Debaran hati Celia semakin menjadi. Sejak kejadian yang tidak diharapkan, Celia masih memegang baju seragam Devon. Perjalanan sedikit tersendat, butuh waktu 30 menit jika jalanan lancar, dan butuh 1 jam kurang jika jalanan padat merayap.
"Cel, ini macet gapapa kan ya?" Ucap Devon yang masih mencari-cari celah agar mereka dapat pulang dengan cepat.
"Gapapa, santai aja, lagian ini masih jam 4-an, gaburu-buru kok" jawab Celia yang juga melihat jalanan yang begitu ramai, banyak pengendara motor yang saling menyalip jikala jalanan kecil dan kosong.
Tidak banyak kata-kata yang mereka lontarkan satu sama lain, Devon yang sibuk mencari jalan dan Celia yang mengerti keadaan sekitar, hingga akhirnya Devon berhenti di salah satu tempat makan dan Celia hanya terdiam tidak tahu menahu.
"Makan dulu aja yuk, sekalian nungguin jalan lancar." Devon membuka helmnya, dan terlihat butiran keringat yang mengalir. Pasti dia kepanasan.
"Yaudah, kamu keringetan banget, panas juga dijalan, ngadem sekalian," Celia juga mengikuti Devon, membuka helmnya dan menaruhnya di jok belakang.
Didalam restoran tidak begitu mewah namun terlihat unik, mulai dari hiasan dipintu, hiasan dinding dan aksesoris meja. Aesthetic banget.
"Von, bagus banget. Suka hehe" Mata Celia tertuju pada lukisan dan tulisan lampu neon yang memberikan sensasi tersendiri jika dilihat seksama.
"Yaudah ayo makan," Devon mengarah pada meja makan yang dekat dengan jendela menghadap kearah jalanan yang masih padat. "Aku udah kelaperan". Kemudian diikuti Celia yang masih menatap pada hiasan-hiasan disana.
Disana mereka tidak banyak bicara hanya suara kunyahan yang terdengar dan alunan lagu yang menemani mereka berdua. Terasa kecanggungan menyelimuti, alih-alih, Devon mengambil tisu dan mengelap mulutnya, kemudian berbicara.
"Langsung pulang?" Tanyanya seketika.
Celia yang masih sibuk dengan makanannya sedikit tersentak, dengan segera ia mengelap mulutnya dengan tisu dan menjawab ucapan Devon. "I-iya. Terserah kalo mau mampir, aku ga buru-buru."
"Yaudah, langsungan aja." kemudian mereka kembali terdiam.
Selama dalam perjalanan, mereka juga tidak banyak bicara, dan sudah pasti Devon yang sibuk dengan jalan, jarak rumah Celia juga tidak jauh, hanya melawati 5 lampu merah dari sekolah, mereka sudah sampai, namun karena macet yang terbilang cukup parah, Devon mengambil jalan pintas dan itu sedikit lebih jauh untuk kerumah Celia sendiri.
Tidak ada yang special dari kejadian tadi. Setelah sampai dirumah Celia, Devon tidak masuk dahulu, tiba-tiba saja mamanya menelfon, menyuruh untuk menjemput adik kembarnya yang masih terlantar disekolah. Saat itu Celia berfikir, kalau Devon menjemput kedua adiknya itu, maka mereka menaiki motor bertiga, dan itu melanggar lalu lintas. Alih-alih Celia mengusulkan untuk meminjam mobil yang menganggur dihalamannya, namun dengan segera Devon menolaknya. Ia bilang akan membuat Celia kerepotan. Kemudian Devon pamit dan melajukan motornya.
Rabdare
"Cel, gimana kemaren? Boncengan asik sama Devon?" seraya Zara mendekati Celia yang sedang meminum aqua dengan sekali teguk membuat ia memuncratkan sebagian yang ada dimulutnya.
"Eh? Tau dari mana?" gelagap Celia membuat mereka terkekeh geli "Pasti Gladis laknat ya?"
"Ya siapa lagi kalo bukan dia? satu-satunya pelopor hot news kalian berdua. Gimana? Asik ga? Pegangannya dimana? Bahu? Tas? Apa jangan-jangan.."
"Hush! Udah itu cuman boncengan biasa. Mikir yang aneh-aneh aja kalian. Itu giman pr biologi? Udah selesai?"
"Oh iya." "Mampus" "Belum kelar." "Tapi boong" ucap mereka berdua yang kemudian disahut oleh Alia, "Goblok,"
"Hehehe. Cus, jadi gimana? Di pinggang kah?" Tanya kembali Ara dengan wajah yang di sok-sok an keponya
"Kepo abis lu berdua, udah aku keluar dulu nyari angin" Alia segera keluar yang ternyata bertemu dengan puajaan hatinya.
"yeu, gapeduli juga gue. Jadi gimana Celllll?" mereka segera mengalihkan pandangannya kembali kearah Celia kemudian Celia menghembuskan nafasnya perlahan.
"Ya pegangan biasa, di pinggang. Tapi di bajunya."
"Acieeeee" "Uhuyy" "Mantab abis" "1000 langkah lebih maju dari kita" "Lah kek lu punya aja ra," "Oh iya lupa"
"Yeuuu toil" sahut Gladis yang baru masuk ke kelas bersama plastik berisi sarapan.
"Oh iya lupa gapunya diriku"
"Yaudah, ayo kerjain biologinya. Bentar lagi bel masuk"
"yuk," kemudian mereka kembali ke asalnya.
"Cel, gimana bio? Gue belum ngerjain." Gladis yang membuka bungkus makanannya kemudian melahap dengan cepat. Intinya gamau diambil orang.
"Belum kelar, males ngerjain. Matematika juga belum."
"Okesip." Kemudian Gladis kembali melahapnya, lagi dan lagi
Setelah seharian penuh dengan pelajaran, Celia segera merenggangkan otot lengannya. Tinggal satu pelajaran lagi, semangat lah!
Rabdare
Di akhir pelajaran, mereka mendapat waktu untuk bermain, bukan bermain seperti keluar kelas. Namun istirahat didalam, boleh menggunakan hp dan mendengarkan musik. Seperti biasa, mereka segera mengumpul dalam 2 meja. Alia dan Nisa yang di depan, Zara dan Ara yang dibelakang, Celia dan Gladis duduk lesehan disamping Nisa dan Ara.
"Jadi, abis ini mau kemana?" Tanya Gladis sembari bermain game
"Terserah, ngikut aku" ucap Ara
"Dua" Ucap Celia
"Tiga" Ucap Zara
"Empat" Ucap Nisa
"Lima" Ucap Alia
"Sip. Langsung pulang" Ucap Gladis
"Yeu kutil gorilla" "Apesi lu ra? Gasuka aje lu" "Lah situ yang mulai" "Yeuu" "Yeu"
"Yeu diem ae lu beruda" Sahut Alia
"Beruda loh ya beruda" balas Ara singkat, dan kemudian diakhiri dengan bel pulang sekolah.
👄maaf banget jarang update, antara sibuk,mager dan yang pasti kuota sekarat, abis chap ini izin slow update lagi, mau uas HEHEHE👄
buat devara ayya gadis eva tyas yang setia menunggu chapter ini, maavkan diriku yg mager nge update🔥👍
buat yang disitu, semangat uas nya! Ngehe💛💛💛
love love koriyah dari aku
KAMU SEDANG MEMBACA
RĂBDARE [Slow Update]
Teen FictionGimana rasanya ditinggal selama 6 tahun tanpa kabar? [SEBAGIAN CERITA ADA YANG DIPRIVATE] "Kalo jalan tali sepatu ga ke iket, bisa jatoh kamu, nanti kalo jatoh siapa yang nolong?" -Devon "Bisa jalan kan? Yuk kekelas, guru nanti ngabsen kamu, surat i...