Chapter 8

909 66 7
                                    

_Brandon POV_

D. Atmaja....? Kemungkinan dugaan yang terlintas di otakku benar bahwa ini adalah sebuah "undangan" dari Dea, si wartawan sensasional. Seusai jumpa pers dan hingga kini aku sudah berada di kamar hotel belum juga kuputuskan memberikan jawaban pada Dea. Mengingat aku adalah orang baru dalam dunia basket yang bergesekan langsung dengan media, sejujurnya aku merasa sedikit ketakutan kuulangi hanya sedikit ketakutan, bukan dengan Dea namun dengan jawaban yang nantinya akan kulontarkan.

Menurut Alfon ini adalah sebuah kesempatan untuk mendongkrak namaku agar lebih dikenal masyarakat, namun bukan ini yang kuharapkan menjadi terkenal hanya karena sebuah sensasi. Aku ingin dikenal masyarakat Indonesia sebagai pemain basket yang memang berprestasi dan berwajah tampan adalah sebuah pendongkarak lain. Percuma tampan jika masih jomblo, sial suara hati ini seolah mengejekku.

Blam!

Aku segera menolehkan kepalaku kearah pintu yang baru saja ditutup, kulihat Alfon memandangku dengan heran. Adakah yang salah pada posisiku berbaring dengan mengamati smartphone? Lama kami saling berpandangan kemudian sebuah keanehan terjadi yang membuatku bergidik, Alfon tersenyum dan mengedipkan salah satu matanya sambil berjalan cukup seduktif kearahku.

Alarm berbahaya dikepalaku berbunyi, namun aku masih belum memiliki ide untuk bertindak.

"Mikir apa lo? Dasar mesum, gue masih doyan properti kembar bukan batangan kek lo," ucap Alfon sembari memukul lenganku dan wajahnya berubah pada mode serius.

"Ha?" hanya itu yang bisa kulontarkan menanggapi pernyataan Alfon.

"Sumpah, lo lemot banget sih."

Alfon kembali berujar saat tak mendapat tanggapan apapun dariku

"Beneran Dea? Pasti minta privat interview kan?" ucap Alfon sambil sesekali melirik layar ponsel yang kupegang.

"Hm."

"Yaudah tanggepin aja, lusa pas selesai pertandingan deh jadi lebih keliat resmi. Gue yakin Dea pasti nonton, dan dia ngincer lo," Alfon kembali berujar.

"Keliat resmi? Ngincer aku? Maksudnya apa sih Fon?" tanyaku yang jujur saja masih belum mendapatkan pengertian sama sekali.

Meskipun aku mengetahui berita tentang Dea Atmaja yang terkenal dengan sensasinya mengencani beberapa atlet dan juga penyanyi yang sedang naik daun. Namun aku belum mengerti akan pembicaraan Alfon yang mengatakan aku sebagai target Dea. Mungkinkah Dea akan menjadikanku target sebagai teman kencannya selanjutnya? Ya hanya teman kencan, karena selama ini Dea tidak pernah menganggap para lelaki itu sebagai kekasihnya.

Yang benar saja, seperti mimpi jika hal itu terjadi selama ini laki-laki yang menjadi tipe Dea adalah mereka yang berkulit terang dan tentunya berkantong tebal. Pantas saja banyak yang menyebutnya sebagai gold digger dengan perilakunya yang seperti itu.

"Lo temuin Dea, dan semuanya bakal jelas. Santai aja, dia gak bakal ngomong macem-macem pas berdua, dan gue ingetin sebelum lo kenal dia jangan pernah mikir negatif soal Dea."

Ketika aku akan melontarkan pertanyaan kepada Alfon yang sepertinya sangat paham sekali mengenai Dea, dia mengangkat tangan kanannya memberikan isyarat stop.

"Gak usah lo pikir sekarang. Mending tidur, besok kita latihan pagi," sambungnya.

Terpaksa aku menuruti perkataan Alfon, namun sebelum itu aku membalas pesan yang dikirim Dea padaku.

Brandon Mills : Hai

Brandon Mills : Lusa, selesai pertandingan Heroes?

+6281333808xxx : Bagaimana dengan pertandingan yang kedua?

Buzzer Beater [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang