Chapter 25 (21+)

3K 115 25
                                    

_Author POV_

Musim Liga Basket Indonesia kali ini terasa begitu lama bagi Brandon, sehingga dia bisa menghabiskan waktunya bersama keluarga dan teman-temannya. Sedangkan Brandon jarang sekali menemui Bianca karena wanitanya itu sangat sibuk dengan pekerjaan sampingannya yang membuatnya beberapa kali ke Jakarta. Pantas saja Brandon menganggap liburan ini sangat lama, karena tidak bisa menghabiskan waktunya bersama Bianca.

Akhir pekannya kali ini dihabiskan bersama Damar di sebuah resto kafe yang berada di kawasan Surabaya tengah. Keduanya terlibat obrolan seru termasuk mengenai masa depan Brandon di dunia basket.

"Jadi Bianca belum tau soal ini?" tanya Damar sambil menikmati cemilan yang disediakan untuk menunggu pesanan mereka dibuat.

"Belum. Aku mau kasih surprise aja sih ke dia," jawab Brandon.

Lelaki itu memutuskan untuk menerima tawaran salah satu klub basket di Surabaya yang kini performanya sedang menanjak dan semenjak tahun kemarin mulai diperhitungkan sebagai kuda hitam. Klub Surabaya itu mendapat suntikan dana yang cukup besar salah dari satu investor hingga mampu mendatangkan pemain impor.

Bahkan klub tersebut berhasil masuk menjadi semifinalis tahun lalu dan kalah dari Heroes tim Brandon kini. Meskipun kalah, namun klub Surabaya itu berhasil membuat Heroes kelimpungan meladeninya.

"Jangan lama-lama Bran, takutnya Bianca juga ngajuin resign atau mutasi ke Jakarta," pesan Damar yang dijawab anggukan Brandon.

"Bianca pasti udah nggak ngecek pemberitaan basket lagi, karena udah kontekan terus sama kamu," tebak Damar.

Selama ini memang Bianca selalu memantau perkembangan karier Brandon, semenjak dia berada di jerman. Namun, setelah hubungan keduanya membaik dan Bianca resmi menjadi kekasih Brandon wanita itu hanya mendengarkan cerita dari Brandon tanpa repot-repot membaca berita.

Sehingga berita transfer penjualan Brandon yang memecahkan rekor ke klub Surabaya itu sama sekali tidak didengar oleh Bianca. Bahkan wanita itu tidak menyinggung dan menanyakan kabar mengenai basketnya karena Bianca berpikir ini sedang masa libur musim.

"Minggu ini aku bakal ngomong ke Bianca, sekalian nyelesaiin masalah kontrak," ucap Brandon mantap.

"Kamu nggak masalah sama pemberitaan akhir-akhir ini? Terima kasih," tanya Damar sambil menerima pesanan yang diberikan oleh pelayan.

"Brandon mata duitan? Brandon durhaka?" tanya Brandon kembali sambil tergelak dan Damar hanya mengangguk sambil menyesap kopinya.

"Bodo amatlah Mar, pemberitaan buruk itu selalu cuma dari satu media. Mereka memang antipati kok sama Heroes. Aku cabut ini dibuat kesempatan sama mereka," jelas Brandon.

Damar hanya ber o ria menanggapi cerita Brandon mengenai salah satu media olahraga yang dirasa tidak kompeten dan memiliki keberpihakan. Media itu seringkali menyoroti skandal pemain terkait kisah percintaannya.

"Kerjaanmu sendiri gimana? Dimas kayaknya lebih asyik ngurusin bisnis hospitality nya daripada kantor keluarga," kini Brandon yang ingin tahu kehidupan sahabatnya itu.

Damar mengangguk dan tertawa mengingat Dimas yang memang berniat kabur dari tanggung jawabnya sebagai salah satu pewaris perusahaan keluarga. Dengan banyaknya bisnis yang digeluti Dimas saat ini, membuat Damar kelimpungan karena harus meng-handle sendiri bisnis keluarganya. Tentu saja masih dengan dampingan dari orangtuanya.

"Dia sengaja makin dibiarin makin jadi tuh anak. Terakhir kan yang katanya buka cabang restoran di Jakarta itu kan yang satu proyek sama Bianca," ucap Damar.

"Nggak passion mungkin dia," Brandon coba memberi pembelaan.

"Bisa-bisanya si Dimas aja itu. Sama-sama bisnis juga, lagian dia kan doyan kelayapan," ejek Dmar.

Buzzer Beater [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang