Chapter 10

871 78 7
                                    

_Author POV_

Tak ubahnya pasangan kekasih yang sedang menjalani masa hangat-hangatnya dalam menjalin hubungan, Brandon dan Dea tak sekalipun melepas tangannya yang saling bergandengan sejak turun dari motor.

Sesekali keduanya saling berpandangan dan melemparkan senyumnya saat masuk ke dalam kafe di daerah Legian Bali. Mereka langsung disambut oleh pelayan kafe yang tersenyum hangat pada keduanya.

"Atas nama Dimas," Brandon menyampaikan pesan yang tertulis pada whatsapp nya dari Dimas, yang langsung mendapat sambutan dari pelayan tersebut.

Brandon dan Dea mengikuti pelayan wanita bertubuh mungil yang berjalan untuk menunjukkan meja yang dimaksud.

"Tuan Dimas berpesan, anda disuruh menunggu sebentar," kata pelayan kafe yang bernama Lila.

"Kebiasaan," umpat Brandon lirih.

"Baiklah, terima kasih," Dea menyela karena Brandon tak menjawab ucapan pelayan tersebut.

"Silahkan, tuan Dimas mengatakan agar anda memesan terlebih dahulu sembari menunggunya selesai rapat," pelayan tersebut menyodorkan buku menu.

Brandon dan Dea membolak-balikkan buku menu untuk mencari makanan dan minuman yang diinginkan. Setelah menyebutkan dan si pelayan mencatat pesanannya, mereka hanya tersenyum menanggapi yang artinya pesanannya benar.

"Jadi namanya Dimas?" Dea mulai membuka pembicaraan, saat pelayan telah meninggalkan mereka.

Satu kebiasaan Dea adalah seringnya membuka pembicaraan, karena dia paling tidak bisa berada pada ruangan sepi sedangkan jelas-jelas disana banyak sekali orang. Atau saling berdiam diri padahal terdapat lawan bicara dihadapannya.

"Hm," jawab Brandon singkat sambil membuka aplikasi smartphonenya.

Sebelum Dea membuka percakapan lagi, Brandon memegang tangan Dea dengan tangan kirinya, mengelusnya singkat sambil berucap tanpa bersuara aku telepon Dimas dulu sedangkan tangan kanannya menempelkan handphone pada telinganya.

"Halo, sampe jam berapa rapatnya. Cepetan Dim, kebiasaan!" cerocos Brandon yang tidak sedikitpun memberikan jeda pada Dimas untuk membuat alasan.

Tiba-tiba Brandon menolehkan kepalanya kebelakang, saat ada yang menepuk bahunya cukup keras. Meskipun masih sibuk dengan teleponnya, tak menghentikan aksi Brandon yang akan mengumpat si empunya tangan yang telah menepuk bahunya.

"Sialan," Brandon langsung mematikan handphonenya sambil membalas pukulan tersebut pada si pelaku yang tidak lain adalah Dimas.

Keduanya berpelukan ala lelaki, kemudian Dimas mempersilahkan Brandon untuk duduk kembali. Saat itu juga dua pelayan mendekat untuk mengantarkan minum pesanan Brandon dan Dea.

"Gak sekalian makan?" tanya Dimas pada Brandon.

"Niatnya nunggu tuan rumah dulu tadi," jawab Brandon singkat.

"Lila, sekalian makanan aku kayak biasanya ya. Terus Brandon dan nona..."

"Dea," sela Dea sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman saat Dimas berusaha menyebutkan namanya pada Lila.

"Dimas," ucap Dimas membalas uluran tangan tersebut sambil tersenyum

Lila segera mencatat pesanan Brandon yang tidak peduli dengan perkenalan antara Dea Dimas dan fokus terhadap beberapa makanan, sekaligus makanan penutup yang terdiri dari sajian coklat. Setelah mencatat pesanan Brandon, Lila kini beralih mencatat pesanan Dea. Seperti biasa Lila akan menyebutkan kembali pesanan mereka, menghindari kesalahan pesanan dan setelah mendapat konfirmasi Lila meninggalkan meja tersebut.

Buzzer Beater [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang