

Dirinya.

Dirinya.

Sial.

"Maaf" ucap Dafa sambil membawa Lira masuk kedalaam pelukannya.
Lira masih sesenggukan dalam pelukan itu membuat Dafa merasa semakin bersalah.

"Maaf, gue udah marahin elo. Maaf gue udah ngebentak elo" ujar Dafa lembut.

Ia juga tak tahu kenapa bisa jadi lost control begini. Karena yang pasti kejadian semalam saat melihat Lira dicium laki-laki lain hatinya mendadak panas.
Apalagi saat melihat siapa laki-laki itu.

Adlan Stevanus.

Sialan.

"Maaf"

"Da---fa hks... jangan kayak gi-tu aku ta.. hks... kut"

"Iya, gue janji" jawab Dafa sambil menghapus air mata Lira yang masih sempat menetes.

"Kamu udah janji mau lindungin aku"
Kata Lira sambil menatap Dafa penuh permohonan.

Dafa tersenyum. iya Ra, gue yang bakalan ngelindungi lo mulai dari sekarang.

                            ***

Hallo ini part terpanjang gue,

Ditunggu vote and commentnya ya guys.

My Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang