Sudah seminggu sejak kejadian Devon sakit. Hari ini tepat hari Rabu, setiap kelas 10 ipa maupun ips mengikuti ekskul, Celia dengan Ara berjalan melewati aula yang berada dialantai atas, lantai 3. Tepat di tengah pintu masuk, Devon berserta Izam tengah asik bermain hape mereka, pasti game, dugaan Celia benar, Ara, yang sedari tadi disamping Celia melihat-lihat apakah ada bangku yang kosong apa tidak, namun nihil. Semuanya sudah diduduki oleh orang lain (murid ipa ips).
"Cel, udah samping Devon aja, ayo." Raut Ara berubah, sudah pasti ia ingin Celia duduk bersebelahan dengan Devon. Mau tidak mau Celia hanya meng-iya-kan saja. Mereka duduk di bangku sepanjang 1 meter dengan urutan Izam-Devon-Ara-Celia.
"Lah kok begini?" "Mangkanya Ahahaha" samar-samar Celia mendengar pembicaraan Devon Izam, semuanya pasti tentang game, game, dan game.
"Cel, tukeran, aku kepanasan." Ara berdiri kemudian menggerak-gerakan tangannya menandakan untuk bergeser, Celia hanya tersenyum paksa, sudah pasti ini tentang Devon, apa-apa selalu Devon, Ara memang senang sekali menjahili Celia, dia pikir Celia dengan Devon punya sesuatu rahasia, padahal tidak. Sudah berkali-kali Celia hanya menganggap dirinya teman Devon, teman kelas, teman kelompok, tidak lebih. Untuk yang kedua kalinya.
"Wanginya, kecium banget" sela Ara disaat Celia menatap tangga.
"Masa sih?" Celia menjawab dengan tatapan tetap ke tangga
"Mbok ya kamu geseran dikit, biar kecium" Ara menggeser badan Celia mendekati Devon, awalnya sudah berdekatan, namun masih ada jarak kurang lebih 30 cm diantaranya, Ara benar-benar menggeser hingga lengan Devon dengan Celia bersentuhan. Keduanya kaget, hanya saja Devon menengok ke arah lengan Celia, namun Celia merasakan detak jantungnya berkerja dua kali lebih cepat, tidak, dua puluh kali lebih cepat dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RĂBDARE [Slow Update]
Teen FictionGimana rasanya ditinggal selama 6 tahun tanpa kabar? [SEBAGIAN CERITA ADA YANG DIPRIVATE] "Kalo jalan tali sepatu ga ke iket, bisa jatoh kamu, nanti kalo jatoh siapa yang nolong?" -Devon "Bisa jalan kan? Yuk kekelas, guru nanti ngabsen kamu, surat i...