"Oy CEl! SELAMAT PAGI! Nih gua beliin bubur ayam kesukaan lu, bubur bang Maman!" teriak Gladis sambil mengangkat kantong kresek berisikan bubur ayam. Celia terkejut ketika pintu kamarnya dibuka dan ada suara orang teriak.
"Duh Dis, ntar buburnya tumpah, dah tu nyari nya susah, untung hari ini bang maman jualan." Teriak Alia yang membawa minuman dingin dengan kantong kresek transparan juga.
"Eh astaga bikin kaget aje lo dis, laknat emang" ucap Celia yang relfek memegang jantungnya.
"Eh pagi cel, udah mendingan? Kita langsung dateng pas Devon sms aku jam 7 tadi, untung Alia sama Gladis langsung mandi, kalo engga jam 10 baru dateng nih kita" Nisa yang menutup pintu kemudian menaruh tasnya diatas sofa berwarna krem sedikit kecoklatan.
"Barusan tuh gua juga abis makan." Celia sambil menunjuk bekas makanan disamping kiri kasurnya.
"Lah bubur juga ye? Tapi gua yakin kalo bubur rumah sakit tuh hambar, gaada rasa." Ucap Alia yng sedang duduk disofa bersama Nisa.
"Iya kek doi lu, gaada rasa sama lu." Cerocos Gladis, sambil ketawa dan sambil mengganti-ganti channel tv kamar bernomor 119 itu.
"kek lu punya aja doi, dasar jomblo." Sahut Alia dengan usil. Dibarengi dengan Nisa yang tertawa melihat perkelahian mereka berdua
"Najis, kemakan omongan gua. Tawa nis? Eh idung lu kenapa ada selang oksigen?" tanya Gladis yang baru sadar melihat ada yang aneh di hidung Celia tersebut.
"Oh ini? iya kaga tau gua. Pas malem malem guakebangun, kata bunda gua buat ngehindar dari sesek nafas lagi.
"Lah bener kata Devon!." Alia yang tengah melihat instagramnya tiba-tiba melihat post-an terakhir Devon dengan refleks teriak yang membuat mereka bertiga termasuk Celia kaget hingga badannya bergetar.
"ANJIR LAH AAAAAAAAK!"
"Bangke ngagetin lu sumpah ini rumah sakit woy!! Liat noh sampe Nisa ngelus ngelus, bego emang anak tuyul." Teriak Gladis yang hampir menampar Alia dari kejauhan, kemudian dia berjalan menuju Alia dan bertanya,
"Apaan sih sampe segitunya amat, lebay lu, sini sini" Gladis segera mengambil handphone Alia, dan secara reflek matanya melebar dan juga teriak seperti Alia yang contohkan tadi.
"ASTATANG! ACHIEEEE CELIA UHUY tinggal nunggu tanggal cantik nih." Teriak Gladis yang kegirangan.
Celia tidak tahu apa-apa sama sekali, tetapi mengapa temannya teriak histeris seperti itu, mau tidak mau dia juga ingin lihat apa yang dilihat temannya hingga histeris seperti itu. Tiba-tiba saja dia terkejut, entah ini berita baik atau buruk, semuanya tercampur aduk bagaikan topan yang menerjang pada siang hari. Hanya sebuah foto saja dapat membuat hati Celia seperti itu. Satu foto, dan itu mengejutkan.
Belum saja satu jam berlalu, tanpa adaanya ekspektasi, Devon membuka pintu kamar dan 8 mata memandang langsung kepada orang yang tengah melangkah dan menutup pintu.
"Cel.. Eh ada kalian. Hai." Devon sedikit tersontak melihat teman-teman Celia sedang mengobrol dengan Celia, dan Celia sendiripun ikut terkejut melihat Devon datang menggenakan kaos hitam polos dan terlihat jelas keringat yang mengalir disamping dahinya.
"Lo udah makan cel? Gua bawain bubur nih, tadi gua gasengaja lewat tukang bubur, udah dingin kali ini" Devon segera menaruh dimeja dibawah tv kamar tersebut.
"Lah samaan anjir kita juga bawa bubur, jodoh kali buburnya." Sahut Alia dan Nisa.
Meski kecanggungan antara Devon dengan temannya, namun mereka masih bisa bercanda seperti biasanya. Celia yang melihat Devon santai-santai saja menayahut kegilaan temannya, ikut tertawa ria dan tidak memperdulikan keadaannya. Dan tak lupa ia juga memakan bubur dari Devon walaupun sedikit.
Setelah mereka berjam-jam mengobrol dengan Celia, datang dokter yang menanyakan keaadan Celia, dan untungnya hari rabu esok Celia dapat pulang dan menjalankan rawat jalan.
"Cel rabu udah bisa pulang tuh asik temen bangku gua sekolah juga akhirnya." Ucap Gladis yang sedang meminum air putih dan mengmbil handphone-nya didekat meja.
"Iya Cel, kamu udah boleh pulang, tugas menumpuk loh hehe" Jawab Nisa yang duduk disamping Gladis dan Alia yang tengah asik bermain handphone-nya.
"Iya, makasih ya udah nyempetin jenguk, padahal aku ga ngarepin loh ehehe" Ucap Celia yang menatap Nisa berserta teman-temannya.
"Yaudah kalo gitu kita pulang dulu deh, kasian kamu belum istirahat, lagian juga aku mau ke perpustakaan sama Daffa jam 3 nanti, ayo Dis, Li." Nisa mengajak mereka berdua yang tengah asik sendiri.
"OH-Eh a-ayo deh, cieelah mau nge-date tapi diperpus umum ye ahaha" Sikut Alia yang kemudian berdiri dan mengambil tas berserta kunci mobilnya,
"Ngedate bukan ditempat elit tapi di perpus ya, calon istri pintar nih AHAHAHA" Ucap Gladis yang juga mengambil tasnya dan memasukan handphone-nya ke saku celana.
"AHAHAH Nisa bisa aja nih yaudah kalo gitu hati-hati ya, maafin gabisa nganter sampe bawah" Ucap Celia yang tengah duduk dan melambaikan tangannya kepada teman-temannya yang kemudian keluar. Tinggal sekarang hanya Celia dan Devon yang berada di ruangan tersebut, sunyi, hanya suara tv yang terdengar, hingga akhirnya Devon yang membuka suara.
"Cel aku beli ayam dulu ya dibawah, mau nitip ga?" Devon yang berdiri dan mencari dompetnya kemudian berjalan kearah kasur Celia.
"Apa aja deh, es krim boleh juga, kentang goreng juga deh ehehe" Ucap Celia sambil tertawa melihat ekspresi bingungnya Devon
Lucu juga dia kalo bingung, gimana ya kalo dia kaget? Ganteng kah?
"Hah? Lagi sakit juga, udah jangan macem-macem dulu, kentang goreng aja ya," Ucap Devon sambil melihat tabung antibiotik yang tergantung.
"Yaudah apa aja deh kalo gitu" kemudian Celia mengecek handphone-nya dan melihat sms dari kakaknya yang bilang bahwa mereka akan datang saat malam nanti, dikarenakan teman kantor ayah Celia datang dari Surabaya dan Kak Eify sendiri sedang berada di panti asuhan untuk merayakan ulang tahun temannya.
Berarti Devon nemenin gua sampe malem?
KAMU SEDANG MEMBACA
RĂBDARE [Slow Update]
Teen FictionGimana rasanya ditinggal selama 6 tahun tanpa kabar? [SEBAGIAN CERITA ADA YANG DIPRIVATE] "Kalo jalan tali sepatu ga ke iket, bisa jatoh kamu, nanti kalo jatoh siapa yang nolong?" -Devon "Bisa jalan kan? Yuk kekelas, guru nanti ngabsen kamu, surat i...