12

1K 60 3
                                    

Yeri POV

Malam yang sangat dingin , sangat sangat dingin.
Beginikah rasanya dikhianati? Aku benci semuanya. Ini bukan hidupku.

Aku tak boleh larut dalam kesedihan. Aku percaya Mingyu tak akan mengecewakanku seperti kedua orang tuaku.

***

Aku tiba dirumah Wooni, handphoneku mati jadi aku tak bisa mengabari Wooni sebelumnya.

Aku langsung masuk kehalaman rumah Wooni , satpam membukakan ku pagar karna aku udah terbiasa kesini.

Mataku sembab badanku sudah basah kuyup , gaunku sangat basah mungkin jika diperas airnya sudah seember.

Sebenarnya aku tak mau merepotkan Wooni tengah malam begini tetapi apa boleh buat , hanya Wooni yang mengerti aku.

TinggTongg

Aku menekan bel rumah Wooni. Asisten rumah tangganya membukakan aku pintu dan menyuruhku masuk.

"Ny.Yeri silahkan masuk.. Kenapa mata anda sembab dan anda basah sekali" ucap asisten rumah tangga Wooni terlihat cemas

"Aku kehujanan saat mencari taksi , mataku kelilipan aku terus menguceknya makanya sembab" Aku terpaksa berbohong, aku tersenyum tulus dan melangkah kan kakiku masuk kedalam rumah Wooni.

Orang tua Wooni pasti sedang tidak ada dirumah, karna disini sangat sepi.

Terdengar langkah kaki menuruni tangga.
Itu Wooni.

Aku menoleh dan berdiri , berlari menghampiri sahabatku yang satu ini. Aku memeluknya sangat erat.. Aku tak bisa membendung air mataku.

"ya! Ada apa denganmu? Kau menangis dan lihat kau sangat jelek karna basah kuyup seperti ini" sempat sempatnya Wooni menilaiku

"Aku akan menceritakan semuanya"

"Baiklah , mari kekamarku ganti bajumu. Kajja"
Aku hanya mengangguk. Wooni terus merangkulku hingga tiba dikamarnya.

"Ganti bajumu , ambil saja dilemari. Aku akan mengambilkan sesuatu didapur untukmu"

"Gomawo Wooni-ah" ucapku parau sambil tersenyum tulus kepada Wooni

"Tak masalah" wooni tersenyum

***

Aku mengganti bajuku yang sudah basah dengan baju yang lebih layak.

Pintu kamar Wooni terbuka. Aku menoleh melihat Wooni disusul oleh asisten rumah tangganya yang membawakan makanan.

Wooni duduk bersamaku ditepi ranjang.

"Ada apa dengan mu yeri-ah? Kenapa matamu sangat sembab?"

"Biarkan aku makan dulu baru bertanya aku sangat lapar!"

"ya! Kau selalu saja seperti itu"

Aku hanya cengengesan.

***

Aku menghabiskan makananku hingga tak ada yang tersisa. Aku sangat lapar , karna aku tak menyentuh makananku saat di restoran tadi.
Astaga aku bahkan mengingat kejadian yang terjadi tadi.

Air mataku menetes lagi..

"ya! Bagaimana bisa kau sehabis makan langsung menangis?"

"Wooni-ah" aku memeluk Wooni sangat erat , aku tak bisa memberhentikan air mataku.

"Orang tuaku ingin aku bertunangan dengan anak rekan bisnisnya" ucap ku sesegukkan

"Mwo?!" Wooni terkejut

"aku tak mengerti yang mereka pikirkan. Mereka seakan akan menjualku hanya untuk urusan bisnis. Ini sungguh tidak adil"

Wooni memperlihatkan muka prihatinnya.

"Bagaimana dengan jawabanmu?"

"Aku jelas menolaknya, meninggalkan mereka, menerobos hujan dan kabur kesini"

"Kau akan jadi buronan yeri-ah , aku tak mau jadi saksi"

"ya! Kau sangat tidak membantu" aku langsung melemparkan bantal kepada Wooni

"Tenanglah aku hanya bercanda" Wooni terkekeh

"Bisa bisanya kau" Aku menahan tangisku.

"Kemana Mingyu? Apa kau tidak memikirkannya?"

Kenapa Wooni menyebut nama pria yang sedang aku rindukan itu.

"Dia bahkan tak mengabariku" aku tersenyum kecut sambil mengalihkan pandanganku

"Kemana pria yang membuatmu jatuh cinta itu! Bisa bisanya dia tak mengabarimu! Awas saja jika aku bertemu dengannya" Wooni murka

"Cuci mukamu , besok kita akan melihat hasil ujian , dan tak mungkin kau datang kesekolah dengan muka seperti monster"

"Terus saja mengejekku!"

Setidaknya Wooni mau mendengarkanku. Walaupun sesekali mengejek tetapi dia sangat pengertian.

Hari yang sangat melelahkan. Aku harap besok tak seburuk hari ini.

***

Lagi lagi lagi hehe
Jangan lupa voment😊💕

Dear Annoying Boy (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang