Chapter 1

5.4K 209 28
                                    

_Author POV_

"Brandon gak akan berhenti Pa, maaf," putra tunggal keluarga Mills berujar tegas dengan menatap mata Richard Mills, sang kepala rumah tangga.

"Apa yang bisa kamu dapat dari olahraga itu hah?" teriak Richard sambil berkacak pinggak mendapati anaknya yang mulai membangkang

Belinda Mills mencoba menenangkan sang putra agar tidak ikut terpancing kemarahan Richard dengan mengusap lengan Brandon yang penuh dengan tato. Demi menengahi pertengakaran klasik tersebut Belinda mengedipkan matanya kemudian memberikan isyarat kepada Richard untuk mengakhirinya.

Sedangkan Brandon yang tetap ingin mempertahankan argumennya menarik nafas panjang dan memberikan jawaban kepada sang Papa. Dia ingin mendapatkan spresiasi dari hobi yang telah lama ditekuninya. Dia juga ingin menghilangkan trauma yang pernah dimiliki oleh Papanya.

"Satu kursi timnas akan jadi milik Brandon," ucapnya tegas sambil melepaskan tangan Belinda pada lengannya.

Dia berdiri menghampiri Richard yang sedari tadi menatapnya tajam. Sebelum beranjak menuju kamarnya Brandon menatap mata Richard sekali lagi penuh tekad. Emosi Richard semakin membumbung tinggi mengetahui perlawanan yang ditunjukkan Brandon. Kalimat ancaman sudah akan keluar dari mulutnya, namun Belinda mencegah dengan mengalungkan tangan ke lehernya.

"Beri dia waktu, biarkan dia membuktikan ucapannya sayang," ujar Belinda sambil mengecup pipinya suaminya tersebut.

"Kamu selalu membelanya. Lihat, Brandon sekarang semakin membangkang padaku," menghela nafas sembari memijat pelipisnya perlahan.

"Apa yang bisa dia dapat jika hanya menjadi seorang atlet? Aku hanya memikirkan masa depannya saja," sambung Richard saat melihat sorot mata lembut yang ditunjukkan oleh istrinya.

"Benarkah hanya karena itu? Bukan karena trauma akan cederamu yang..." Ucapan Belinda terhenti dengan kecupan Richard di bibirnya.

"Cukup sayang jangan dilanjutkan, kamu selalu saja mencampuri urusan lelaki," kecupan Richard semakin intens, untuk menghentikan kalimat yang akan dilontarkan Belinda.

"Apakah itu artinya kamu keberatan dan tak ingin aku mencampuri lagi urusan kalian? Baiklah," tutur Belinda pura-pura marah.

Sadar akan siasat istrinya, Richard langsung menarik lengan Belinda dan kembali memberikan kecupan dalam pada bibir yang menjadi candunya. Lagipula, Richard sudah tak lagi ingin mengingat masa kelam tersebut, dia memaksakan senyumnya di hadapan sang istri yang selalu mendampinginya dan tak pernah lelah untuk mendukung di saat tersulitnya.

Belinda tahu senyuman Richard tidak benar-benar tulus dari dalam hatinya. Selalu seperti ini jika ada yang menyinggung mengenai cedera ligamen yang dialami Richard diumurnya yang masih dalam masa emas menjadi seorang atlet. Hanya ada satu cara untuk mengembalikan senyum itu.

"Aku selalu mencintaimu Richard," ucap Belinda singkat.

Senyum tulus itu kembali terbit disertai senyum geli, karena Richard berencana untuk membuat istrinya kesal.

"Huh, sepertinya kamu sekarang lebih mencintai Brandon daripada aku," Richard beranjak dan berpikir rencana mengerjai istrinya akan berhasil dan mereka akan berakhir dengan saling memanjakan diri.

Belinda yang sudah hapal akan gelagat Richard hanya tersenyum licik.

"Tentu saja, Brandon lebih muda dan lihatlah dia jauh lebih tampan darimu, masa mu sudah habis sayang," ejeknya sambil beranjak dari tempat duduk menuju dapur untuk mematikan oven.

Richard segera menolehkan kepalanya mengikuti gerakan sang istri dengan membelalakkan matanya, sedikit tidak percaya jika Belinda yang dikenalnya selama ini membalas ucapannya dengan begitu pedas. Tak ingin berakhir dengan derita di malam hari, Richard berlari menghampiri Belinda dengan memeluk pinggangnya dan mengucapkan kata maaf. Richard tak buka suara lagi dan benar-benar ingin mengakhiri perdebatan konyol hanya karena putra tunggalnya yang kini dianggap telah mengalahkan pesonanya.

Buzzer Beater [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang