Chapter 16

1.3K 85 6
                                    

_Author POV_

Brandon mengerjapkan mata kemudian menguap lebar sambil meregangkan otot-otot tubuhnya. Senyum menawan langsung terlukis di sudut bibirnya karena hari ini dia terbebas dari latihan berat. Setelah menyelesaikan pertandingan final tiga hari lalu, Brandon telah bersiap untuk kembali ke kampung halamannya, Surabaya.

Meskipun dia memilih penerbangan siang untuk kembali ke kota dimana dia dilahirkan, namun pagi ini lelaki itu tetap menjalankan rutinitasnya. Sebelum beranjak ke kamar mandi, Brandon menyempatkan untuk mengecek ponselnya. Kepalanya yang begitu besar karena merasa menjadi seorang yang diidolakan membuatnya kerap mengintip notifikasi media sosial. Hanya untuk mendapati kalimat-kalimat pujian dari penggemarnya yang berjenis kelamin perempuan.

Mau tidak mau dia tertawa juga saat ada kalimat yang begitu lucu dan terkadang halu menyebut Brandon suaminya atau kekasihnya. Terlebih saat dari sederetan nama yang berkomentar itu dia menemukan satu atau dua orang yang dikenalnya. Brandon paling sering melihat nama Dimas yang menggodanya di sana dan itu membuat kolom komentar Instagramnya makin ramai karena Dimas seringkali menyebut nama-nama pemain basket universitasnya dulu.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit yang tidak bermanfaat Brandon menekan tombol back, kemudian meletakkan ponsel. Merapikan tempat tidur, sebelum beranjak untuk membersihkan diri. Setelah mencuci muka, Brandon melakukan peregangan pada tubuh dan olahraga ringan di dalam kamarnya.

Asramayang ditempati oleh para pemain ini sudah lumayan sepi karena mereka semua menikmati liburan ke kota asalnya masing-masing. Untuk yang memang bertempat tinggal di Jakarta, sesekali bermain ke asrama dengan alasan menjenguk beberapa rekan yang masih tersisa, salah satunya Brandon.

Bukannya tidak ingin pulang lebih awal, namun Brandon memiliki kontrak kerja dengan salah satu brand olahraga. Setelah kegiatan basketnya usai, maka dia fokus untuk pemotretan produk baru brand tersebut. Pasalnya, Brandon tidak ingin saat kembali ke Surabaya masih disibukkan untuk melakukan perjalanan kembali Surabaya – Jakarta hanya karena sebuah pemotretan. Bukan masalah uang, karena semuanya jelas ditanggung oleh pihak brand, namun efisiensi waktu dan juga menjaga kondisi badannya.

Selesai berolahraga, Brandon turun ke bawah untuk melihat ada makanan apa saja yang sudah tersaji di meja makan. Saat melihat menu makanannya, lelaki itu nampak meneguk ludah. Langsung saja dia mengambil buah apel sebagai pembuka, namun karena asrama yang memang cukup sepi, jadi Brandon menikmati apelnya sambil menonton TV.

Setelah menghabiskan buahnya, Brandon mulai mengambil makanan untuk mengisi perutnya. Saat akan kembali ke kamar untuk menikmati makanannya, terdengar suara panggilan dari Alfon.

"Lho kamu di asrama? Aku pikir pulang," ucap Brandon saat melihat Alfon yang nampak kucel karena bangun tidur.

"Di rumah nggak ada orang, jadi kalau gue kelaperan nggak ada yang masakin. Makanya dari semalem gue nginep sini. Gue nggak tau kalo lo belum balik Surabaya," jelas Alfon.

"Aku ambil penerbangan siang sih," ucap Brandon sambil meletakkan piring di meja dan duduk di samping Alfon.

Melihat makanan di piring Brandon, rasa lapar pada diri Alfon langsung bangkit seketika. Dengan mata berbinar, dia langsung mengambil piring dan mengisinya dengan beberapa hidangan yang tersedia.

"Mandi dulu kek," cibir Brandon.

"Urusan perut nggak bisa ditunda Brand. Yuk mareee kita makan," seru Alfon bahagia membuat temannya hanya bisa menggelengkan kepala.

Setelah menikmati makannya, Alfon menawarkan diri untuk mengantar rekannya itu ke bandara. Brandon sebagai lulusan ekonomi jelas langsung menerima tawaran demi menghemat biaya pengeluaran. Sebelum masuk untuk melakukan boarding pass, mata Brandon menatap siluet tubuh wanita yang dikenalnya.

Buzzer Beater [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang