* Devan on mulmed *
Hari baru kembali lagi. Tapi rupanya cuaca di kota Jakarta masih belum bersahabat. Dara dan Devan sudah ada di ruang kelas mereka XII IPA 1 sejak pagi-pagi sekali. Dara sedang serius menyalin tugas kimia Devan yang tidak sempat dibuatnya kemarin. Dan Devan hanya bisa pasrah menatap sahabatnya itu.
"Pokoknya gue gak mau tau, Dar. Berikut lo harus lebih giat lagi belajarnya. Gak bisa malas-malasan terus. Gak bisa kerjaannya nyalin tugas gue mulu. Harus bisa lebih mandiri." ujar Devan panjang lebar, namun Dara terlihat lebih fokus dengan tugasnya.
"Dar, lo denger kan gue ngomong apaan?" tanya Devan karena merasa ucapannya tadi hanya diabaikan Dara.
"Iya, gue denger. Bawel amat." ucap Dara.
Setelah itu, keadaan sekolah mulai ramai. Kawanan Daren lagi-lagi mulai membuat ricuh. Seperti yang sekarang ini mereka lakukan. Membuli salah satu adik kelas yang tidak punya apa-apa untuk melawan mereka selain hanya pasrah saja dengan perlakuan kasar geng Brandal's itu.
Dara yang sempat melihat tingkah Daren itu hanya bisa cuek saja dan berjalan lurus menuju ruang guru. Karena tugas kimianya sudah selesai, dia memutuskan untuk membawa tugas miliknya dan Devan ke meja Bu Ningsih.
Tugas mereka memang harus dikumpulkan sebelum jam delapan pagi. Dan masih ada limabelas menit lagi. Sementara Devan sedang memainkan bola basket miliknya di lapangan indoor sekolah.
Dara sudah sampai didepan ruang guru sekarang. Setelah mengetuk pintu, Dara masuk lalu kemudian menaruh buku miliknya dan Devan di meja Bu Ningsih.
"Tumben kamu buat tugas," ujar Bu Ningsih walaupun tatapannya tetap terfokus dengan buku bacaannya yang entah apa itu.
"Iya bu, saya udah tobat sekarang. Jadi saya udah gak mau jadi males lagi kayak dulu. Kan bagus bu kalo saya jadi anak rajin. Iya kan bu?" celotehan Dara hanya membuat Bu Ningsih memutar kedua bola matanya dengan malas.
"Ya sudah, silahkan keluar." ujar Bu Ningsih. Sambil senyam-senyum sendiri, Dara akhirnya meninggalkan ruang guru tersebut.
"Eh, lo masih punya hutang sama gue." suara Daren mengalihkan perhatian Dara saat dia berada di pinggiran lapangan outdoor Bakti Mulia. Dara menghentikan langkahnya lalu menengok di sampingnya.
"Mau di tonjok lagi yah muka lo?" tanya Dara kesal karena lagi-lagi dia melihat wajah menyebalkan Daren.
"Silahkan."
Daren berjalan mendekati Dara dan menatap lekat kedua mata Dara.
"Ishh," Dara mengepalkan telapak tangannya, mencoba untuk memukul wajah Daren itu. Tapi dia menurunkan tangannya lalu mendorong tubuh Daren yang sudah sangat dekat dengannya.
"Udah, gue males berantem ama lo." ujar Dara sebelum akhirnya Daren tiba-tiba membopong tubuh Dara tanpa seijin Dara dan kemudian berlari memutar lapangan. Bisa dibilang mereka berdua malah menjadi bahan tontonan se-bakti mulia.
Dara berusaha untuk melepaskan dirinya dari Daren. Tapi tetap saja tidak bisa. Daren terus berlari mengelilingi lapangan sambil membawa Dara.
"Eh gula aren! Lepasin gue, gak? Satu sekolahan malah liatin kita sekarang. Lepasin gue, cepetan. Elah, mau ditaruh dimana muka gue ini. Gula aren? DAREN!!" walaupun sudah panjang lebar, tapi tetap saja Daren tidak mau berhenti.
Disamping itu, Devan bingung dengan keramaian yang tiba-tiba terjadi di Bakti Mulia. "Itu si Daren kan? Ngapain di ngegendong Dara sambil lari-lari gitu?" tanya salah satu siswi yang sedang asik menatap sebuah tontonan yang belum diketahui Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYA [Stay As You Are]
Teen Fiction[ Silahkan dilihat-lihat dulu. Kali aja jadi jatuh dalam kisah Dara dan lainnya. ] Kedekatan Dara dengan Daren bermula saat Devan, sahabatnya sejak kecil tiba-tiba menjauhi dia secara tidak jelas. Awalnya Dara pikir, dia akan kesepian lagi. Tapi ter...