Katanya jatuh cinta itu lebih rumit di banding fisika, lebih susah di banding sejarah, kalau gitu, aku lebih milih buat ga jatuh cinta, Aku milih Terbang bersama cinta, biar nanti, Aku dan kamu terbang dan gapernah ngerasain jatuh yang katanya sakit itu.
( Azka,Anaya, Dan Ayah)
****Bab 2
Hari itu sekitar jam setengah tujuh pagi,aku diantar ayahku menuju sekolah, ayahku biasa mengantarku sampai depan komplek jalan menuju sekolah. Karena,aku sendiri yang memintanya. Karna—kalau aku diantar sampai depan gerbang rasanyaa—seperti tidak enak aja begitu.
"Naya sekolah dulu ya yah, assalamualaikum" aku berpamitan dengan ayahku dan bersaliman dengannya.
"Walaikumsallam. Sheatbelt nya jangan lupa" timpal ayahku sambil tersenyum.
"Oh iya" aku cengar cengir dan segera melepas sheatbelt ku, saat aku ingin membuka pintu mobil untuk keluar—ada seseorang yang lebih dulu menarik gagang pintunya dari luar.
Dan sepersekian detik kemudian barulah aku menyadari siapa itu dan ternyata tak lagi lain dan tak lagi bukan ia adalah...
Azka!
Oh tuhan apalagi yang akan ia lakukan-_-
Aku segera bangun keluar dari kursi penumpang dan kudapati Azka yang tiba tiba saja nyelonong masuk ke dalam dengan memasukan tubuhnya sedikit ke dalam mobil. Sontak aku kaget, kukira ia hanya akan membuka pintu tapi ia juga bersaliman dengan ayahku.
"Assalamualaikum om" sapanya dengan cengiran khas nya.
Cih!
"Walaikumsallam" jawab ayahku sambil
mengangkat satu alisnya. "Siapa nay?"
Tanya ayahku sambil menoleh ke arah keluar kepadaku."Itu yahh,,,te——" kataku mencoba menjelaskan.
"Kenalin om, Calon menantu nya om" azka tersenyum geli muka seolah penuh kemenangan.
"Hahaa bisa aja nak" jawab ayahku sambil tersenyum renyah.
"Kalau gitu duluan ya saya masih banyak urusan" lanjut ayahku sambil memutar stang mobil untuk mundur.
"Siap om! Anaya nya saya yang jagain!"
Sahut azka sambil hormat kepada ayahku dengan dilengkapi sebuah cengiran khas yang aneh.Lalu ayahku memberi klakson dan berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AzkaNaya [COMPLETED]
Teen Fictionsemesta itu adil, apa yang bukan milikmu, tidak akan pernah jadi miliknya. senja itu moment terindah, dia redup tapi tak terlalu redup. dia bisa membuat siapa saja terpanah saat melihatnya. Hujan itu jujur, ia mengungkapkan tangisnya tanpa harus men...