"Hyung?"
"Yo? Kau dimana?"
"Dirumah." Jooheon terkikik sambil mengenakan t-shirtnya. Sebenarnya hari ini dia ada janji dengan Wonho, tapi dia terlambat sekitar 10 menit sebab bingung mau memakai pakaian apa. Ia ingin terlihat tampan di depan Naline tentu saja. Jadi dia sempat berpikir lama sampai akhirnya ia ingat Naline pernah bilang
'Apapun pakaiannya jika kau yang memakainya, aku pasti suka kok.'
"Lama sekali! Jam berapa ini?" Disana Wonho terdengar panik sebab Jooheon belum juga berangkat. Khawatir rencana mereka mungkin gagal.
"Heheh aku harus terlihat tampan depan Naline, hyung. Dia sudah pulang?"
"Baru saja. Cepat kesini."
"Aku beli tart rasa apa nih?"
"Kau kan kekasihnya masa tidak tahu."
"Hyung kan kakaknya. Kenapa aku terus sih?"
Wonho terkekeh sebentar. Ia sejujurnya juga tidak yakin pasti apa rasa favorit Naline. Ia hanya tahu adiknya itu suka makan rasa apapun tanpa pernah mencelanya. Jujur dia sendiri bahkan tidak pernah menanyakan Naline suka rasa apa.
"Beli saja yang menurutmu dia suka. Cepat kesini ya?"
Sambungan teleponnya terputus. Jooheon lalu bergegas keluar rumah, menstarter mobilnya lalu meluncur segera ke toko pernak-pernik terdekat untuk kado Naline. Jooheon sejujurnya sangat clueless. Dia sama sekali tidak memikirkan akan memberi Naline apa di hari ulang tahunnya. Satu hal yang Jooheon tahu, Naline suka barang apapun jika itu bermanfaat. Maksudnya yang bisa digunakan dalam jangka panjang. Sebucket bunga dan cokelat sungguh tidak akan mendapat apresiasi yang layak dari Naline. Boneka? Jooheon tahu di kamarnya ada beberapa boneka. Ia rasa Naline suka-suka saja, tapi tidak. Jooheon rasa boneka bukan suatu hal yang akan membuat gadis itu merasa senang di hari ulang tahunnya.
Jooheon cukup lama mengelilingi tiap etalase dan jajaran pernak-pernik atau segala hal yang cocok untuk dijadikan kado ulang tahun. Tapi ia belum saja satu barang yang pas untuk Naline. Sampai ia lalu berdiri di jajaran lampu tidur. Jika Jooheon tak salah ingat Naline pernah bilang padanya ingin membeli satu di kamarnya. Sejak kecil, dia tidak pernah tidur di bawah indahnya lampu tidur. Ia cukup yakin sampai detik ini di kamar gadisnya itu taka da lampu tidur yang diinginkan Naline. Gadis itu terlalu sibuk mempersiapkan tugas akhir untuk kelulusannya, pun pekerjaannya di radio juga cukup menyita waktunya untuk berjalan-jalan sebentar. Jadi Jooheon memilih satu, yang diyakini akan membuat Naline menjerit kegirangan.
Setelah membayar, pemuda itu dengan cepat meluncur ke toko kue yang berjarak 500 meter dari toko sebelumnya. Kembali Jooheon merasa dilema. Bisa dikatakan Naline pemakan segala. Hey, itu bukan suatu hal yang buruk. Jooheon suka bagaimana gadisnya itu makan dengan baik. Tapi ia justru jadi tidak tahu tart apa yang akan disukai Naline. Begitu Jooheon melihat semua tartnya, ia rasa Naline akan memakannya dengan lahap, dia akan menyukainya.
Lima menit berpikir, pemuda itu akhirnya mengingat bahwa Naline pernah bilang ia akhir-akhir ini suka meminum matcha latte instan. Katanya rasanya cukup enak, dan bagi Naline minuman latte yang bisa ditoleransinya hanya itu. Naline sebenarnya tidak bisa meminum kopi dan minuman rasa-rasa lainnya kecuali jus. Ia juga bukan peminum soju ataupun wine. Jadi Jooheon memilih matcha cheese tart cake, lengkap dengan lilin dan topi ulang tahunnya.