"Tak akan." Jooheon lalu mencium tangan Naline. Lalu Naline juga melakukan hal yang sama.
"Apa yang kau lakukan Nalie?"
"Agar impas saja, kau mencium tanganku, dan aku juga mencium tanganmu."
Jooheon dan Naline tertawa lepas. Oh, bahkan lesung pipi Jooheon terlihat semakin dalam dan matanya benar-benar hilang. Ada dua sebab, karena memang Naline itu lucu dan karena memang Jooheon merasa salah tingkah juga. Melihat itu, air muka Naline berubah sedikit murung. Ia kembali diliputi rasa bersalah pada pemuda Lee itu.
"Maafkan aku ya, Joo. Aku masih belum bisa menjadi kekasih yang baik untukmu." Jooheon hanya menarik kedua sudut bibirnya lantas merapikan beberapa helai rambut Naline ke belakang telinganya agar ia bisa melihat wajah gadisnya itu.
"Sama-sama. Aku juga minta maaf."
Entah bagaimana bisa suara berat dan lembut Jooheon membuat batin Naline tertohok. Ia paling tidak bisa mendengar seorang laki-laki berkata 'maaf' padanya. Termasuk ayahnya bahkan Wonho –kakaknya. Terlalu menyentuh untuk didengar. Jadi ekspresi Naline mendadak sendu dan otomatis membuat pemuda Lee itu menyadarinya.
"Sudah-sudah tak usah dipikirkan lagi." Ia menepuk-nepuk kedua pipi Naline dengan tangannya. Gadis itu hanya mengangguk dan membalas Jooheon dengan menyentuh kedua lesung pipinya.
"Just... hold my hand, and we 'um... started from zero, now. Oke?"
Naline terbahak mendengar Jooheon dengan aksen ke-amerika-annya yang sungguh menggelitik perut gadis itu. Sedang Jooheon sendiri merasa begitu bahagia melihat Naline bisa tertawa begitu lepas karena dirinya.
"Oh ya Joo! Mana Changkyun?"
"Dia belum pulang. Masih bersama Ranna dan Daniel. Aku pergi dulu karena ingin berbicara padamu."
"Dia dan Ranna bagaimana? Maksudku dia sudah menyatakan perasaannya 'kan?"
"Kau tahu sendiri jika bocah itu suka bertingkah bodoh. Ia sudah menyatakan perasaannya tapi memotong kalimat Ranna setelahnya. Bisa saja 'kan Ranna mengatakan sesuatu yang lebih penting disana."
"Aish, dasar."
"Sungguh, aku kesal sekali dengannya tadi. Kenapa tidak langsung saja? To the point."
Naline kembali tertawa singkat mendengar aksen 'to the point' ala Jooheon yang sebenarnya seksi, tapi entah kenapa justru bagi Naline jika Jooheon sudah mengeluarkan logat-logat orang luar seperti itu, ia tak bisa mengingkari bumbu-bumbu lawak disana.
"Dia sungguh tidak keren sepertiku."
"Tapi setidaknya dia menyatakan perasaannya di tempat yang bagus. Tidak sepertimu dulu saat kita di tersesat."
Jooheon menggaruk kepalanya. Tersipu sendiri sebab yah bisa dikatakan saksi bisu atas pengakuan Changkyun ke Ranna termasuk 'cukup romantis' sedang dia berada di tempat yang sangat jauh dari kota bahkan paling ujung. Tak ada estetika dari segi fisik dan estetika batin.
"Iya sih. Tapi setidaknya aku langsung memintamu berpacaran denganku."
Gadis itu memutar bola matanya. Iya juga. Naline memang tak terlalu suka hal yang bertele-tele dan memutar. Oh Ya Tuhan, gadis itu jadi tersipu sendiri mengingat bagaimana Jooheon langsung memintanya menjadi kekasih Naline dan berlanjut dengan acara saling menggoda dan merayu mereka sebelum akhirnya Changkyun datang membantu keduanya agar bisa pulang.