EPILOG

4.2K 218 44
                                    

"Aku pasti sampai duluan." ujar Daren penuh percaya diri sambil memegang stir mobil.

"Kamu harus ngalah, Ren. Aku ini cewek sama pacar kamu. Jadi biarin aku yang sampai duluan di garis finish!" ujar Dara tampaknya tidak mau kalah.

Daren tidak menanggapi ucapan Dara dan langsung menancapkan gas. Diikuti dengan Dara yang tidak ingin kalah dengan mantan musuh bebuyutannya itu. Ekspresi mereka berdua benar-benar serius saking fokusnya dengan perlombaan mereka itu.

Dara sangat senang karena akhirnya dia menang di babak pertama. Karena tidak terima akan kekalahannya, di babak kedua Daren malah melakukan hal usil dengan sesekali mencubit pipi Dara di tengah perlombaan itu. Tentu saja tindakan itu membuat Dara menjadi tidak fokus dengan perlombaannya. Alhasil Daren yang memenangkan babak kedua.

Baru saja mereka akan melanjutkan perlombaan mereka, saldo bermain di kartu mereka ternyata sudah habis. Benar, mereka berada di Fun Arena sekarang. Tempat yang sudah lama ingin dikunjungi Daren bersama Dara, namun baru kali ini mereka bisa mengunjungi tempat itu bersama.

Kini Daren menjulurkan lidahnya, meledek Dara karena faktanya gadis itu kalah dalam permainan tersebut. Tentu saja yang dilakukan Dara kini adalah melipat kedua tangannya di depan dada dan memasang ekspresi cemberut.

"Dara kalah! Daren menang! Kasian, Dara kalah!" ledek Daren habis-habisan. Ingin sekali Dara memukul wajah nan tampan itu.

"Untung pacar," gumam Dara dalam ekspresi cemberutnya itu. Tapi berhubung tingkat kepekaan Daren sedang tinggi hari ini, Daren bisa mendengar apa yang diucapkan Dara itu.

"Untung lucu kalau ngambek," ujar Daren tampak membalas ucapan Dara itu.

"Kamu buat aku kalah main, Ren. Liat tuh, saldo mainnya udah habis. Aku males banget mau ngantri lagi. Banyak banget pengunjungnya!" bentak Dara panjang lebar seperti cewek yang sedang PMS saja.

"Kalau sepi mah di kuburan, Ra."

"DAREN!!"

Teriakan Dara bahkan membuat banyak pengunjung di situ kaget. Pastinya yang dilakukan Daren adalah menutup kedua telinganya dengan tangan. Apalagi suara cempreng Dara saat sedang kesal, bisalah sebelas duabelas sama serigala yang mau beranak di bulan purnama.

"Pokoknya aku kesel sama kamu hari ini! Jahilnya dari jaman kita SMA sampai kita udah kuliah, gak pernah hilang! Gimana kalau kita udah nikah nanti? Pasti aku yang cepet keriput karena sering ngebentak kamu," bentak Dara lagi, yang hanya dibalas tatapan yang sulit diartikan dari Daren.

"Kalau kamu cepet keriput karena sering ngebentak aku, masih biasa. Aku malah bisa diabetes terus kalau kamu ngebentak aku. Mana kadar manis kamu suka nambah lagi kalau cemberut," imbuh Daren yang malah membuat kedua pipi Dara terasa memanas sekarang.

Menyadari hal itu, Daren terkekeh. Setelah itu Daren berdiri dari posisi duduknya, lalu berjongkok, entah apa maksud anak itu. Dara yang masih senantiasa menutup kedua pipinya itu hanya memandang punggung Daren.

"Cepet naik," pintah Daren.

Sebenarnya Dara mau saja untuk digendong Daren. Tapi, tunggu dulu. Ini malam minggu, mereka berada di tempat umum, banyak pasang mata yang tengah menatap mereka, dan Daren malah ingin menggendongnya sekarang? Apa yang akan dikatakan mereka nanti?

"Aku kan gendong kamu. Lagian itu gak malu-maluin kan?" seperti tau saja apa yang ada di pikiran Dara, anak itu langsung mengambil ransel biru milik Dara kemudian digendongnya di depan. Setelah itu dia cepat-cepat menarik Dara dan menggendong Dara dengan punggungnya itu.

"Daren!!"

"Hal semanis ini kenapa harus dianggap malu, Ra? Malam ini aku mau kamu ngerasa jadi gadis paling dicintai di dunia ini."

SAYA [Stay As You Are] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang