"Valerie... benarkah ini kau, Valerie??"
Suara itu membuat tubuh Valerie bergidik, kejadian di lab itu melintas cepat dalam ingatannya. Valerie menggelengkan kepalanya, mencoba mengenyahkan bayangan itu, ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia harus melakukan ini semua... untuk Nathan.
"Ya Ken... ini aku..." ucapnya penuh penegasan. Valerie tidak ingin terlihat lemah seperti sebelumnya, ia tidak akan membiarkan Ken bersikap kasar lagi pada dirinya.
Tubuh Ken semakin mendekat ke arah Valerie hingga akhirnya jarak diantara mereka hanya tersisa satu meter saja.
Valerie tercekat melihat Ken, dari jarak sedekat ini ia bisa melihat jelas rupa laki laki itu. Ken terlihat... berbeda... Berbeda dari terakhir kali mereka bertemu di pusat perbelanjaan.
Tubuh Ken terlihat lebih kurus, apalagi wajahnya... wajahnya tirus dengan tulang pipi yang sedikit lebih menonjol... matanya cekung dengan lingkaran hitam dibawahnya. Rambut Ken bahkan terlihat lebih panjang hingga melewati batas kerah t-shirt polonya.
Astaga, apakah dia sakit??
"Ken, aku ingin bicara tentang Nathan... tentang pemukulan yang kamu dan teman teman mu lakukan padanya..."
Tubuh Ken menegang mendengar apa yang Valerie ucapkan itu. Sedetik kemudian Valerie dapat melihat raut wajah Ken yang berubah sendu.
"Duduklah dulu Val, kita bicarakan ini baik baik..."
"Tidak... aku tidak akan lama Ken... aku hanya tidak mengerti apa yang membuatmu tega berbuat itu pada Nathan... kamu dan teman temanmu memukulinya hingga babak belur... bahkan kamu melukai pelipisnya hingga robek dengan tongkat baseball..."
"Kamu ingin bertanya dari mana aku tau semuanya?? Aku mendengar dengan telingaku sendiri, Nathan berkata ia melihat tato kecil pada pergelangan tangan kanan orang yang memukul kepalanya dengan tongkat baseball...."
"Tato mata seperti yang kamu miliki ini Ken..."
Entah mendapat keberanian dari mana Valerie sudah berdiri tepat di hadapan Ken sambil mencengkram tangan kanannya. Kebetulan saat itu Ken tidak memakai gelang kulit miliknya, jadi gambar mata di pergelangan tangannya itu bisa terlihat dengan jelas.
"Apa yang ada di pikiranmu Ken?? Tidak puaskah kamu atas apa yang telah kamu perbuat padaku?? Kenapa kamu harus melakukan itu juga kepada Nathan??"
Kini Valerie tidak bisa menahan lagi amarahnya, emosinya meluap begitu saja saat mengingat keadaan Nathan beberapa hari yang lalu.
"Tidak puaskah kamu hanya menyakiti ku saja??" Valerie berteriak tepat di depan wajah Ken dengan mata menyala penuh kebencian.
"Val, gw akan jelasin semuanya... please duduklah dulu..."
Kemarahan Valerie semakin memuncak melihat Ken mengatakan itu dengan wajah datar seolah ia tidak bersalah.
"Tidak!! Aku tidak akan membiarkan diriku berada di sini berlama lama dengan laki laki busuk sepertimu..."
Demi Tuhan, seumur hidupnya Valerie tidak pernah berkata kasar kepada orang lain, apalagi sampai memaki. Ia tumbuh dengan didikan kesopansatunan dan adat istiadat timur. Orangtuanya pasti kecewa melihat dirinya sekarang, ini seperti bukan Valerie...
"Dengar Ken, aku sudah mencoba memaafkan apa yang kamu lakukan padaku di lab waktu itu, aku sudah berusaha melupakannya... tapi apa yang terjadi pada Nathan kemarin tidak bisa begitu saja aku terima... kali ini aku tidak bisa memaafkan mu... aku benci kamu Ken... aku sangat membenci kamu!!!"
"Mulai saat ini, jangan pernah kamu hadir dalam hidupku dan Nathan... atau aku akan langsung memperkarakan kejadian di lab dan apa yang menimpa Nathan ke pihak berwajib... itu tidak sulit untukku, ada dokter yang bisa mengeluarkan visum sebagai bukti..."
"Valerie, please dengarkan gw dulu..." Ken mencoba menggapai tangan Valerie sebelum gadis itu berjalan mencapai pintu. Tapi dengan keras Valerie menepis tangan Ken. Ketakutan langsung memenuhi pikirannya, ia teringat kembali bagaimana Ken menyakitinya dulu.
"Tunggu Val..."
Ken berhasil menangkap lengan Valerie, namun ia tidak mencekalnya seperti dulu. Ia berusaha agar dirinya tidak sampai menyakiti Valerie. Ken tidak ingin Valerie lari lagi meninggalkannya karna ketakutan.
"Tolonglah Val... denganlah penjelasan gw dulu..." ucap Ken dengan lirih.
Valerie menatap wajah Ken dan melihatnya berdiri dengan raut wajah memohon. Mata Ken menyiratkan kesedihan yang mendalam.
Hati Valerie mulai tergerak, ia menghentikan niatnya keluar dari kamar itu. "Katakan dengan cepat apa yang ingin kamu katakan..." ucapnya dingin.
Ken mengajak Valerie duduk di kursi kayu yang ada di balkon kamarnya, ia sendiri langsung menarik kursi lainnya ke depan Valerie.
"Maafin gw Val... atas semua yang udah gw lakukin ke lo... atas sikap kasar gw yang telah menyakiti fisik juga batin lo. Gw tau itu semua sangatlah keterlaluan, dan gw sangat menyesal...."
"Waktu itu, gw memang sengaja nyuruh Boy untuk manggil lo ke lab biologi, karna... hm, karna gw... gw mau nyatain perasaan gw ke lo. Tapi ternyata semuanya gak berjalan sesuai rencana, ego gw sebagai laki laki gak terima waktu lo memperlihatkan sikap menghindar dan menolak karna selama ini seorang Ken belum pernah menerima penolakan dari cewek mana pun..."
"Yang ada di pikiran gw saat itu adalah bahwa gw harus bisa menaklukan lo dengan cara apapun... dan, terjadilah semua itu..."
Valerie mencoba tidak terlarut pada ingatannya, ia berusaha menahan dadanya yang mulai bergemuruh.
"Gw baru tersadar saat Bastian mukulin gw dan Nathan membawa lo dalam keadaan pingsan. Bahkan saat Bastian dan Cristof nyeret gw ke ruang BK gw gak melakukan perlawanan apa pun. Begitu juga saat gw di sidang dihadapan miss Criatin... gw tau sepenuhnya gw salah... Val, gw sangat ingin tau keadaan lo setelah Nathan dan Lizi membawa lo ke rumah sakit, tapi miss Cristin tidak mengijinkan gw menyusul kalian..."
"Gw sama sekali tidak menyangkal segala apa yang dikatakan Bastian, Cristof dan Zikko yang waktu itu dipanggil sebagai saksi. Gw mengakui segala perbuatan gw ke lo di depan miss Cristin, orang tua gw juga paman dan bibi lo..."
"Beberapa kali gw coba menemui lo di sekolah setelah gw drop out... Tapi ternyata susah banget, lo gak pernah terlihat sendiri, selalu aja ada yang nemenin lo.... dan itu bikin gw gak bisa mendekati lo untuk meminta maaf..."
"Gw semakin putus asa saat tau lo dan Nathan ternyata pacaran, bahkan gw sempat menyuruh Boy untuk membawa lo ke hadapan gw dengan cara apa pun..."
Astaga, apa benar Ken setega itu padaku??
"Hingga akhirnya kita ketemu di mall... sebenarnya gw udah liat lo dan Nathan sejak memasuki bioskop. Gw juga mengikuti kalian sampai ke coffee shop. Katakanlah, gw udah gila... gw gila karna seharian itu jadi penguntit kalian berdua..."
Jadi benar yang aku lihat waktu itu adalah Ken...
"Lalu kesempatan itu datang saat lo ke toilet sendiri. Demi Tuhan Val, waktu itu gw cuma mau minta maaf sama lo, gak ada maksud lain. Tapi lo keburu lari ketakutan... saat gw liat sendiri bagaimana cara Nathan memeluk lo saat keluar dari coffee shop, hati gw bener bener terbakar cemburu, Val..."
Ken menautkan jari jari tangannya, wajahnya tertunduk ke lantai.
"Gw semakin gak suka sama Nathan, kenapa dia selalu mendapatkan apa yang seharusnya jadi milik gw..."
Valerie merasa tertarik dengan ucapan Ken barusan karna ia sudah mulai membahas Nathan.
"Selalu?? Apa makaud kamu??" Tanya Valerie penuh selidik.
Ken menarik nafasnya dalam dalam sambil memejamkan kedua matanya, ia mencoba mengumpulkan kekuatannya untuk melanjutkan ceritanya.
"Ya, Val... kenyataannya memang Nathan selalu menang atas apapun daripada gw..."
••••••••••••••••••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Valerie (END)
Ficção Adolescente#1 teenage 12/9/2018 #202 teenfiction 12/9/2018 #9 youngadult 20/05/2018 Valerie Adams & Jonathan Alexander Saling jatuh cinta pada pandangan pertama di caffetaria sekolah. Terpisah selama empat tahun akibat kecelakaan yang mereka alami beberapa jam...