Telepon

76 15 18
                                    



Sejak berminggu-minggu yang lalu, Naline punya kebiasaan khusus. Ia suka sekali menjahili Jooheon dengan menghubunginya lewat ponsel tepat pukul 02.30 dini hari. Bukan apa-apa sih, hanya saja Naline suka saja. Setiap jam itu, Naline selalu memasang alarm. Begitu dia bangun sebab mendengar suara berisik dari ponselnya, Naline selalu saja tak bisa tidur lagi. Bahkan tak tahu harus melakukan apa.

Latar belakang yang lainnya adalah sebab gadis Jerman-Korea itu suka sekali meminta Jooheon untuk melakukan aegyo lewat telepon, jadi tak apa juga 'kan ia suka menelponnya di jam-jam istirahat dengan tenang seperti itu? Lagipula menurut Naline, suara Jooheon jika mengangkat telepon di waktu seperti itu sangatlah lucu. Selalu saja bisa membuat kurva di bibir gadis bermarga Shin ini. Tentang Jooheon sendiri, percayalah bahwa ia sama sekali tak keberatan.

Meski berapa kali pun Naline menghubunginya pada jam lelapnya, lantas ia mengangkat dan berucap 'halo' dengan suara serak selayaknya orang bangun tidur , lalu dari sana Naline memutuskan sambungan, itu sama sekali bukan masalah yang besar bagi Jooheon. Selama ia bisa membuat adik Wonho itu senang, maka ia baik-baik saja. Toh ia anggap ini sebagai salah satu ujian untuk mendapatkan restu dari Wonho –kakak kesayangan Naline.

Tapi belakangan ada yang berbeda dengan Naline. Sudah tiga hari ini ia disibukkan dengan tugas kuliah yang menumpuk sampai-sampai ia tak sempat mengerjai Jooheon lagi. Bahkan dia sering tidur larut malam sekali. Hal itu perlahan membuat Jooheon merindukan kebiasaan jahil dari Naline. Ia rindu dengan nomor telepon yang terpampang di layar ponselnya, menandakan bahwa gadis itu mulai mencanangkan aksinya. Bahkan Jooheon tak tidur, menunggu sampai jam menunjukkan waktu biasanya Naline beraksi.

Karena Naline tak menelpon juga, ada satu ide gila yang sebenarnya cukup berlebihan, tapi tak apalah. Untuk kesenangan saja. Toh Jooheon sendiri juga merindukan Naline, pun juga gadis itu tak mudah meluapkan emosi. Jadi dia memberanikan diri untuk menghubungi gadis itu dan mulai membuat skenario singkat. Jooheon hendak menekan tombol dial untuk dihubungkan pada nomor ponsel Naline, lalu maniknya menangkap sesuatu yang mengerikan sekaligus menjijikkan tepat di depan pintu kamar Jooheon.

Raut wajah Jooheon jadi menegang. Bahkan tangannya gemetar meraih ponsel, dan tetap menghubungi Naline. Begitu Naline yang sedang sibuk-sibuknya menyusun beberapa laporan, lantas melihat nama Jooheon muncul di layar ponselnya, ia terkesiap sebentar. Ada perasaan aneh dalam batinnya sebab ini sudah sangat larut, tapi Jooheon menghubunginya.


"Halo?"

"Naline! Naline!" sebentar dahi gadis itu mengerut. Suara Jooheon terdengar bergetar dari sana. Bahkan jadi lirih.

"Ya Jooheon? Ada apa?"

"Aku harus bagaimana ini?"

"Apanya?"

"Naline sungguh aku takut."

"Takut apa? Ada apa memangnya?" Nada bicara Naline meninggi. Ia merasa ngeri sendiri mendengar suara Jooheon disana yang sungguh Naline bisa merasakan seberapa takutnya Jooheon saat ini.

"Naline... aku.. itu..."

"Apa Jooheon? Bicara yang jelas ada apa?"


Lalu setelahnya terdengar suara jeritan memanjang dari dalam ponsel. Langsung saja Naline berjingkat, memakai jaket dan sepatu seadanya lalu berlari kencang menuju rumah Jooheon. Beruntung waktu itu Wonho sempat mengajak Naline pergi ke rumah Jooheon untuk menemaninya mengantar sushi buatan kakaknya –Shin Sekyung. Itu juga Jooheon yang memintanya.

USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang