Bab 8 - Hanya

1.5K 149 12
                                    

Suara obrolan memenuhi kantin, suara mangkuk dan gelas yang beradu serta tawa canda silih berganti terdengar. Di ujung kantin, murid kelas XII B selalu saja berkumpul di meja yang sama.

"Kira-kira ujian nanti kita lulus gak, ya?" ucap Jojo.

"Aku sih lulus, gak tahu kalau kamu," jawab Kean santai.

Dena tertawa kecil sejenak sambil memukul pelan bahu Kean yang duduk di sebelahnya.

"Kayaknya kamu ketularan gadis sombong kelas sebelah yang kamu taksir itu ya jadi sekarang ikutan sombong," balas Jojo.

"Maksudmu? Memang ada ya sombong nular?" balas Kean. "Aku kan tadi bercanda Jo, kayak gak tahu aku aja," sambungnya.

Di sudut kantin, Evel sedang makan bersama Risa dan saat dia ingin minum dia tak sengaja melihat ke arah Kean yang cukup jauh darinya. Kean seperti biasa berkumpul bersama teman sekelasnya.

"Kamu lihatin Kean?" kata Risa yang selesai makan dan ikut melihat ke arah kean.

"Enggak," balas Evel mengalihkan pandangan matanya. "Aku lihat kelas dua belas B, kan bukan Kean aja yang ada di situ. Menurutku mereka itu kompak banget, ya?" kata Evel berbohong, sebenarnya dia melihat ke arah Kean memang karena dia sedang sedikit memikirkannya, berpikir bahwa mungkin kata-katanya pagi tadi menyinggung Kean. "Sering kumpul bareng kalau istirahat. Kalau ada lomba juga kompak dukung teman-temannya."

"Iya. Baru sadar ya kamu. Makanya kalau ada class-meeting, lomba masak, hias kelas dan lainnya, kelas mereka menang terus. Kalau kelas kita sih gak sekompak itu, dan yang sulit dibawa kompak salah satunya adalah kamu," ucap Risa menohok.

Evel menatap Risa di sampingnya.

"Bener, kan?" balas Risa sambil nyengir lalu dia buru-buru pergi meninggalkan Evel yang sedang cemberut.

"Aku duluan ya, Jo, Na," kata Kean sambil beranjak dari tempatnya duduk.

"Ke mana?" tanya Jojo, sementara di dekatnya Dena juga bertanya 'ke mana' namun dengan ekspresi wajah.

"Ruang basket. Perlu menenangkan diri," jawab Kean sambil kemudian tersenyum.

"Kirain tadi apa," balas Jojo sambil melahap baksonya.

"Bagi Kean basket itu segalanya. Senang, dia main basket, sedih, dia main basket, marah, dia main basket, pusing, dia juga main basket, sakit, dia main basket," kata Nata sambil kemudian menyeruput segelas jus jeruk. "Nah, sekarang dia tiba-tiba pergi buat main basket padahal lagi ngumpul bareng. Tinggal tebak aja dia kenapa, lagi senang, sedih, marah, pusing atau sakit," ucapnya sambil meletakkan gelas ke meja dengan mantap.

"Sok tahu banget!" sahut Jojo disambut bibir Nata yang manyun. "Dena yang deket banget sama dia aja gak segitunya," jelasnya.

"Yee, Jojo!" balas Nata. "Justru dari Dena aku tahu. Dena yang pernah bilang begitu."

"Ooh," balas Jojo menyesali olokannya pada Nata.

Dena tersenyum melihat kedua temannya itu.

"Wah, Dena tahu banget tentang Kean. Bahkan mungkin Dena lebih tahu isi hati Kean dibanding isi hati pacarnya sendiri," ledek Jojo tak berperasaan.

"Jojo." Dena sedikit marah namun tak berlangsung lama.

Ruang basket

Kean melempar bola basket dan bola itu masuk ke dalam keranjang dengan mantap. Dia kemudian melempar kembali bola basket di tangannya dan bola itu tak pernah gagal masuk ke dalam keranjang.

Kean men-dribble bola basket berkali-kali namun pikirannya nampaknya tak fokus. Dia kemudian melempar bola itu ke keranjang secara sembarangan, tapi tetap saja bola itu masuk tepat ke dalam keranjang basket itu.

Too Late To Regret [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang