Flashback on
Telefon rumah berbunyi nyaring...
Kriiiiing kriiiiing
Dengan berat kakiku melangkah mendekati meja di sudut ruangan...
"Hallo..."
"....."
"Yaa benar disini kediaman keluarga Adams..."
"....."
"Saya Velerie Adams..."
"......"
"Apaaaaa?? Tidak... ini tidak mungkin..."
"....."
"Anda pasti salah, itu bukan orangtuaku..."
"....."
Aku meletakkan gagang telfon dengan terburu buru dan menyambar kunci mobilku.
"Ini pasti salah kan Tuhan?? Ini tidak mungkin terjadi pada ayah dan bunda..." aku gelisah sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Tak henti hentinya aku menggumamkan doa dalam hatiku.
Aku memarkir mobilku sembarang dan berlari menuju ruang IGD.
"Suster, saya ingin bertemu dengan korban kecelakaan tadi pagi..."
"Anda siapa??"
"Saya Valerie Adams..." suster itu melihat catatan yang ada di tangannya.
"Silahkan tunggu, saya panggilkan dokter di dalam..."
Aku berjalan mondar mandir di depan ruangan IGD itu... nafasku memburu tak beraturan... aku berusaha menenangkan hatiku, aku tidak ingin kegelisahan mempengaruhi akal sehatku.
Seorang dokter perempuan keluar dari ruang IGD, aku langsung memburunya dengan banyak pertanyaan.
"Maaf nona... tuan Leonard dan nyonya Marissa meninggal di tempat kecelakaan... tubuh mereka terjepit oleh badan mobil yang mereka tumpangi..."
Kata kata dokter itu bagai petir di siang bolong... air mataku mengalir dengan deras tanpa mampu aku menghentikannya. Kepalaku berputar, aku mungkin sudah jatuh jika saja sang dokter tidak menahan tubuhku.
Aku menangis namun tak mampu mengeluarkan suaraku.
"Tapi kami dapat menyelamatkan putri tuan Leonard..."
"Nona Vanessa mengalami pendarahan yang cukup parah di bagian kepalanya. Kami sudah berusaha menghentikan pendarahan itu lewat operasi..."
"Namun keadaan nona Vanessa kini kritis, ia mengalami koma..."
Aku seperti mendapatkan pengharapan mendengarnya... walaupun keadaan Vanessa saat ini koma namun aku bersyukur setidaknya masih ada salah satu keluargaku yang selamat.
Beberapa polisi datang menghampiriku, mereka menjelaskan kronoligi kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tua ku.
Aku berusaha tegar... aku sendirian mengurus jenazah ayah dan bunda hingga ke rumah duka. Aku meminta pada dokter untuk menempatkan Vanessa di kamar terbaik di rumah sakit ini.
Aku menatap wajah Vanessa yang terbaring di kamarnya... wajahnya penuh luka, kaki kanannya dibalut sebuah gips. Dokter mengatakan kalo fisik Vanessa tidak mengalami luka yang serius. Pendarahan di kepalanya lah yang membuatnya terbaring tak sadarkan diri.
Beberapa jam setelah jenazah orangtua ku tiba di rumah duka, uncle Tommy, adik ayah, dan aunty Megan istrinya datang. Mereka sama terpukulnya dengan ku namun aku tau mereka berusaha tegar, hanya sesekali aku lihat uncle Tom dan aunty Meg menitikkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Valerie (END)
Teen Fiction#1 teenage 12/9/2018 #202 teenfiction 12/9/2018 #9 youngadult 20/05/2018 Valerie Adams & Jonathan Alexander Saling jatuh cinta pada pandangan pertama di caffetaria sekolah. Terpisah selama empat tahun akibat kecelakaan yang mereka alami beberapa jam...