_Author POV_
Semenjak malam penghargaan yang diterima Brandon sebagai Rookie of the Year dan pemberitaan yang makin santer terdengar dengan Dea Atmaja, Bianca mulai kembali menata hidupnya. Dia sadar apa yang dikatakan Damar benar, jika penyesalan untuknya kini tidak ada gunanya sama sekali. Brandon berada jauh dari jangkauannya, bahkan untuk sekedar menyapa melalui pesan saja rasanya begitu mustahil.
Dalam sudut hati Bianca masih terus menggaungkan nama tersebut, dengan harapan yang tak sebesar sebelumnya. Kepercayaan dirinya kembali menurun, bukan karena perangai lelaki yang selalu menyebut dirinya sendiri playboy. Tapi karena kesalahan yang dulu pernah dilakukannya.
Bianca bertekad untuk tidak lagi bertingkah konyol dan menelantarkan sekolahnya. Dia akan terus berjuang mendapatkan apa yang telah diimpikannya selama ini. Sesuai perkataan Damar saat itu untuk kemali meraih cita-cita yang dulu pernah dilepaskan dengan sedikit harapan pada Tuhan agar dirinya tidak terlambat.
Seperti pagi-pagi yang biasa dilewatinya, Bianca menyiapkan sarapan dan kali ini lebih banyak. Jika biasanya dia hanya mengonsumsi roti kali ini buah dan beberapa makanan lainnya sudah tersaji di meja.
"Sahabat yang menemani sejak dari nol. Pidato yang cukup mengharukan," ucap seseorang yang membuat Bianca menyiapkan berbagai makanan lebih banyak pagi itu.
Lelaki itu adalah Robert Martinez, kakak lelaki satu-satunya yang dia miliki dengan status berbeda ibu. Semenjak mengakhiri hubungannya dengan wanita bernama Aggy, Robert memilih kembali ke negara asal ayahnya Spanyol. Selain itu dia juga disibukkan dengan bisnis yang dirintis oleh ayahnya.
Bukan hanya soal bisnis saja, namun karena dua adik perempuannya kini lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan di luar. Jadi dia merasa memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keduanya yaitu Bianca Tilda Martinez dan Brenda Sigrid Martinez. Satu hal lagi yang membuatnya betah di Eropa adalah keberadaan seseorang yang sangat berarti untuknya kini.
Robert atau yang akarab disapa Rob itu tidak habis pikir dengan dua adiknya yang memiliki kisah percintaan mengenaskan. Lelaki itu kembali menghela nafas saat godaan yang dilancarkan untuk adiknya tidak mendapatkan tanggapan.
"Cepat makan. Aku harus segera berangkat," tegur Bianca dengan wajahnya yang datar.
Rob berdiri dan mengacak rambut adiknya dan memberikan kecupan di kening Bianca. Sedangkan wanita itu tidak bergeming sedikitpun dengan perlakuan manis kakaknya. Secara otomatis, Rob langsung memeluk erat adiknya demi memberikan ketenangan.
"Aku akan mengantarmu. Tidak perlu terburu-buru ya," ucap Rob lembut.
"Tidak perlu Rob. Hari ini Damar akan menjemputku, lebih baik kamu menamani Mischa saja. Bukankah hari ini dia ada jadwal?" Bianca berujar seolah tidak yakin.
"Oh, kamu sudah janjian sama Damar. Baiklah," Rob pasrah dengan kemauan adiknya.
Saat menikmati sarapannya dengan saling berbincang ringan, terdengar suara ketukan di pintu apartemen itu. Rob hanya menggerakkan kepalanya ke arah pintu kemudian beralih ke Bianca seolah bertanya siapa yang ada di baliknya. Sedangkan Bianca menebak jika itu mungkin saja Damar, tapi sedikit tidak yakin karena ini terlalu pagi.
"Aku akan melihatnya," Bianca beranjak untuk melihat siapa tamunya pagi itu.
"Hai Rob," sapa Damar saat Bianca mempersilahkannya masuk dan mengajaknya bergabung di meja makan.
"Hai. Pagi sekali kamu datangnya Mar. Ayo, sarapan sekalian," ajak Rob santai.
Damar yang memang hanya meminum kopinya dan biskuit pagi tadi, langsung mengangguk mendapat kesempatan tersebut. Mereka bertiga makan sambil sesekali berbincang mengenai kegiatan yang akan dijalaninya hari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buzzer Beater [END]
ChickLit[SINOPSIS] - Terbiasa bersama sejak kecil membuat rasa sayang antara Brandon dan Bianca tumbuh menjadi benih-benih cinta. Sayangnya kebersamaan itu tidak bisa begitu saja terjalin akibat banyaknya perbedaan pemikiran dan sebuah trauma. Hampir setiap...