Author pov
Sejak pukul enam pagi tadi, amber sudah bediri di depan pintu kamar istrinya, meminta agar istrinya membukakan pintu dan menyuruh nya masuk lalu mengizikan ia memeluk meski hanya sebentar. Karna amber benar benar merindukan krystal.
Sekarang sudah pukul tujuh lewat, tapi krystal masih belum juga keluar dari kamarnya. Para pelayan mulai kwatir melihat ekpresi sedih yang amber tunjukan sejak tadi, sejak ia kehabisan kata kata untuk meminta istrinya membuka pintu.
" tuan, apa ada baik baik saja? " amber menoleh ke arah bibi lien yang baru saja menanyakan tentang keadaan dirinya.
" ah. Bibi, aku hanya pucat saja, tadi malam aku tidak bisa tidur karna kepala ku terus pusing, jadi jangan khwatir " bibi lien tersenyum melihat bagaimana tuan muda mereka menjawab pertanyaanya dengan begitu semangat.
" cklekk!! " pintu terbuka, krystal berdiri dengan purut buncitnya dan masih seperti ekspresi semalam, amber tersenyum manis, rencananya dan bibi lien berjalan lancar.
" akh... "
" apa kau sudah punya alasan kenapa tubuhmu memiliki bau menjijikan seperti semalam?!" amber terdiam, ia tidak berniat melanjutkan kata kata nya tadi, setelah krystal menuding nya dengan begitu kejam.
" aku tidak punya alasan, aku tidak melakukan apa apa!! " amber membela diri, ia tidak ingin terlihat buruk di sini. Ia benar benar tidak melakukan apa apa dengan bau parfum di tubuhnya.
" lupakan!! " krystal hendak berbalik dan menutup pintunya kembali, tapi amber menahanya dengan cepat.
" aku akan berurusan dengan ayah jika ini tidak bisa ku selesaikan hanya dengan mu " amber menatap mata krystal sayu, ada permohonan dalam kata katanya, ia benar benar malu jika harus membahas masalah ini dengan ayah mertuanya yang begitu ia hormati.
" maka urus itu dengan ayah, jika kau masih tidak ingin berkata jujur!! " amber tidak punya pilihan, sebelum krystal benar benar menutup pintu, ia menerobos masuk, kemudian menutup pintu kamar cepat, hingga menimbulkan bunci yang sedikit keras.
Amber menarik tangan krystal pelan menuju ranjang, tentu ia harus berhati hati karna istrinya dalam keadaan yang perlu di awasi bukan untuk di kasari.
Tapi krystal menepis tangan amber dengan kasar.
Amber tidak menyerah, ia menarik kembali tangan krystal menuju ranjang, tapi untuk ke dua kalinya tangan amber kembali terhepas.
" krys... "
" kau semakin keterlaluan amber!! " krystal membentak amber, amber menatap krystal masih dengan tatapan tidak percaya, ia benar benar kecewa jika krystal sampai membesar besarkan masalah ini. Ia tahu ia bersalah, tapi bukankah seseorang perlu untuk menjelaskan terlebih dahulu apa yang terjadi.
" aku ingin menjelaskan apa yang terjadi di sini, bukan menjadi keterlaluan!! " amber ikut membentak meski tidak terlalu keras, krystal langsung merasa takut, dan hendak menangis, tentu saja karna ia sedang hamil sangat sensitif dan takut jika mendengar bentakan.
" jangan berbohong amber, jangan berbohong, keluar dari kamar ku!! " teriak krystal histeris, ia tidak menatap amber karna sudah terlalu takut, jika amber sampai memukulnya.
Amber terhenyak, matanya tiba tiba berkaca menyadari jika sang istri takut dengan dirinya, amber berjalan pelan menuju krystal kemudian memeluk krystal pelan dan erat, ia tahu istrinya itu benar benar merasa takut, hingga menyuruhnya keluar.
" aku bersumpah di depan ratusan orang dan juga di depan kedua orang tuamu, bahwa aku tidak akan pernah menyakiti kamu krystal jung, tidak akan pernah, tidak akan, jadi jangan mengusir ku hanya karna kamu takut aku Kan memukulmu karna nada bicara ku meninggi, jangan menyembunyikan tatapan mu hanya karna kamu takut pada ku " amber hendak menangis, ia masih memeluk krystal dengan begitu erat.