“Kamu pernah menyampaikanku pada titik bernama bahagia yang teramat. Namun, kamu pula yang menyampaikan aku pada titik jatuh sejatuhnya.”
— (vianaskahsenja)
****
Bab 25Cafe sebrang rumah sakit itu nampak sepi. Di dalamnya hanya terdapat empat orang yang sedang duduk bersama. Dua orang perempuan dan dua orang laki laki.
"Saya gatau harus mulai dari mana"kata laki laki berkemeja hitam pendek.
Laki laki tersebut meneguk saliva nya dan menghirup oksigen lebih dalam. Lalu mulai bersuara.
"Arka kamu anak saya" kata lelaki itu memulai semuanya.
"Hah?"diva dan anaya merespon nya dengan ber hah ria.
"Maksudnya pa?" Kata diva menambahi.
Mereka berempat berpandang pandangan binggung. Mencoba membaca semuanya tapi layaknya teka teki ini susah di mengerti. Hujan turun dari luar. Embun dan kiasan rintik hujan menemani sore ini. Hujan semakin deras dan terlihat dari balik kaca cafe ini.
"Sebaiknya pesan minum dahulu biar semua tidak tegang" kata wirya lagi. Lalu ia pun memanggil pelayan cafe dan memesan hot chocolate.
Kepala arka semakin sakit, sakit mencerna semuanya secara cepat. Di batinnya ada rasa yang berbeda. Perasaan yang beda saat di dekat lelaki ini.
Pesanan pun datang, lalu semuanya hanya bertatap tatapan saat itu. Tak ada yang berani mrmbuka suara sekalipun itu arka maupun diva dan anaya. Takut takut salah ngomong. Hujan diluar menjadi perpaduan serasi. Ini, saat yany wirya tunggu. Wirya rindu dia. Ini saatnya . ini momentnya.
Wirya mengeluarkan sebuah kalung bertali hitam dan berbandul A, bandul tersebut tidak utuh melainkan hanya setengah. Sepotong dari huruf A. Dan itu sengaja karna memang satu bandul nya lagi pasti ada di arka.
"Kamu ingat ini? " tanya wirya pada arka.
Suram suram arka mengingat itu. Arka kenal kalung itu. Arka tahu. Ia mengeluarkan kalung miliknya dari lehernya. Kalung yang sama persis. Bandul dengan setengah potongan huruf A
Arka berusaha mencerna semuanya, kepala nya sakit tapi ia berusaha mengingat. Ia ingat semua. Mukjizat tuhan kini berpihak padanya. Ia ingat foto yang di sodorkan wirya dan kalung yang di bawa wirya. Itu kalung hadiah ulang tahun ke enam nya pemberian dari ayahnya. Dia ingat itu.
Samar samar dari otak arka mengingat wajah wirya. Arka ingat itu ayahnya.Wirya mengeluarkan beberapa foto kembali. Lalu wirya mengeluarkan foto. Foto seorang perempuan. Wirya memberikannya pada arka. Arka berusaha mengembalikan ingatannya. Dia memegang kepalanya yang terasa berdenyut.
"Arghh" keluh arka saat kepalanya makin terasa sakit saat di paksakan mengingat semunya.
"Arka" sahut anaya di sebelahnya memegangi pundak arka.
Arka mengambil satu tarikan nafas. Dalam. Dan lebih dalam.
"Arka ingat. Semuanya" jawab arka
Diva menatap nya dengan perasaan binggung, perasaan aneh. Begitupun anaya.
"Jadi saya mulai semuanya. Arka, dia adalah anak saya. 13 tahun yang lalu saat arka berusia 7 tahun, dia diajak istri saya pergi meninggalkan rumah, dia diajak istri saya yang baru saja selesai melahirkan itu ke Bali." Terputus kalimat wirya. Ia menghembuskan nafasnya lagi. Berdesir darah dingin di sekujur tubuhnya. Bagaimanapun dia harus melanjutkan ini hingga selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
AzkaNaya [COMPLETED]
Teen Fictionsemesta itu adil, apa yang bukan milikmu, tidak akan pernah jadi miliknya. senja itu moment terindah, dia redup tapi tak terlalu redup. dia bisa membuat siapa saja terpanah saat melihatnya. Hujan itu jujur, ia mengungkapkan tangisnya tanpa harus men...