Chapter 22

1.7K 111 0
                                    

_Author POV_

Kondisi Bianca yang kian membaik membuatnya sudah boleh dibawa pulang, namun dengan syarat untuk melakukan kontrol rutin terkait tangannya yang mengalami keretakan tulang. Selain itu, Bianca masih betah menggunakan maskernya saat berhadapan langsung dengan Brandon. Hal itu dikarenakan giginya yang patah di bagian depan belum bisa diperbaiki karena menunggu kondii gusinya membaik.

Melihat hal itu kadang Brandon tertawa sendiri dan tentu saja memancing keributan dengan Bianca yang merasa malu. Sesekali Brandon meminta wanitanya itu membuka masker karena ingin melihat wajah cantiknya. Bianca hanya membuka kurang lebih 10 detik sekaligus menampakkan senyum palsunya.

"Kamu kapan balik ke Jakarta?" Bianca membuka obrolan saat Brandon menemaninya dengan membaca buku di taman belakang rumah Bianca.

"Aku sekalian ambil libur seminggu, ini udah masuk play off kok," jawab Brandon yang masih asyik membaca majalah di tangannya.

Sedangkan Bianca hanya menganggukkan kepala dan melanjutkan membacanya. Merasa bisan dengan keheningan yang tercipta di antara mereka, Bianca berinisiatif untuk mengambil buah di dapur. Pergerakan tersebut jelas memancing perhatian dari Brandon, lelaki itu langsung meletakkan majalah yang ada di tangannya.

"Mau kemana Bi?" tanya Brandon.

"Mau ambil makanan. Minuman kamu juga udah abis kan, sekalian aku ambilin."

Bianca menjawab pertanyaan Brandon sambil berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah sedikit tertatih. Melihat hal tersebut, Brandon pun tidak tega dan mengekori langkah Bianca membuat wanita itu menolehkan kepala dan mengernyit heran.

"Aku bantu bawain," ucap Brandon tanpa menunggu pertanyaan Bianca.

Pasalnya, Brandon tahu jika Bianca ingin berusaha mandiri agar tidak tergantung dengan orang lain. Selain itu pasca kecelakaan, ia juga melatih gerakan-gerakan ringan untuk membiasakan tulangnya tangannya kembali. Terkadang Bianca sebal jika usahanya itu selalu dipandang remeh dan apa yang akan dilakukannya itu diambil alih oleh orang lain.

Namun kali ini perkataan Brandon tidak membuatnya tersinggung, karena lelaki itu hanya berniat membantu bukan mengambil alih tugasnya. Saat di dapur kedua sejoli itu saling membantu untuk menyiapkan buah dan juga makanan ringan. Bianca juga berusaha untuk menuangkan jus buah di gelas Brandon meskipun dengan tangan sedikit gemetar.

Sejujurnya, Brandon tidak tega melihat hal itu, namun dia merasa bahagia karena Bianca memiliki semangat yang cukup tinggi untuk sembuh. Jadi, Brandon hanya membantu dengan memgang gelas agar tidak goyang dan malah menumpahkan jus yang dituang Bianca.

"Makasih," ucap Bianca atas bantuan Brandon.

Lelaki itu hanya menjawabnya dengan senyum dan mulai membawa beberapa makanan yang telah disipakan ke taman belakang. Kali ini Bianca yang mengekori langkah Brandon dengan membawa peralatan yang lebih ringan.

"Kamu mau aku kupasin apel?" tawar Bianca saat mereka sudah duduk di tempatnya lagi.

"Boleh," jawab Brandon dengan sedikit lirikan.

Lelaki itu khawatir saat Bianca menggunakan pisau untuk mengupas buah-buahan tersebut. Namun saat mengetahui gerakan Bianca yang hati-hati, Brandon mendesah lega. Dia memperhatikan wanita tersebut berusaha untuk melayaninya dan hal tersebut jelas membuat hati Brandon membuncah karena bahagia.

Terlintas bayangan dalam otak Brandon jika hal ini bisa benar-benar terwujud dalam hidupnya. Dari dulu hingga saat ini wanita yang selalu ada dalam bayangan untuk menemani masa tuanya adalah Bianca. Lamunan itu seketika buyar saat Brandon mendengar teriakan Bianca.

Buzzer Beater [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang