Bab 2 - Pengganggu

4.2K 341 95
                                    


Evel duduk di depan meja belajar lalu menoleh ke ventilasi jendela yang samar menampakkan bulan yang tertutup awan hitam. Dia lalu mengambil biskuit di meja dan duduk di depan pintu belakang kost dengan beranda kecil yang mengelilingi pintu.

Di halaman belakang kost ini, sisi kiri, kanan, dan depannya dikelilingi tembok yang cukup tinggi pada setiap kamar. Sehingga Evel tak bisa melihat ke halaman belakang kamar kost lain yang ada di sisinya. Kost ini juga sepi karena penghuninya kebanyakan pekerja yang berangkat pagi pulang malam dan ini adalah suasana yang paling disenangi Evel.

Evel sudah tiga tahun tinggal di kost ini. Rumahnya cukup jauh dari sekolah karena itu dia memilih untuk tinggal di kost. Dia memang sengaja mencari sekolah yang menjauhi rumahnya supaya dia bisa tinggal sendiri dan tak memedulikan urusan di rumah.

Lalu, saat Evel sedang asik menikmati udara malam dan sepotong biskuit terakhir yang tersisa di toples kacanya yang terasa berat jika dipegang, ponselnya bergetar di atas meja belajar dan membuat suara yang cukup mengejutkannya.

Evel bangkit dan menutup pintu lalu bergegas meraih ponselnya. Dia melihat nomor tak dikenal di layar ponselnya dan mengindahkannya. Evel tak senang dengan nomor tak dikenal yang menelepon tanpa memberi tahu lebih dulu di pesan siapa dia. Menurut Evel itu menyebalkan.

Ponsel Evel tak sekali dua kali bergetar, kini sudah tujuh kali dan saking sebalnya akhirnya Evel mengangkatnya.

"Halo, siapa?" tanya Evel langsung mengangkat dengan nada seperti ingin mengajak berantem.

"Lagi apa?" balas suara di seberang.

"Ini siapa?"

"Kean."

"Kean?" ucap Evel dengan nada semakin jutek. "Dapat nomorku darimana coba?"

"Ada deh, gak usah banyak ta-"

TUT TUT TUT

"Yah," keluh Kean saat sambungan teleponnya diputus Evel.

089026267*** : Kenapa ditutup? Sibuk?

Evel : Ya

"Sok akrab. Dia pikir aku ini suka dia juga," ucap Evel. "Percaya dirinya kelewatan," gumamnya.

Ponsel Evel kembali bergetar dan itu telepon dari nomor yang sama seperti tadi. Evel memandang ponselnya yang bergetar.

"Sudah kubilang sibuk kok masih nelpon," gerutu Evel.

Evel : Maaf ya, aku lagi sibuk. Jadi tolong jangan nelpon

089026267***: Oke. Tapi jangan lupa simpan nomor hapeku di kontakmu ya

"Kenapa sih dia bicara seenaknya. Seolah dia penting buatku aja," pikir Evel.

***

Paginya, dengan cahaya teduh mentari yang meresap ke kulit kuning langsat Evel.

"Hai, Evel. Mau ikut?" ajak Kean yang tiba-tiba ada di samping gadis itu.

"Enggak. Enak jalan kaki," balas Evel dengan wajah yang siap-siap menunjukkan ekspresi sebal.

"Oh, begitu ya," balas Kean sambil kemudian menyandarkan sepedanya di samping pagar tembok sebuah rumah lalu dia berjalan mengiringi Evel.

"Kamu ngapain?" tanya Evel sambil memandang heran ke arah Kean di sampingnya.

"Kata kamu tadi enak jalan kaki," balas Kean.

"Kamu kenapa sih ikutin aku?" tanya Evel sambil memasuki halaman sekolah yang luas bersama Kean.

"Karena kamu bilang kamu belum kenal aku. Makanya supaya kenal kita harus berteman dekat," jelas Kean.

Too Late To Regret [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang