[9]

3K 232 7
                                    

"Lo, anak kecil nyebelin yang ngambil buku gue waktu itu yah?" tanya Dara memastikan perkiraannya benar atau salah. Daren terkekeh.

"Setidaknya gue tau anak kecil yang gemesin, duduk di taman, nangis-nangis tapi masih fokus bacanya, tapi dengan sengaja gue ngambil buku lo supaya lo nantinya inget gue terus. Dan itu berhasil." ujar Daren, kini menatap Dara dengan pandangan lurus.

Dara kemudian mengambil buku bersampul biru itu dan menggenggamnya erat-erat. "Iya-iya bukunya gak bakal lari kemana-mana kok. Kan udah ketemu pemilik sejatinya." Dara terkekeh. Memperlihatkan sisi lucunya itu.

Malam itu, hanya Dara dan Daren. Ditemani komedi putar, angin malam, dan degupan jantung yang tidak bisa berdetak dengan tenang. Entah apa yang dipikirkan mereka, yang jelas satu fakta telah terungkap. Bahwa Daren adalah anak kecil menyebalkan yang mengambil buku kesayangan milik Dara begitu saja. Sedangkan Dara adalah cinta pertama Daren.

Gadis kecil berambut panjang, yang menangis di taman kota sambil membaca sebuah buku bersampul biru itu dan entah mengapa, melihat gadis kecil itu, membuat jantung seorang Daren berdegup kencang. Dan dia sadar, he getting fall in love for the first time in his life.

"Ra, lo gak mukul gue? Tadi siang lo bilang mau mukulin anak kecil yang ngerebut buku kesayangan lo itu. Udah tau kan anak kecil itu siapa? Nih, bahu gue. Pukul aja sekuat yang lo bisa. Gapapa kok." ujar Daren membuka pembicaraan kembali, setelah beberapa saat keheningan tercipta di antara dua orang itu.

"Yang ada gue mau naik komedi putarnya sekarang. Yuk." Dara menarik tangan Daren menuju komedi putar yang sedari tadi menjadi tontonan mereka.

Mereka mulai bersenang-senang dengan komedi putar itu. Dara yang sibuk tertawa, dan Daren yang sibuk melihat gelak tawa Dara yang baginya begitu menggemaskan.

***

Devan baru saja tiba di rumahnya. Baru saja Devan sampai, adik kesayangan sekaligus yang paling bandel itu langsung menyambutnya. Adik perempuan yang menggemaskan itu langsung memeluk Devan dengan erat.

"Kak Devan kok pulangnya kelamaan sih? Padahal Rara tadi mau dibantuin buat pr sama kak Devan." ujar Rara, memasang wajah cemberutnya.

"Kak Devan ada urusan penting. Maafin kak Devan, yah?" Devan meminta maaf pada adiknya yang menggemaskan itu.

"Ada syaratnya." ujar Rara yang sekarang malah tersenyum jahil.

"Syaratnya apa, Rara?" tanya Devan.

"Besok kan minggu, Rara pengen jalan-jalan ke taman sama kak Devan dan," Rara menggantung perkataannya, membuat Devan jadi penasaran.

"Sama siapa lagi, Ra?" tanya Devan.

"Sama kak Dara. Rara kangen sama kak Dara. Kak Dara kan bestfriendnya Rara." ujar Rara yang tiba-tiba membuat Devan kebingungan dengan apa yang harus dikatakannya sekarang pada Rara. Apalagi dengan keadaan yang sedang dialami mereka berdua.

"Kalau misalkan kakak gak bisa bawa kak Dara, gimana?" tanya Devan yang sama saja ingin membuat masalah baru. Ekspresi Rara berubah menjadi kesal, dengan matanya yang mulai berkaca-kaca siap untuk menangis.

"Gak mau! Rara pokoknya mau jalan sama kak Dara besok!" bentak Rara setelah itu berlari menuju kamarnya.

Devan mengacak rambutnya dengan frustasi. Apa yang harus dilakukannya?

SAYA [Stay As You Are] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang