Chapter 20

1.7K 118 6
                                    

_Author POV_

Seri dalam Liga Basket Indonesia yang paling dinantikan oleh Brandon adalah saat dirinya bisa menginjakkan kakinya lagi di Surabaya. Selain merupakan kota kelahirannya, Surabaya juga memiliki cerita tersendiri untuknya. Bahkan teman, sahabat dan orang yang istimewa bagi Brandon berada di kota yang sama.

Setelah menyelesaikan tiga hari dalam satu serinya, Brandon berencana untuk bertemu dengan dua sahabatnya Dimas dan Damar. Pasalnya, beberapa waktu lalu saat Dimas di Jakarta kedua sahabat ini bersitegang karena Brandon merasa sakit hati. Semua itu tidak lepas dari perkataan Dimas yang menuduh Bianca.

Hubungan itu tak kunjung membaik, karena jauh dalam hati Brandon memendam perasaan bersalah pada Bianca. Hingga akhirnya muncul ide Damar agar mereka bisa bertemu bertiga. Pertemuan seperti itu lebih bagus karena Damar cukup bisa diandalkan untuk mendinginkan suasana.

Selain itu dia juga sudah memasukkan dalam daftar untuk pertemuan dengan Bianca. Brandon memberikan satu tiket yang dapat digunakan Bianca dalam tiga hari untuk seri Surabaya. Wanita itu berjanji sepulang kantor akan menyempatkan untuk melihat aksi Brandon.

Hari pertama yang jatuh pada di hari Jumat, Heroes mendapat jadwal pertandingan terahir yaitu jam 7. Hal ini membuat Bianca memiliki waktu bersiap, karena jarak kantor dan venue lumayan jauh dan merupakan daerah rawan macet.

Jam 5, pemain Heroes baru saja tiba di venue dan mendapat kesempatan menyaksikan pertandingan lain. Brandon mengecek ponselnya dan mendapati banyak pesan dari Bianca dan juga Damar.

Bianca ™ : Jadwal kamu jam 7 kan Bran? Good luck ya, kayaknya aku telat.

Bianca ™ : Masih ada yang harus aku selesaiin dulu di kantor. Tapi aku pasti datang kok.

Brandon Mills : Oke Bi. Kamu ati-ati ya.

Brandon Mills : jangan berangkat sendiri, ajakin temen atau hubungin aja Damar. Dia katanya ada rencana datang.

Brandon Mills : Thank you..

Setelah membalas pesan dari Bianca, Brandon juga membalas pesan dari beberapa teman-temannya. Merasa cukup, Brandon memasukkan ponselnya ke dalam tas dan mulai fokus pada pertandingan yang sedang berlangsung. Saat pertandingan tersebut sudah memasuki quarter terakhir, coach Ryu langsung memberikan perintah pada pemain untuk melakukan pemanasan.

Meskipun lawan yang dihadapi secara statistic kalah dari heroes, namun perasaan Brandon begitu tidak tenang. Berkali-kali dia menarik nafas dalam dan mengembuskannya perlahan. Tidakannya itu tidak lepas dari perhatian rekan setimnya, Alfon.

"Kenapa Bran, kok muka lo pucet banget? Lo nggak enak badan apa gimana?" tanya Alfon khawatir.

"Aku sehat kok Fon, cuma agak nggak enak aja perasaan. Entahlah," jawab Brandon sambil mengangkat bahu.

"Doa aja, semoga semuanya baik-baik aja. Lo harus fokus ntar," saran Alfon yang mendapat anggukan dari Brandon.

Peluit panjang dibunyikan tanda pertandingan telah usai. Tim yang menang melakukan selebrasi di tengah lapangan. Kini giliran Heros dan lawannya mulai memasuki lapangan dan bersiap untuk pemanasan.

Setelah Alfon yang melihat kegelisahan dalam gerakan Brandon kini giliran coach Ryu. Pria yang hampir berusia 50 tahun itu langsung memanggil Brandon secara pribadi.

"Brandon, are you okay?" tanya coach Ryu.

"I'm fine coach," jawab Brandon singkat.

"I think you're not. Stay focus Brandon," coach Ryu memperingatkan yang dijawab anggukan oleh lelaki itu.

Brandon sendiri tidak tahu apa yang membuatnya gelisah, dia tidak terlalu memikirkan pertandingan ini. Bukan berarti Brandon meremehkan lawan, namun dia yakin bisa meraih hasil yang baik. Namun entah mengapa setelah berbincang dengan Bianca lewat pesan teks tadi membuatnya mengkhawatirkan wanita itu.

Buzzer Beater [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang