Selama lebih dari sepuluh menit, semua mata tertuju pada Naline. Tepat tiga pasang mata itu seperti bisa membaca apa yang ada dipikiran Naline tanpa berkedip atau mungkin menusuk batin Naline secara perlahan lewat fokus mata. Tapi Naline lebih merasa jika ketiga orang dihadapannya ini bersiap akan mengintrogasinya seolah-olah Naline baru saja melakukan kesalahan besar yang mungkin akan menggemparkan negara bahkan dunia.
"Ada apa sih? Dari tadi kalian diam terus dan memandangku seperti itu." Gadis itu akhirnya tak tahan. Awalnya dia hiraukan saja tingkah tiga orang didepannya yang terus memandanginya. Naline lebih memilih menyantap snack yang sudah dipesannya beberapa menit yang lalu. Tapi lama-lama Naline risih juga.
Bahkan Callysta, oknum yang mengajaknya datang untuk makan bersama di cafe itu tak bersua sedikitpun. Bukan maksudnya tak ingin membuat sebuah obrolan, hanya saja ia ingin membantu temannya untuk menyelesaikan masalah. Jadi Callysta tak ingin ambil langkah duluan dan memilih untuk diam.
"Kau tak ingin mengatakan sesuatu pada Jooheon?" Kekasih Callysta –Hyungwon, akhirnya angkat bicara juga. Maniknya masih menatap tajam kearah Naline. Jika boleh berterus terang, Hyungwon terlihat sangat keren sekaligus menyeramkan. Padahal Hyungwon juga teman baik Naline, tapi pemuda Chae itu bertingkah seperti dia berhadapan dengan 'musuh'nya lalu mulai membicarkan masalah satu sama lain untuk berdamai, jika memungkinkan.
Sedangkan Jooheon , masih saja bungkam dan tak mengalihkan atensinya sedikitpun dari hadapan Naline. Ya Tuhan, Naline bahkan sempat berdebar melihat mata sipit nan kecil milik Lee Jooheon yang seakan-akan menembus jantungnya meski sampai saat ini Naline tak tahu mengapa Jooheon sama sekali tak menyapanya begitu Naline dan Callysta tiba. Oh, bahkan Jooheon tak membalas pesan Naline pagi ini.
Naline yang mulai kebingungan dan merasa 'risih' dengan tatapan yang... entahlah, sebenarnya Naline ingin membentak mereka semua sebab diperlakukan layaknya tersangka pembunuhan atau tindak kriminal lainnya. Tapi Naline sungguh butuh penjelasan. Jadi ia membuat kontak mata dengan Callysta untuk menjelaskan situasi apa ini?
Gadis bermarga Yoo itu terlihat meminta izin pada Hyungwon dengan membuat komunikasi lewat sorotan mata. Lalu begitu Hyungwon mengangguk, Callysta mulai membenarkan posisi duduknya untuk menjelaskan kasus apa yang melibatkan Naline dan membuatnya terlihat seperti tersangka. Jooheon yang sedari tadi diam saja, akhirnya menghela napas sejenak lalu mengalihkan pandangan kesekeliling. Jooheon sungguh ingin marah pada Naline. Ia ingin sorotan dari manik kecilnya yang tajam itu akan membuat Naline akhirnya luluh dan menyadari perbuatannya tanpa perlu dijelaskan. Tapi Jooheon juga salah.
Lihatlah! Dia harus berkali-kali menghirup napas panjang sebab memandangi Naline terlalu lama. Jooheon tidak akan pernah tahan melihat Naline dengan segala tingkah polahnya. Ia selalu menyukai Naline apapun yang ia lakukan. Tapi mengingat perkataan temannya tadi, Joohen harus mengesampingkan itu dulu.
"Jadi... Tadi, aku dan Hyungwon sedang berjalan-jalan sebentar lalu Jooheon menghubungiku untuk menanyakan dimana keberadaanmu. Aku bilang bahwa kau sedang pergi ke toko buku bersama teman-teman mu yang lain. Ya kan?"
Naline mengangguk saja. Ia kembali fokus dengan apa yang sedang dibicarakan Callysta meski makanan pesanannya sudah datang. Perut Naline yang lapar sepertinya sudah digantikan dengan penasaran yang sungguh membuat nafsu makannya berkurang.
"Lalu Jooheon mengatakan bahwa kau pergi dengan seorang pria yang membawa mobil merah sepulangmu dari toko buku..."
Gadis blasteran itu tentu mengernyitkan dahinya, lantas melempar pandangan ke arah Jooheon yang mulai bisa mengontrol emosinya untuk marah pada Naline. Setidaknya untuk saat ini.