IX

34 4 2
                                    


"Ra, absen ekskul ngambil dimana tadi? Aku ga dengerin loh" Celia tadinya asik dengan dunianya sendiri, membisukan dunia luarnya, semunya tentang Devon, bukan, Egar. Kak Egar. Entah apa yang membuat Celia begitu buta akan kenangan bersama kak Egar. Memang sudah lebih dari 6 tahun, sudah pasti sebagian masa lalu Celia dengan kak Egar menghilang perlahan. Celia hanya menunggu dengan sabar keaadan kak Egar dimana, ia pernah berpikir kalau kak Egar sudah dipanggil oleh tuhan, semua orang yang merasakan kehilangan saudara selama bertahun-tahun pasti pernah membayangkan hal itu, tidak mungkin tidak pernah. Ia selalu memainkan gitarnya sebelum tidur, lagu-lagu yang sering mereka dengarkan, balonku ada lima dengan ciptaan mereka sendiripun masih dimainkannya

"Itu tadi di depan sama Nua, kan kamu koor absennya, gimana sih?" Ara yang merasa sedikit terganggu dengan pertanyaannya, pasalnya ia sedang menunggu balasan sms dari cowok yang dapat dibilang sebagai gebetan-nya, Julian.

"Ya maaf, aku ga denger tadi, yaudah aku ambil kedepan" map kuning berserta kertas putih bertuliskan nama dan nomor absen murid kelas 10 C yang mengikuti ekskul itu. Celia berjalan menuju tempat kosong, mencari pulpen namun Izam datang dan menyodorkan pulpen hitam kelam

"Makasih" kemudian Celia menandatangani absen tersebut kemudian disusul dengan Izam dan datanglah Syani berserta Ara dan dibelakangi dengan Devon.

RĂBDARE  [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang