Chapter 7

918 67 4
                                    

_Brandon POV_

Enam bulan berjalan begitu cepat dengan banyak kegiatan yang kujalani selama di kota baru ini, Jakarta. Akhirnya aku memutuskan untuk bergabung dengan salah satu tim basket Indonesia yaitu Jakarta Heroes, tentunya keputusan ini tidak begitu saja kuambil tanpa pertimbangan.

Pertimbangan pertama adalah hingga detik terakhir keputusan penandatanganan kontrak Galaxy Knight sepertinya enggan menaikkan tawaran untukku. Menurut penilaianku mereka berpikir aku akan dengan mudah beragabung dengan pesaing Jakarta Heroes itu karena pengaruh banyaknya mantan seniorku disana.

Sekali lagi jasa papa disini patut kuacungi jempol karena meyakinkanku yang sedikit mengalami krisis kepercayaan diri. Papa berhasil menyemangati diriku sendiri untuk memilih yang terbaik dari yang paling baik. Dan di penghujung keputusanku lagi–lagi campur tangan Tuhan berperan disini yang membuatku semakin mantap berlabuh untuk Heroes.

Saat aku sedikit kesulitan beradaptasi bermain dengan tim utama, ini adalah salah satu dari tahap seleksi yang kulakukan. Kala itu aku bertemu dengan dua punggawa timnas yang salah satunya adalah kiblatku bermain basket di Indonesia. Leon, center timnas yang perannya belum bisa tergantikan dan Gandy playmaker berdarah Pakistan yang mengawali basketnya dari streetball. Jadi bisa kalian bayangkan bagaimana gesit dan lincahnya Gandy saat berhadapan dengan lawan.

Mereka sedikit memberikan tips dan saran padaku saat coach Ryu memutuskan untuk mencoba membentuk tim dan melakukan pertandingan. Leon mendampingiku di bagian pertahanan, dan dia mengatakan padaku untuk lebih sering berlatih melakukan pendaratan yang sempurna. Hal itu penting untuk keseimbangan tubuh dan menghindari cedera, Leon juga memperlihatkan tekniknya saat melakukan block shoot kemudian memenangkan rebound dengan timing sempurna.

Dan yang paling aku ingat adalah pernyataan Leon dan Gandy yang secara tidak langsung menginginkan aku bisa bergabung untuk Heroes.

"Satu atau dua tahun ke depan mungkin kita bisa jadi partner buat perkuat defence Heroes dan Timnas," pernyataan Leon itu terlihat sederhana, tapi bagiku efeknya luar biasa.

Bagaimana tidak, pemain timnas yang terkenal begitu dingin saat di lapangan memberiku harapan untuk menjadi tandemnya. Terdengar berlebihan? Itu semua terserah kalian karena aku begitu bahagia jadi aku tidak akan marah.

"Dan lo harus biasain dapet passing dari gue," teriak Gandy dengan mengacungkan jempolnya padaku.

Tepat seminggu setelah kejadian tersebut aku dan papa mulai mengurusi beberapa kontrak yang harus diselesaikan dan juga kepindahanku ke Asrama Heroes. Asrama ini diperuntukkan untuk beberapa pemain baru maupun lama yang memang belum memiliki tempat tinggal di Jakarta. Namun di Asrama ini juga sebelum dan sesudah latihan para pemain berkumpul untuk berangkat bersama ke tempat latihan.

Jadi intinya asrama ini merupakan tempat bagi kita para punggawa baru maupun lama dapat berkumpul, berdiskusi dan saling mendekatkan diri. Jika dalam satu tim kedekatan terjalin begitu akrab, saat di lapanganpun tidak akan sulit untuk bersatu dan akan mudah sekali membentuk kekompakannya.

Dan papaku yang sangat royal itu dengan baik hatinya tidak memberikanku fasilitas sebuah rumah atau apartemen, minimal kontrakan. Papa meremehkanku, dengan mengatakan percuma gabung 1-2 tahun kalo dibeliin rumah, kan properti di Jakarta mahal. Kala itu aku hanya bisa membulatkan mata tidak percaya dengan perkataan papa yang sangat amat perhitungan kepadaku anak tertampan mereka satu-satunya, perlu kuulangi satu-satunya anak tertampan. Mama? Hanya tersenyum melihatku dan mendukung tindakan papa.

Postifnya adalah, dengan begini aku jadi bisa membuktikan pada papa jika aku tidak hanya 1 atau 2 tahun saja tapi bisa lebih dan keyakinanku masuk timnas menjadi lebih besar lagi. Setidaknya aku bisa berpikir lebih dewasa dan tidak menghamburkan uang di Jakarta, gajiku mungkin bisa untuk kubelikan rumah kecil disini yang nantinya bisa kujadikan investasi. Haaa, otak anak manajemen bisnis harus bekerja disaat seperti ini bukan, dan artinya aku sudah mempraktekan beberapa teori yang kupelajari di bangku kuliah dulu.

Buzzer Beater [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang