yang kuminta padamu kali ini adalah, tetap disni,meniknati kopi dan senja bersamaku dan ceritakan semua yang mau kau ceritakan, ku harapa selalu begitu.
( Anaya, Azka dan Arka )
****
Bab 8
Habis maghrib dan selesai sholat maghrib aku segera bersiap diri, berganti baju menjadi dress selutut berawarna biru dongker dan sepatu flat dengan warna yang senada. Lalu rambutku ku-ku biarkan terurai dan sedikit curly di bawahnya.
"Udah pada siap?" Tanya ayahku padaku, ibuku, dan angga.
" udah" jawab kami serempak.
Angga yang mengenakan jazz dengan kemeja putih sebagai dalamananya, sedangkan ibuku memakai dress panjang tertutup dengan rambut yang disanggul biasa memakai jepit.
"Let's go" seru ayahku.
Lalu kami pun menaiki mobil. Kata ayahku selama di perjalanan ayah akan bertemu teman lama nya di salah satu restoran di jakarta.
" ayah mau ketemu siapa sih emang?" Tanyaku penasaran dari jok belakang.
"Temen lama ayah pas SMA" jawab ayahku.
"Om ferdi" jawab ibuku menambahi.
"Ohh" aku hanya menangguk.
"Katanya sih om ferdi itu juga pengen ngenalin ayah sama anak angkat nya" ayahku membuka obrolan.
"Emang dia gapunya anak?" Tanya ibuku menambahi.
"Lah kamu lupa apa mah, istrinya kan di vonis mandul, lalu mereka berdua pergi ke Aussie buat berobat, dan ayah contact lost tuh sama mereka, dan akhirnya... Bisa ketemu juga deh sekarang" jelas ayahku terperinci.
"Emang anak angkat nya cowo cewe yah?" Tanya angga angkat suara.
"Cowo sih katanya, nanti kamu kenalan juga ya sama dia" jawab ayahku.
Aku hanya manggut manggut saja.
Tak lama kemudian Mobil ayahku sudah sampai di restoran yang dari luar bisa kutebak-restoran ini pasti menu menu nya sangat mahal.
Restoran HistorieD'amour
Sebuah papan reklame besar terpampang di depan lestoran ini. Dari tempat nya saja bisa kutebak—ini pasti restoran mahal.
"Yah yakin mau kesini, ini satu menu nya bisa sampe sejutaan" bisik Angga pada ayahku.
"Hah? Sejuta?" Jawabku kaget.
Bagaimana tidak? Uang sejuta itu mempunyai arti banyak bagi ku ketimbang hanya dengan membeli makanan dengan porsi kecil, lebih baik juga ku tabung atau ku belikan sesuatu, walaupun ayahku adalah CEO suatu perusahaan tapi—kami sekeluarga tak pernah memboros-boroskan uang.
"Ayah juga di bayarin sih katanya"
Lalu kami memasuki restoran ini, restoran ini bernuansa italia, dan baru saja kami masuk kedalam nya , ada seorang pria yang memanggil nama ayahku. Pria ini kiranya seumuran dengan ayahku sudah berkepala empat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AzkaNaya [COMPLETED]
Teen Fictionsemesta itu adil, apa yang bukan milikmu, tidak akan pernah jadi miliknya. senja itu moment terindah, dia redup tapi tak terlalu redup. dia bisa membuat siapa saja terpanah saat melihatnya. Hujan itu jujur, ia mengungkapkan tangisnya tanpa harus men...