_Author POV_
Kehamilan Bianca rupanya tidak terlalu merepotkan, wanita itu bahkan jarang sekali mengidam dan mengalami kejanggalan atau yang biasa disebut dengan morning sickness. Hal aneh malah kerap terjadi dengan Brandon, lelaki bertubuh besar yang gemar makan itu jadi menghindari makanan tertentu seperti ikan.
Mencium aroma masakan yang tersaji selalu membuat Brandon meneguk ludah, namun jika makanan itu sudah menyentuh lidahnya akan timbul rasa mual. Bianca jadi memahami saat awal kehamilan yang belum diketahui, Brandon memuntahkan makanan dan membuat Bianca kesal itu merupakan gejala kehamilan.
Kehamilan keduanya yang begitu dinantikan ini membuat sebagian keluarga Brandon maupun Bianca terkesan berlebihan. Jika wanita itu mengeluh sakit pada perutnya, siapapun yang ada di tempat akan segera mengantarkannya ke rumah sakit. Bahkan jadwal kontrol yang umumnya hanya saru kali dalam satu bulan menjadi dua kali dalam satu bulan.
Kini kehamilan Bianca telah memasuki trimester ketiga dan membuat Richard, Belinda maupun Bertha makin berlebihan. Mereka bahkan mengantarkan Bianca seminggu sekali ke dokter. Hal itu membuat dokter Malik kerap mengulum senyum melihat tingkah keluarga tersebut.
Hal yang paling lucu adalah di trimester awal, saat Brandon tidak berani menyentuh Bianca. Pasalnya, dokter Malik mengingatkan untuk bermain aman dan mengeluarkan sperma di luar karena kandungan dengan usia muda tergolong masih rentan.
Saat Bianca merayu Brandon, lelaki itu terus saja menjauh karena tidak ingin menyakiti anak dan istrinya. Brandon benar-benar takut lepas kendali dan melanggar aturan yang telah diberikan dokter. Hingga membuat Bianca sensitive dan mendiamkan Brandon selama beberapa hari.
Dua hari ini Brandon harus meninggalkan Bianca karena membela timnas di ajang internasional. Beruntung, keluarga Robert datang sekedar berkunjung dan menikmati liburannya di Indonesia. Awalnya mischa merasa canggung jika tinggal di rumah keluarga Martinez yang ditempati Bianca dan Bertha namun Robert memberi pengertian jika dia sekaligus menjaga adiknya.
"Jadwal lahirnya kapan Bi?" tanya Mischa, keduanya sedang asyik membuat sesuatu yang lezat di dapur.
"Sekitar dua minggu lagi, makanya Brandon berani ninggal. Kalau jaraknya udah deket dia mungkin ngelepasin kesempatan main buat timnas," jawab Bianca sambil mengusap perutnya.
"Syukurlah," timpal Mischa.
Keduanya masih asyik berkutat di dapur, hingga Monique datang dan mulai mengacau. Gadis kecil yang kini berusia enam tahun itu terlihat makin cantik. Namun sepertinya sifat genit yang dimiliki tidak akan pernah berubah.
"Uncle Bran kapan pulang sih. Monique kan kangen," ucapnya sambil meletakkan kepalanya di kedua tanganya yang bertumpu pada meja.
"Kamu cari pacar sendiri sana, uncle Bran itu pacarnya aunty ya," gemas Bianca sambil mencubit pipi Monique hingga memerah.
"Ish, aunty sakit. Pokoknya Monique mau sama uncle Bran," kekeh Monique, keduanya berdebat seperti bocah membuat Robert hanya bisa menggelengkan kepala.
"Sama uncle Jarvis sana," saran Bianca.
"Nggak mau," jawab Monique ketus.
"Momon lebih nyaman main sama Brandon daripada Jarvis. Kayaknya dia bakal jadi calon papa idaman buat anak kalian nanti," Robert menengahi dan membuat Bianca tersenyum penuh syukur.
"Sayang, liat deh perut aunty Bi gerak-gerak. Dia kayaknya udah pengen main," tutur Mischa mencoba mengalihkan perhatian Monique yang merindukan Brandon.
Gadis kecil itu membelalakkan matanya lebar dan sangat antusias untuk melihat apa yang dibilang Mischa. Segera turun dari kursi, Monique menghampiri Bianca dan melihat wajah tantenya yang sedikit meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buzzer Beater [END]
ChickLit[SINOPSIS] - Terbiasa bersama sejak kecil membuat rasa sayang antara Brandon dan Bianca tumbuh menjadi benih-benih cinta. Sayangnya kebersamaan itu tidak bisa begitu saja terjalin akibat banyaknya perbedaan pemikiran dan sebuah trauma. Hampir setiap...