-EPILOG -

1.4K 35 1
                                    

Yang paling menyakitkan dari sebuah perpisahan bukanlah ketiadaanmu, Melainkan aku yang harus di paksa oleh waktu untuk tetap baik-baik saja melewati setiap inci kenangan kita



""""

"Aaaaaahhhh" seorang perempuan yang sedang akan bersalin ini menarik narik rambut suaminya.

"Aw rambut aku yang" protes sang suami.

"Saaa .. Sakittan aku daripada kamu" jawab sang istri yang masih saja membela diri.

"Satu lagi bu, ayo..." Dokter memberi aba aba sambil terus melihat jalan keluar bayi.

"Aaaakhhhhh" teriak anaya kencang sambil mencakar cakar lengan arka hebat.

"Ambil nafas bu,ayo" dokter menenangkan.

"Huftttt..... Huftt.... Huftt..." Anaya mengenggam tangan arka erat. Seolah ada kekuatan dalam diri arka yang membuatnya bisa mengeluarkan beban selama 9 bulannya ini.

"Ayo, sekali lagii lebih kuat bu" dokter mengintrupsi sekali lagi.

"AKHHHHHHHHHHH"

OEKKKK OEKK OEKKK

"Alhamdullilah" sahut sahutan orang diluar ruang operasi.

Arka menitihkan air matanya, mengenggam tangan anaya kuat, mencium kening anaya. Dan berucap syukur kepada sang pencipta.
"Terima kasih yaallah, alhamdullilah" gumamnya.

"Anaknya laki laki" dokter mengunting plasenta nya, lalu mengangkat anak yang masih merah itu untuk segera di bersihkan dari darah.

Anaya tak kalah sedihnya. Dia menitihkan air mata manakala dokter mengangkat buah hatinya. Ya, buah cintanya bersama arka.

"Kamu hebat" arka menambahi sambil mencium sekali lagi tangan istrinya.
Anaya terlihat pucat pasi. Mengeluarkan banyak keringat.

"Skin to skin bu" dokter tadi membawa anak anaya& Arka ke dada sang ibu.

Ini kali pertamanya anaya merasakan kulit nya bersentuhan langsung dengan kulit sang buah hati. Ia kembali meneteskan air matanya. Anaya menatap arka, dan arka pun sama tak kuasa menahan tangis di sampingnya.

Lembut anaya mengelus pipi bayinya, menyalurkan kasih sayang pada bayi mungilnya. Arka tersenyum bahagia. Hari ini dirinya sudah berubah status menjadi seorang ayah.

➖➖➖➖

Semua sudah berkumpul di ruangan rawat inap tempat di mana anaya berada. Ada papa wirya, papi chris, papa arya,mama mama jenny, mama anggia, papa ferdi, mama arina, angga, dan tentunya arka. Mereka semua senantiasa menunggu kehadiran anggota keluarga baru mereka yang sudah mereka tunggu sejak semalam.

Anggia dan jenny sibuk menciumi cucu laki laki pertamanya itu.

"Aduhh idungnya mancung mirip anakku ini nggi" jenny menyentuh hidung cucu nya.

"Wah iya, bagus dong ga salah buat mereka, mirip bapaknya. Persis hehe" anggia menciumi pipi sang cucu.

"Wahh alisnya tebel. Persis bapaknya ini mah" sahut arina ibu tiri arka.

"Wahh jelass" anggia kembali menciumi cucunya itu. Lalu jenny dan arina pun berbincang bincang sambil mengabadikan wajah sang cucu. Ibu ibu sosialita biasa, kalau udah ngumpul ya gini. Benak arka geleng geleng.

"Kamu udah azanin?" Tanya papa wirya

"Udah pa, tadi pagi " sahut arka sambil tersenyum.

"Namanya siapa?" Tanya anaya pada arka.

AzkaNaya [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang