Chapter 17

1.2K 97 12
                                    

_Author POV_

Perasaan canggung yang meliputi tiga orang itu pada akhirnya membuat Dea merasa jengah, dia berbisik pada Brandon untuk pamit pulang. Lagipula kedatangannya di Surabaya memang bukan hanya untuk liburan semata. Dea memang mendapat tugas untuk memantau kinerja cabang Alaska Media di ibukota Jawa Timur itu.

Sedangkan Bianca yang memang hari itu berencana untuk memasak bersama Belinda seolah cuek dengan aksi bisik-bisik yang diperlihatkan Dea. Bianca tetap menikmati puding yang dibuat oleh mama Brandon. Brandon beranjak untuk mengambil keperluan dan berencana mengantar Dea.

"Bi, kamu masih lama kan di sini? Aku anter Dea dulu ya," ucap Brandon sebelum beranjak ke kamarnya yang hanya dijawab Bianca dengan anggukan.

Brandon hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah wanita di hadapannya itu. Setelah kepergian Brandon, Dea mencoba untuk membuka percakapan karena tahu wanita di depannya itu memiliki karakter pendiam jika lawan biacara tidak agresif.

"Kamu jago masak ya Bi?" tanya Dea.

"Enggak. Biasa aja," jawab Bianca seadanya.

"Brandon bilang kamu sering banget masakin buat dia dulu. Terus tiap liburan pasti ada aja proyek masak sama tante Belinda," terang Dea membuat Bianca tersenyum.

"Bukan proyek masak, tapi aku belajar sama tante Belinda. Mamanya Brandon itu kalau masak enak-enak, ya kayak ini kamu udah cobain kan?" ucap Bianca sambil menunjukkan piring berisi puding yang dijawab anggukan Dea.

"Tante Belinda juga sering banget bikin kue kering kayak gini. Makanya Brandon sama Om Richard betah banget di rumah karena masakannya tante Belinda," sambung Bianca.

"Nah, ini cookies andalan tante Belinda dan jadi favoritnya Brandon. Dia kan doyan banget makan coklat," Bianca membuka satu toples dan menyodorkan pada Dea.

Satu ide terlintas di benak Bianca tentang Dea yaitu seorang wanita modis yang pastinya begitu perhatian akan bentuk tubuh. Wanita seperti itu tentu tidak akan berani mengonsumsi makanan-makanan seperti ini. Sayangnya apa yang dipikirkan Bianca salah besar, Dea mencoba dan dia tidak ingin berhenti memakan cookies andalan Belinda.

"Iya. Rasanya coklatnya beda, nggak terlalu manis dan rasa pahit coklatnya bikin khas. Kamu bisa bikin yang kayak gini Bi?" tanya Dea.

"Belum bisa, kata Brandon rasa bubuk coklatnya masih terasa. Ya untungnya dia masih mau makan sih karena bahan dasarnya coklat itu yang paling penting," terang Bianca sambil tersenyum kecut karena gagal mengerjai Dea.

"Aku jadi pengen belajar bikin ini. Aku mau minta resep juga ah ke tante Belinda."

Ucapan Dea itu sukses membuat mood Bianca terjun bebas. Wanita itu merasa menyesal memberitahukan kesukaan Brandon pada wanita di depannya ini.

"Ayo!!! Pamit dulu sama papa mama," ajak Brandon yang sudah kembali dari bersiapnya.

"Aku sekalian mau minta resep cookies favorit kamu ke tante Belinda," ucap Dea yang menyambut uluran tangan Brandon.

"Oh, oke," jawab Brandon sekenanya.

Setelah mendapatkan resep tersebut, Dea pun berpamitan kepada kedua orang tua Brandon. Tidak lupa dia juga berpamitan dengan Bianca lengkap dengan adegan cium pipi kiri dan kanannya.

"Makasih ya udah kasih tahu aku kesukaan Brandon apa," bisik Dea pada Bianca yang hanya diangguki oleh wanita itu.

Dalam perjalanan ke hotel yang menjadi tempat tinggal Dea sementara, mereka hanya terdiam. Keduanya malah asyik mengikuti lantunan musik yang menemani perjalanan tersebut. Hingga tidak terasa, mobil Brandon telah sampai di depan gedung hotel berbintang itu.

Buzzer Beater [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang