Bayangkan saja bagaimana Naline yang selama seminggu belakangan ini bersikap seperti seorang pengangguran. Bangun tidur – mandi- membuat sarapan (jika ia ingin) – membersihkan rumah – makan - menonton film kesukaannya – lalu tidur dengan nyenyak. Tak heran memang, karena sekarang sedang libur panjang dan tentu saja itu surga bagi Naline. Ia tak perlu bingung mengerjakan tugas kuliahnya, tak perlu buru-buru datang ke kampus lalu mendengarkan celotehan dosen yang sebenarnya ia bisa saja menemukannya di internet. Intinya Naline senang sekali sebab ia akan melakukan serangkaian jadwal me time, yang ... itu-itu saja sih.
Soal berkencan dengan Jooheon. Ini bisa dikatakan masalah, bisa juga tidak. Naline memang melakukan pertemuan dengan Jooheon. Ia akan menjadi gadis ceria menggemaskan yang selalu disukai pemuda Lee itu. Masalahnya, Naline suka melakukan pertemuan itu dirumahnya. Jooheon tak keberatan memang diawal. Tapi gadisnya itu lama kelamaan jadi malas diajak untuk pergi berkencan. Naline lebih suka menghabiskan waktu di rumah dengan menonton filmnya yang bertumpuk-tumpuk sedang Jooheon sendiri ingin membuat momen indah bersama sang kekasih. Ia juga cukup bosan dengan harus berakhir menonton film dengan Naline bersama di sofanya.
Sebab itulah Jooheon akhirnya menceritakan apa yang membuatnya harus berpikir kerasa sepanjang malam agar membuat Naline mau keluar rumah pada Changkyun. Jooheon tak bosan dengan Naline, ia hanya ingin melakukan sesuatu yang lain bersama Naline. Beruntung Changkyun punya ide cemerlang yang membuat pemuda Lee itu melebarkan kedua matanya bak anak TK yang kegirangan karena dibelikan sesuatu oleh orang taunya.
"Lalu kita akan tidur dimana?"
"Rumah nenekku."
"Sungguh tak apa?"
"Kau harus membayarnya nanti."
Jooheon terkekeh lalu menepuk pundak Changkyun tanda menyanggupi. Jadilah kedua pemuda itu pergi ke rumah Nalline yang kebetulan sekali semuanya ada disana. Datang bersamaan dengan maksud yang sama mengajak berlibur. Begitu Jooheon dan Changkyun menyampaikan wacana mereka pada Wonho dan yang lain, semua langsung setuju bahkan Minhyuk berteriak bahwa ia siap jika harus berangkat hari ini. Semua sepakat untuk berangkat bersama, tapi ada satu yang sepertinya mencari sekawan karena... kalah jumlah?
"Oppa! Naline mana?" Itu Callysta. Ya, dia satu-satunya gadis diantara kerumunan para pemuda yang hendak melakukan trip jauh. Callysta memang tak setuju diawal, tapi mendengar rencana-rencana yang mungkin akan mereka lakukan, gadis itu mendadak tertarik. Terutama kakaknya Kihyun yang dengan senyum merekahnya mengajak sang gadis untuk bergabung. Tapi jika hanya dia sendiri yang perempuan... ia rasa itu akan menjadi canggung.
Wonho berdiri dari duduknya dan menengok kedalam dan menunjuk ke sofa depan telivisi di ruang tengah.
"Sepertinya dia tidur disana."
Callysta berjalan ke dalam untuk memastikan,dan benar saja. Gadis berambut hitam gelap itu terlelap di sofa dengan selimut hello kitty yang menutupi tubuhnya sampai leher. Callysta menggoyang-goyangkan tubuh gadis itu. Teman Naline ini bahkan menarik tangan Naline agar paling tidak Naline terduduk di tempatnya lantas membuka mata.
"Callysta? Sejak kapan kau disini?"
"Sejam yang lalu. Padahal aku sudah meneriaki namamu tadi, tapi kau tak keluar juga."
"Ada apa?" suara parau khas bangun tidur Naline itu akhirnya keluar juga. Nyawa gadis itu belum terkumpul sepenuhnya dan tentu masih merasa malas.
"Ayo pergi ke LA."