19

900 60 0
                                    

Dua hari sudah aku tidak keluar dari Istana kecilku ini. Ibu dan ayahku sering mengunjungiku kekamar ku , tapi aku tidak memperdulikan mereka padahal didalam hati aku sangat memeluk mereka berdua , mereka kebanggaanku. Tetapi aku harus berakting membenci mereka , karna apa yang sudah mereka perbuat.

Hari ini aku akan keluar mencari udara segar , tentunya bersama Wooni.

Aku heran dengan sibodoh satu itu , dia bahkan hanya menghabiskan waktunya dirumah tanpa ingin kuliah. Padahal pacarnya adalah orang pintar dan kaya raya , apakah dia tak malu bersanding dengan orang pintar sedangkan dia sangat bodoh.

Aku bahkan ingin kuliah tapi aku belum tau akan kuliah dimana , ditambah dengan masalah dirumah ini.

Kepalaku serasa mau pecah memikirkannya. Ini sangat berat untuk dipikirkan.

***

Suara langkah kakiku membuat ayah dan ibu menoleh.

Aku turun disaat yang tidak tepat.

"Yeri-ya.. Kemana kau akan pergi?" ayah bertanya

"Hanya mencari udara segar" jawabku ketus

"Jangan pulang larut malam"

Halo! Ini baru jam 2 siang , senja saja belum datang.

Aku hanya berlalu meninggalkan ayah dan ibu tanpa memberi salam.

Bisa ku lirik muka ibu sangat menyesal.

Masa bodoh! Bukan urusanku!

Aku pergi menjemput Wooni dengan mobil sport kesayanganku.

***

Tiba nya dirumah Wooni, Wooni langsung mengunjungiku dimobil.

"Anyeong yeri-ah!"

"Anyeong! Choi Wooni!"

"ya! Berhenti memanggilku dengan nama lengkapku , sangat menjijikan!"

"Akhirnya kau sadar" aku terkekeh

"ya! Aish!" Wooni hanya pasrah

"Apakah Mall adalah tempat yang baik untuk bersenang senang?" tanyaku

"Tentu saja! Kita berdua sudah lama tidak menghabiskan uanh orang tua kita"

"Aku sangat bersemangat!"

Aku menjalankan mobil menuju mall.

***

Kami sangat lelah berbelanja , mungjin bagasi mobilku akan penuh karna belanjaan kami berdua.

Kami duduk di salah satu cafe yang ada di Mall ini.

Aku dan Wooni memesan Ice cream Coklat.

"Yeri-ah.."

"Mwo?" jawabku tanpa menoleh kearah Wooni , dan terus menyendok ice cream ku kemulut.

"Bagaimana dengan orang tuamu?"

"Aku mengacuhkan mereka" jawabku spontan

"Jinjja!!! Kau tak boleh seperti itu yeri-ah.. Mereka orang tuamu"

"Kau tak tau rasanya jadi aku"

"Aku tau aku tak merasakannya , tetapi bersikap dewasalah ingat umurmu"

"Jadi kau ingin aku bagaimana Wooni -ah , aku memang tak bisa bersandiwara terus seperti ini , aku ingin menjawab apa yang mereka katakan kepadaku tapi aku tak bisa!" aku membentak Wooni sehingga orang yang ada dicafe ini melihat kami.

Maafkan aku , aku refleks membentak Wooni.

"Maafkan aku , aku sedikit membentakmu" ucapku menyesal.

"Aku mengerti , aku memberimu saran..
Jangan terus acuhkan orang tuamu , ikuti apa yang mereka katakan. Mungkin itu terbaik untukmu. Lupakan Mingyu.. Dia akan bersama yg lain juga nantinya"

"Aku akan berpikir"

***

Ini sudah pukul 8 malam , aku dan Wooni akan pulang , dan sebelumnya mengantar Wooni kerumahnya.

Didalam mobil hanya ada kebisuan antara aku dan Wooni , aku terus saja memikirkan perkataan Wooni.

Ini tentu membuat otakku makin susah bekerja.

Kami telah tiba dirumah Wooni , aku membantunya mengeluarkan semua barang belanjaannya dari dalam bagasi ku.

Setelah membantunya aku pulang dan melemparkan senyum tulus kepada Wooni.

Wooni membalas senyumku tak kalah tulusnya.

Aku tiba dirumah dengan muka yg kusut , barang belanjaanku dibawa oleh pelayan.

Aku masuk kekamar dan merebahkan badanku kekasur nan empuk ini.

Bisakah aku tidur nenyak malam ini? Atau jika aku tidur aku akan mengalami mimpi buruk karna memikirkan perkataan Wooni tadi.

Astaga! Ini membuatku gila!

🔹🔹🔹

Happy Reading💕

Dear Annoying Boy (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang